BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia itu sendiri ingin berbuat yang terbaik, tetapi dalam kehidupannya yang serba maju dimana anak-anak kita sudah banyak terpengaruh budaya luar, sehingga banyak anak usia sekolah yang mengalami perubahan akhlak baik sekolah umum maupun sekolah agama.
Guru agama adalah motor penggerak pendidikan agama karena itu ia adalah pribadi berakhlak yang dicerminkan dalam dirinya. Berdisiplin tinggi, berwibawa, menguasai metode dan memiliki kepemimpinan. Ia harus tekun bekerja memeriksa semua penugasan kepada murid sekaligus memberikan bimbingan dan sangsi.
Orang tua memegang peranan penting dalam melaksanakan pendidikan agama dirumah. Namun yang lebih penting orang tua diharapkan dapat menjadi teladan dalam segala hal.
Karena kita tahu bahwa anak-anak adalah harapan kita semua sebagai generasi penerus Bangsa. Apabila akhlak anak-anak kita rusak, apa yang kita harapkan dari mereka melainkan kehancuran. Oleh sebab itulah untuk menghindarkan hal-hal yang tidak kita inginkan, maka mulai usia dini perlu kita tanamkan pengisian akhlak kepada anak-anak agar mereka menjadi pemimpin Bangsa yang beriman.
Akhlak tidak akan tumbuh tanpa diajarkan dan dibiasakan oleh karena itu ajaran agama diajarkan secara bertahap, juga harus diikuti secara terus menerus bentuk pengalamannya, baik disekolah maupun diluar sekolah.
Keberhasilan pendidikan agama tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama, tetapi semuanya menjadi tanggung jawab kita bersama. Agar akhlak anak sebagai pemimpin bangsa nantinya akan berhasil membangun tanah airnya untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.
Pada dasarnya manusia itu sendiri ingin berbuat yang terbaik, tetapi dalam kehidupannya yang serba maju dimana anak-anak kita sudah banyak terpengaruh budaya luar, sehingga banyak anak usia sekolah yang mengalami perubahan akhlak baik sekolah umum maupun sekolah agama.
Guru agama adalah motor penggerak pendidikan agama karena itu ia adalah pribadi berakhlak yang dicerminkan dalam dirinya. Berdisiplin tinggi, berwibawa, menguasai metode dan memiliki kepemimpinan. Ia harus tekun bekerja memeriksa semua penugasan kepada murid sekaligus memberikan bimbingan dan sangsi.
Orang tua memegang peranan penting dalam melaksanakan pendidikan agama dirumah. Namun yang lebih penting orang tua diharapkan dapat menjadi teladan dalam segala hal.
Karena kita tahu bahwa anak-anak adalah harapan kita semua sebagai generasi penerus Bangsa. Apabila akhlak anak-anak kita rusak, apa yang kita harapkan dari mereka melainkan kehancuran. Oleh sebab itulah untuk menghindarkan hal-hal yang tidak kita inginkan, maka mulai usia dini perlu kita tanamkan pengisian akhlak kepada anak-anak agar mereka menjadi pemimpin Bangsa yang beriman.
Akhlak tidak akan tumbuh tanpa diajarkan dan dibiasakan oleh karena itu ajaran agama diajarkan secara bertahap, juga harus diikuti secara terus menerus bentuk pengalamannya, baik disekolah maupun diluar sekolah.
Keberhasilan pendidikan agama tidak hanya menjadi tanggung jawab guru agama, tetapi semuanya menjadi tanggung jawab kita bersama. Agar akhlak anak sebagai pemimpin bangsa nantinya akan berhasil membangun tanah airnya untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis ini adalah sebagai berikut :
Sebagai suatu keharusan bagi mahasiswa program D II guna memenuhi sebagian dari tugas wisuda
Untuk menyadarkan kita para orang tua dan masyarakat bahwa pendidikan akhlak itu sangat penting bagi anak usia sekolah dasar agar mereka menjadi anak yang memiliki akhlakul karimah
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak
Aspek pertumbuhan dan prinsip perkembangan
Adapun tujuan penulisan Karya Tulis ini adalah sebagai berikut :
Sebagai suatu keharusan bagi mahasiswa program D II guna memenuhi sebagian dari tugas wisuda
Untuk menyadarkan kita para orang tua dan masyarakat bahwa pendidikan akhlak itu sangat penting bagi anak usia sekolah dasar agar mereka menjadi anak yang memiliki akhlakul karimah
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak
Aspek pertumbuhan dan prinsip perkembangan
C. Metode Penulisan
Adpun metode yang penulis gunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
Metode Library Reseach studi pustaka menggunakan atau mengumpulkan buku-buku,bahan bacaan yang memuat data-data yang relevan dengan topik yang dibahas.
Metode Deskrptif yaitu berusaha mencaridata dan pendapat dari buku-buku yang ada hubungannya dengan karya tulis inisebagai bahan teoritis yang selanjutnya, data tersebut disusun kembali dalam bentuk tulisan.
Adpun metode yang penulis gunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
Metode Library Reseach studi pustaka menggunakan atau mengumpulkan buku-buku,bahan bacaan yang memuat data-data yang relevan dengan topik yang dibahas.
Metode Deskrptif yaitu berusaha mencaridata dan pendapat dari buku-buku yang ada hubungannya dengan karya tulis inisebagai bahan teoritis yang selanjutnya, data tersebut disusun kembali dalam bentuk tulisan.
D. Tujuan Penulisan
Adapaun yang menjadi tujuan dalam penulisan karya tulis ini antara lain :
Sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan studi program Diploma II PGSD, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Kuala Kapuas
Sebagai bahan bekal penulisan dalam menjalankan tugas sebagaicalon guru dalam pengabdian pada masyarakat.
Menggunakan sevara sistematis tentang sesuatu hal masalah, agar dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kuala Kapuas dan rekan-rekan mahasiswa.
Adapaun yang menjadi tujuan dalam penulisan karya tulis ini antara lain :
Sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan studi program Diploma II PGSD, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI Kuala Kapuas
Sebagai bahan bekal penulisan dalam menjalankan tugas sebagaicalon guru dalam pengabdian pada masyarakat.
Menggunakan sevara sistematis tentang sesuatu hal masalah, agar dapat dijadikan sumbangan pemikiran bagi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Kuala Kapuas dan rekan-rekan mahasiswa.
D. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pemahaman dalam penulisan ini maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan masalah-masalah, latar belakang,perumusan masalah,metode penulisan,tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Dalam bab ini menguraikan tentang pengertian pertumbuhan dan perkembangan anak, proses pertumbuhan dan perkembangan anak aspek pertumbuhan dan prinsif perkembangan.
Bab III : PERAN AGAMA ISLAM DALAM MASA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Dalam bab ini menguraikan tentang pertumbuhan agama bagi anak, perkembangan agama pada anak, pembiasaan pendidikan agama pada anak dan pembinaan pribadi anak.
Bab IV : PENUTUP
Dalam bab ini penulis menyimpulkan darisemua uraian yang telah penulis uraikan dalam bab terdahulu sehingga tergambar isi tulisan secara keseluruhan dalam bentuk ringkasan dan setelah uraian penulis simpulkan maka penulis akhiri dengan menyampaikan beberapa saran berdasarkan atas analisa dari uraian diatas.
BAB II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Untuk memudahkan pemahaman dalam penulisan ini maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab I : PENDAHULUAN
Dalam bab ini menguraikan masalah-masalah, latar belakang,perumusan masalah,metode penulisan,tujuan penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Dalam bab ini menguraikan tentang pengertian pertumbuhan dan perkembangan anak, proses pertumbuhan dan perkembangan anak aspek pertumbuhan dan prinsif perkembangan.
Bab III : PERAN AGAMA ISLAM DALAM MASA PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Dalam bab ini menguraikan tentang pertumbuhan agama bagi anak, perkembangan agama pada anak, pembiasaan pendidikan agama pada anak dan pembinaan pribadi anak.
Bab IV : PENUTUP
Dalam bab ini penulis menyimpulkan darisemua uraian yang telah penulis uraikan dalam bab terdahulu sehingga tergambar isi tulisan secara keseluruhan dalam bentuk ringkasan dan setelah uraian penulis simpulkan maka penulis akhiri dengan menyampaikan beberapa saran berdasarkan atas analisa dari uraian diatas.
BAB II
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
A. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan
Pengertian Pertumbuhan
Pengertian pertumbuhan berbeda dengan perkembangan. Pribadi yang tumbuh mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkembang. Dalam pribadi manusia baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadi pribadi manusia berubah menjadi kearah kesempurnan.
Adapun dua bagian kondisi pribadi manusia itu meliputi :
Bagian pribadi material yang kuantitatif dan
Bagian pribadi fungsional yang kualitatif
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif pada material pada sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitaif dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menajadiada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapatlah kita rumuskan dari pertumbuhan artinya sebagai perubahan kuantitatif pada material pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Pribnadi material yang kuantitatif: sel kromosom, butir darah, rambut, lemak dan tulang adalah tidak dapat dikatakan berkembang melaikan bertumbuh atau tumbuh. Begitu pla material pribadi lainnya seperti kesan, keinginan, ide dan pengetahuan, selama tidak dihubungkan engan fungsinya tidak dapat dikatakan berkembang melainkan bertumbuh.
Pengertian Pertumbuhan
Pengertian pertumbuhan berbeda dengan perkembangan. Pribadi yang tumbuh mengandung arti yang berbeda dengan pribadi yang berkembang. Dalam pribadi manusia baik yang jasmaniah maupun yang rohaniah terdapat dua bagian yang berbeda sebagai kondisi yang menjadi pribadi manusia berubah menjadi kearah kesempurnan.
Adapun dua bagian kondisi pribadi manusia itu meliputi :
Bagian pribadi material yang kuantitatif dan
Bagian pribadi fungsional yang kualitatif
Pertumbuhan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif pada material pada sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Perubahan kuantitaif dapat berupa pembesaran atau pertambahan dari tidak ada menajadiada, dari kecil menjadi besar, dari sedikit menjadi banyak, dari sempit menjadi luas dan sebagainya.
Dari uraian diatas dapatlah kita rumuskan dari pertumbuhan artinya sebagai perubahan kuantitatif pada material pribadi sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan. Pribnadi material yang kuantitatif: sel kromosom, butir darah, rambut, lemak dan tulang adalah tidak dapat dikatakan berkembang melaikan bertumbuh atau tumbuh. Begitu pla material pribadi lainnya seperti kesan, keinginan, ide dan pengetahuan, selama tidak dihubungkan engan fungsinya tidak dapat dikatakan berkembang melainkan bertumbuh.
Pengertian Perkembangan
Perkembangan merupakan suatu perubahan dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif melainkan kualitatif yaitu meliputi perkembangan segi fungsi-fungsi kepribdian manusia misalnya fungsi perhatian, pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, pemikiran, perasaan dan kemauan setiap fungsi yang disebutkan daiats dapat mengalami perubahan. Perubahan ini tidak dapat dikatakan sebagai pertumbuhan melainkan perkembangan. Oleh karena itu perkembangan menyangkut berbagai fungsi baik jasmaniah maupun rohaniah maka aka salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai pertumbuhan atau proses psikologis perkembangan adalah semata-mata sebagai pertumbuhan atau proses psikologis.
Menurut Dirto Hadisunoto (1981) menyatakan :
Perkembangan (Depeloment) berarti perubahan (change) melalui proses kehidupan dan sepanjang masa. Dijelaskan pula bahwa perkembangan anak tidak terjadi pada aspek fisik saja (Perkembangan Struktural), tetapi juga pada aspek fungsinya (Perkembangan fungsional).
Perkembangan Struktural
Mengenai gejala pertumbuhan fisik ada dua aspek perubahan yaitu perubahan (grawth) dan kematangan (Naturation) pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif pada tubuh karena bertambahnya umur, bertambah besar, tinggi dan beratnya. Kematangan meliputi perubahan pada bagian dalam diri struktur dan organisasi bagian-bagian tubuh alat-alat tubuh dan jaringan-jaringan otot, perubahan tersebut bersifat kualitatif dan berbeda-beda. Kematangan ialah proses perubahan ( perkembangan ) yang terjadi secara genetis dan pengaruh luar, yang berlangsung seumur hidup.
Perkembangan Fungsional
Berfungsinya suatu organ tubuh di mulai takkala strukturnya telah cukup berkembang dan siap berfungsi. Misalnya jaringan otot teleh dapat di perpendek atau di perkecil sejak dalam pereode pranatal, setelah anak lahir ia akan belajar menggerakkan tangan dan kaki, melihat dan mendengar.
Perkembangan fungsional yang lebih tinggi terjadi lewat proses belajar seperti perkembangan, keterampilan, berbicara dan berkomonikasi dengan sekitarnya dan kemampuan berpikir. Bakal kematangan yang di capai seseorang dalam proses belajar yang di alami ( karena berinteraksi dengan sekitar ) dan pemahamannya meningkat secara sosial dan secara personal.
PROSES PERUBAHAN DARI PERKEMBANGAN ANAK
Proses Pertumbuhan Anak
Antara tumbuhan dan berkembang terdapat perdedaan perisriwa, namun keduanya terjadi secara sambung-menyambung dan saling menunjang. Dengan demikian dalam pertumbuhan terjadi dua proses yang hampir berbarengan, dalam Al-Qur’an disebutkan dalam surah Al-Mu’minuun ayat 12,13 dan 14 yang berkaitan dengan proses kejadian manusia yang berbunyi :
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7′s#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù’t±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ (bq^IsJ9# : ۱۲ – ۱٤ )
Perkembangan merupakan suatu perubahan dan perubahan ini tidak bersifat kuantitatif melainkan kualitatif yaitu meliputi perkembangan segi fungsi-fungsi kepribdian manusia misalnya fungsi perhatian, pengamatan, tanggapan, ingatan, fantasi, pemikiran, perasaan dan kemauan setiap fungsi yang disebutkan daiats dapat mengalami perubahan. Perubahan ini tidak dapat dikatakan sebagai pertumbuhan melainkan perkembangan. Oleh karena itu perkembangan menyangkut berbagai fungsi baik jasmaniah maupun rohaniah maka aka salah apabila kita beranggapan bahwa perkembangan adalah semata-mata sebagai pertumbuhan atau proses psikologis perkembangan adalah semata-mata sebagai pertumbuhan atau proses psikologis.
Menurut Dirto Hadisunoto (1981) menyatakan :
Perkembangan (Depeloment) berarti perubahan (change) melalui proses kehidupan dan sepanjang masa. Dijelaskan pula bahwa perkembangan anak tidak terjadi pada aspek fisik saja (Perkembangan Struktural), tetapi juga pada aspek fungsinya (Perkembangan fungsional).
Perkembangan Struktural
Mengenai gejala pertumbuhan fisik ada dua aspek perubahan yaitu perubahan (grawth) dan kematangan (Naturation) pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif pada tubuh karena bertambahnya umur, bertambah besar, tinggi dan beratnya. Kematangan meliputi perubahan pada bagian dalam diri struktur dan organisasi bagian-bagian tubuh alat-alat tubuh dan jaringan-jaringan otot, perubahan tersebut bersifat kualitatif dan berbeda-beda. Kematangan ialah proses perubahan ( perkembangan ) yang terjadi secara genetis dan pengaruh luar, yang berlangsung seumur hidup.
Perkembangan Fungsional
Berfungsinya suatu organ tubuh di mulai takkala strukturnya telah cukup berkembang dan siap berfungsi. Misalnya jaringan otot teleh dapat di perpendek atau di perkecil sejak dalam pereode pranatal, setelah anak lahir ia akan belajar menggerakkan tangan dan kaki, melihat dan mendengar.
Perkembangan fungsional yang lebih tinggi terjadi lewat proses belajar seperti perkembangan, keterampilan, berbicara dan berkomonikasi dengan sekitarnya dan kemampuan berpikir. Bakal kematangan yang di capai seseorang dalam proses belajar yang di alami ( karena berinteraksi dengan sekitar ) dan pemahamannya meningkat secara sosial dan secara personal.
PROSES PERUBAHAN DARI PERKEMBANGAN ANAK
Proses Pertumbuhan Anak
Antara tumbuhan dan berkembang terdapat perdedaan perisriwa, namun keduanya terjadi secara sambung-menyambung dan saling menunjang. Dengan demikian dalam pertumbuhan terjadi dua proses yang hampir berbarengan, dalam Al-Qur’an disebutkan dalam surah Al-Mu’minuun ayat 12,13 dan 14 yang berkaitan dengan proses kejadian manusia yang berbunyi :
ôs)s9ur $oYø)n=yz z`»|¡SM}$# `ÏB 7′s#»n=ß `ÏiB &ûüÏÛ ÇÊËÈ §NèO çm»oYù=yèy_ ZpxÿôÜçR Îû 9#ts% &ûüÅ3¨B ÇÊÌÈ ¢OèO $uZø)n=yz spxÿôÜZ9$# Zps)n=tæ $uZø)n=ysù sps)n=yèø9$# ZptóôÒãB $uZø)n=ysù sptóôÒßJø9$# $VJ»sàÏã $tRöq|¡s3sù zO»sàÏèø9$# $VJøtm: ¢OèO çm»tRù’t±Sr& $¸)ù=yz tyz#uä 4 x8u$t7tFsù ª!$# ß`|¡ômr& tûüÉ)Î=»sø:$# ÇÊÍÈ (bq^IsJ9# : ۱۲ – ۱٤ )
Artinya : “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.” (Q.S.Al-Mu’minuun : 12-14)
dalam sebuah hadits nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan proses pertumbuhan antara lain dalam
Dan juga terdapat dalam Hadits Nabi Muhammad SAW :
79@[H p*=ãbq3 MO$Hq `ê/#mH#`=/ù p)=t ìJÚ M1@t # b#
N $J?1 ì/ $/H s r $4?H !# ]ë; MO 79 @[H pó×H bq3 MO
mù ÿ^ MOèr# ÿP r m?Ù # r mù r m?Jã =K1 # m9 A$) r
($s;9#n۱r) yr9#
Dan juga terdapat dalam Hadits Nabi Muhammad SAW :
79@[H p*=ãbq3 MO$Hq `ê/#mH#`=/ù p)=t ìJÚ M1@t # b#
N $J?1 ì/ $/H s r $4?H !# ]ë; MO 79 @[H pó×H bq3 MO
mù ÿ^ MOèr# ÿP r m?Ù # r mù r m?Jã =K1 # m9 A$) r
($s;9#n۱r) yr9#
Artinya :
“Bahwasanya seseorang dari padamu di himpun kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian menjadi sekumpul darah ( alaqah ) selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging (mudgah)selama itu pula Allah mengutuskan malaikat-malaikat-Nya yang diperintahkan untuk mencatat amalnya, rizkinya, ajalnya dan celaka, kemudian ditiupkan kedalam dirinya roh (H.R. Bukhary).
Dari hadits daiatas menunjukkan bahwa pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan,mulai dari keadaan sederhana sampai keadaan yang kompleks. Keseimbangan pertumbuhan ini dapat kita renungkan, bagaimana bayi yang lemah tergantung berkecukupan secara berangsur-angsur dapat menjadi orang yang kuat, hal ini disebabkan oleh manusia tumbuh melalui urutan-urutan yang teratur dalam organisanya. Sebagai contoh bayi yang dalam keadaan lemah, hanya dapat berbaring dan bergerak-gerak, lama-kelamaan dapat memiringkan badan, menelungkup dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tentu saja perlu dibantu dengan kegiatan latihan atau belajar.
“Bahwasanya seseorang dari padamu di himpun kejadiannya dalam perut ibunya selama 40 hari, kemudian menjadi sekumpul darah ( alaqah ) selama itu pula, kemudian menjadi segumpal daging (mudgah)selama itu pula Allah mengutuskan malaikat-malaikat-Nya yang diperintahkan untuk mencatat amalnya, rizkinya, ajalnya dan celaka, kemudian ditiupkan kedalam dirinya roh (H.R. Bukhary).
Dari hadits daiatas menunjukkan bahwa pertumbuhan merupakan proses yang berkesinambungan,mulai dari keadaan sederhana sampai keadaan yang kompleks. Keseimbangan pertumbuhan ini dapat kita renungkan, bagaimana bayi yang lemah tergantung berkecukupan secara berangsur-angsur dapat menjadi orang yang kuat, hal ini disebabkan oleh manusia tumbuh melalui urutan-urutan yang teratur dalam organisanya. Sebagai contoh bayi yang dalam keadaan lemah, hanya dapat berbaring dan bergerak-gerak, lama-kelamaan dapat memiringkan badan, menelungkup dan seterusnya. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tentu saja perlu dibantu dengan kegiatan latihan atau belajar.
Proses Perkembangan Anak
Proses perkembangan anak tidak hanya terbatas kepada bertambah besarnya ukuran akan tetapi berdiri dari serentetan perubahan yang berlangsung secara progresif, teratur, jalin menjalin dan terarah kepada kedewasaan (Kematangan). Proses perkembangan itu bukan suatu kejadian yang kacau dan bukan merupakan proses yang terjadi secara kebetulan saja, akan tetapi perkembangan itu terjadi dengan berurutan setahap demi setahap, dan selalu terjadi antara hubungan setiap tahap dengan tahap berikutnya. Adapun pembagian tahapan / fase perkembangan menurut para ahli bukan untuk memisahkan masa yang satu dengan masa mendahuluinya secara mutlak. Dalam rangka mencapai dasar-dasar yang bersendi pada praktek-praktek pendidikan dan perkembangan dapat dibagi sebagai berikut :
Masa Vital (0 – 2)
Masa Kanak-Kanak (2 – 7)
Masa Sekolah (7 – 12)
Masa Remaja (12-18)
Masa Transisi (18-21)
Masa Dewasa (21-24)
Keterangan
Masa Vital (0-2) Tahun
Masa vital ini adalah masa anak sangat membutuhkan pertolongan yang lain. Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, pada masa 6 bulan pertama kurang lebih 2 kali lipat dari berat pada waktu lahir (Bila keadaan anak normal) pada waktu lahir anak belum dapat apa-apa dan hanya bisa dapat mengikuti dengan matanya sebuah benda yang bergerak, kekiri dan kekanan sesuai dengan gerakan benda itu tetapi pada akhir tahun kedua anak akan cakap berjalan, berlari dan dapat menguasai beberapa perkataan.
Masa Kanak-Kanak (2-7) Tahun
Masa kanak-kanak merupakan masa perkmbanga psikis, dimasa ini anak mengalami perkembangan indra yang terbesar. Karena anak pada masa itu sudah cukup berjalan dan berlari-lari dan juga kemampuan bicaranya atau pengajaran bahasanya berkembang sangat cepat. Pada masa ini anak dapat membuat kalimat majemuk dan sering mengemukakan pertanyaan, adapula yang menyebutkan masa individualisme yaitu suatu masa yang menunjukkan kecendrungan suka menolak perintah orang tua atau saran-saran dari orang lain.
Masa Sekolah (7-12) Tahun
Pada masa usia 7-12 tahun anak telah matang mengikuti pelajaran sekolah dasar. Dalam banyak hal pengajaran disekolah dasar dapat dikatakan sesuai dengan perkembangan kognitif para murid sesuai dengan taraf perkembangan, kecerdasan dan pikiran yang tertuju kepada kenyataan maka pelajaran harus diberikan dengan alat peraga penjelasan-penjelasan tak perlu diberikan secara panjang lebar, tetapi yang penting ialah memberikan contoh-contoh yang kongkrit.
Aktifitas anak pada masa ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan dalam permainan anak telah sanggup diatur oleh peraturan dan anak dapat belajar bergaul dengan orang lain yang mengindahkan hak-hak mereka menguji kemampuan yang terdapat dalam dirinya, dan belajar kerja sama dengan orang lain. Dalam lapangan bersamaan anak cepat merasa puas dan gembira, tetapi belum dapat mengikuti kepuasan dan kegembiraan yang dialami serta kesedihan orang lain.
Masa Remaja (12-18) Tahun
Pada masa remaja, anak banyak mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti kumis, suaranya berubah dan lain-lain. Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali, sehingga anak-anak menjadi canggung dan kaku. Keadaan ini akan menimbulkan gangguna psikis, sehingga antara yang satu dengan yang lainnya tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan bathin dan gangguan integrasi.
Pada umumnya, masa remaja anak telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama dan kesusilaan, kebaikan dan kebenaran. Maka dari itu dapat dinamakan masa pembentukan dan masa penentuan nilai dan cita-cita. Pada bagian akhir masa remaja anak telah menunjukkan perbedaan minat antara anak laki-laki dan anak perempuan.
Masa Transisi (18-21) Tahun
Pada masa transisi dari masa remaja kemasa dewasa telah mengalami ketegangan bathin, akan tetapi sifat retikal revolusioner masih tetap menggelolra, sedikit demi sedikit ia meminginsafi bahwa orang tidak dapat mencapai segala cita-cita hidupnya. Pada masa ini anak jasmaninya mengalami perkembangan yang paling baik dibanding dengan masa-masa yang lain.
Masa Dewasa (21-24) Tahun
Pada masa ini telah menginjang masa dewasa, setelah masa ini seseorang telah dapat menunjukkan kematangan jasmani dan rohani. Orang yang telah memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap, setelah memikirkan secara sunguh-sungguh tentang kehidupan berkeluarga dan telah menunjukkan diri kepada masarakat ramai dengan aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan lain-lain. Mereka telah mempunyai tanggung jawab sosial baik sebagai ibu dan bapak dalam keluarga maupun sebagai anggota masyarakat.
Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Aspek Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan yang menyangkut perubahan material dan struktur fisiologis, ternyata sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek adapun aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain :
Aspek umur mental anak mempengaruhi kapasitas mentalnya
Kapasitas anak menentukan prestasi belajarnya. Hasil penelitian dari para ahli menunjukkan adanya hubungan yang erat antara prestasi belajar dan pertumbuhan atau kematangan anak.
Aspek Penyesuaian pribadi dan sosial dapat mencerminkan dinamika pertumbuhan
Peristiwa yang terjadi pada anak pertumbuhan dan setelah dihadapkan dengan tantangan kultural masyarakat, pertama harapan orang tua, guru dan teman-temannya, tercermin didalam penyesuaian sosialnya.
Aspek permasalahan tingkah laku yang berhubungan dengan pola-pola pertumbuhan
Pertumbuhan biasanya akan menimbulkan situasi tertentu yang menyebabkan problem tingkah laku. Anak-anak yang pertumbuhannya cepat dan lambat atau tidak teratur sering menimbulkan problem pengajaran. Anak memiliki energi yang diperoleh dari makan dan gizi. Biaanya energi anak-anak digunakan untuk aktivitas-aktivitas dan pertumbuhan anak.
Aspek anak sebagai keseluruhan
Anak sebagai keseluruhan, tumbuh dengan adanya kondisi dan interaksi dari setiap aspek kepribadian yang ia miliki, intelek anak berhubungan dengan kesehatan, jasmaninya, sangat dipengaruhi oleh emosinya danm emosi ini dipengaruhi oleh keberhasilannya baik disekolah,dirumah dan dipergaulannya. Pertumbuhan anak, psiokis, intelektual, maupun sosial sangat ditentukan oleh latar belakang pribadinya dan aktifitas sehari-hari
Prinsip Perkembangan Anak
Prinsip-prinsip yang akan dikemukakan adalah prinsip yang mempunyai praktek-praktek pendidik disekolah dan sering juga dimuat dalam buku-buku mengenai psikologi pendidikan
Prinsip-prinsip yang memberikan bimbingan pada anak ialah :
Proses perkembangan anak tidak hanya terbatas kepada bertambah besarnya ukuran akan tetapi berdiri dari serentetan perubahan yang berlangsung secara progresif, teratur, jalin menjalin dan terarah kepada kedewasaan (Kematangan). Proses perkembangan itu bukan suatu kejadian yang kacau dan bukan merupakan proses yang terjadi secara kebetulan saja, akan tetapi perkembangan itu terjadi dengan berurutan setahap demi setahap, dan selalu terjadi antara hubungan setiap tahap dengan tahap berikutnya. Adapun pembagian tahapan / fase perkembangan menurut para ahli bukan untuk memisahkan masa yang satu dengan masa mendahuluinya secara mutlak. Dalam rangka mencapai dasar-dasar yang bersendi pada praktek-praktek pendidikan dan perkembangan dapat dibagi sebagai berikut :
Masa Vital (0 – 2)
Masa Kanak-Kanak (2 – 7)
Masa Sekolah (7 – 12)
Masa Remaja (12-18)
Masa Transisi (18-21)
Masa Dewasa (21-24)
Keterangan
Masa Vital (0-2) Tahun
Masa vital ini adalah masa anak sangat membutuhkan pertolongan yang lain. Pada masa ini terjadi perubahan jasmani yang cepat, pada masa 6 bulan pertama kurang lebih 2 kali lipat dari berat pada waktu lahir (Bila keadaan anak normal) pada waktu lahir anak belum dapat apa-apa dan hanya bisa dapat mengikuti dengan matanya sebuah benda yang bergerak, kekiri dan kekanan sesuai dengan gerakan benda itu tetapi pada akhir tahun kedua anak akan cakap berjalan, berlari dan dapat menguasai beberapa perkataan.
Masa Kanak-Kanak (2-7) Tahun
Masa kanak-kanak merupakan masa perkmbanga psikis, dimasa ini anak mengalami perkembangan indra yang terbesar. Karena anak pada masa itu sudah cukup berjalan dan berlari-lari dan juga kemampuan bicaranya atau pengajaran bahasanya berkembang sangat cepat. Pada masa ini anak dapat membuat kalimat majemuk dan sering mengemukakan pertanyaan, adapula yang menyebutkan masa individualisme yaitu suatu masa yang menunjukkan kecendrungan suka menolak perintah orang tua atau saran-saran dari orang lain.
Masa Sekolah (7-12) Tahun
Pada masa usia 7-12 tahun anak telah matang mengikuti pelajaran sekolah dasar. Dalam banyak hal pengajaran disekolah dasar dapat dikatakan sesuai dengan perkembangan kognitif para murid sesuai dengan taraf perkembangan, kecerdasan dan pikiran yang tertuju kepada kenyataan maka pelajaran harus diberikan dengan alat peraga penjelasan-penjelasan tak perlu diberikan secara panjang lebar, tetapi yang penting ialah memberikan contoh-contoh yang kongkrit.
Aktifitas anak pada masa ini dapat dibentuk dengan peraturan-peraturan dalam permainan anak telah sanggup diatur oleh peraturan dan anak dapat belajar bergaul dengan orang lain yang mengindahkan hak-hak mereka menguji kemampuan yang terdapat dalam dirinya, dan belajar kerja sama dengan orang lain. Dalam lapangan bersamaan anak cepat merasa puas dan gembira, tetapi belum dapat mengikuti kepuasan dan kegembiraan yang dialami serta kesedihan orang lain.
Masa Remaja (12-18) Tahun
Pada masa remaja, anak banyak mengalami perubahan-perubahan jasmani yang berwujud timbulnya tanda-tanda kelamin sekunder seperti kumis, suaranya berubah dan lain-lain. Lengan dan kaki mengalami pertumbuhan yang cepat sekali, sehingga anak-anak menjadi canggung dan kaku. Keadaan ini akan menimbulkan gangguna psikis, sehingga antara yang satu dengan yang lainnya tidak dalam keadaan seimbang akibatnya anak sering mengalami pertentangan bathin dan gangguan integrasi.
Pada umumnya, masa remaja anak telah mulai menemukan nilai-nilai hidup, cinta, persahabatan, agama dan kesusilaan, kebaikan dan kebenaran. Maka dari itu dapat dinamakan masa pembentukan dan masa penentuan nilai dan cita-cita. Pada bagian akhir masa remaja anak telah menunjukkan perbedaan minat antara anak laki-laki dan anak perempuan.
Masa Transisi (18-21) Tahun
Pada masa transisi dari masa remaja kemasa dewasa telah mengalami ketegangan bathin, akan tetapi sifat retikal revolusioner masih tetap menggelolra, sedikit demi sedikit ia meminginsafi bahwa orang tidak dapat mencapai segala cita-cita hidupnya. Pada masa ini anak jasmaninya mengalami perkembangan yang paling baik dibanding dengan masa-masa yang lain.
Masa Dewasa (21-24) Tahun
Pada masa ini telah menginjang masa dewasa, setelah masa ini seseorang telah dapat menunjukkan kematangan jasmani dan rohani. Orang yang telah memiliki keyakinan dan pendirian yang tetap, setelah memikirkan secara sunguh-sungguh tentang kehidupan berkeluarga dan telah menunjukkan diri kepada masarakat ramai dengan aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan lain-lain. Mereka telah mempunyai tanggung jawab sosial baik sebagai ibu dan bapak dalam keluarga maupun sebagai anggota masyarakat.
Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Aspek Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Anak
Pertumbuhan yang menyangkut perubahan material dan struktur fisiologis, ternyata sangat dipengaruhi oleh beberapa aspek adapun aspek-aspek yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain :
Aspek umur mental anak mempengaruhi kapasitas mentalnya
Kapasitas anak menentukan prestasi belajarnya. Hasil penelitian dari para ahli menunjukkan adanya hubungan yang erat antara prestasi belajar dan pertumbuhan atau kematangan anak.
Aspek Penyesuaian pribadi dan sosial dapat mencerminkan dinamika pertumbuhan
Peristiwa yang terjadi pada anak pertumbuhan dan setelah dihadapkan dengan tantangan kultural masyarakat, pertama harapan orang tua, guru dan teman-temannya, tercermin didalam penyesuaian sosialnya.
Aspek permasalahan tingkah laku yang berhubungan dengan pola-pola pertumbuhan
Pertumbuhan biasanya akan menimbulkan situasi tertentu yang menyebabkan problem tingkah laku. Anak-anak yang pertumbuhannya cepat dan lambat atau tidak teratur sering menimbulkan problem pengajaran. Anak memiliki energi yang diperoleh dari makan dan gizi. Biaanya energi anak-anak digunakan untuk aktivitas-aktivitas dan pertumbuhan anak.
Aspek anak sebagai keseluruhan
Anak sebagai keseluruhan, tumbuh dengan adanya kondisi dan interaksi dari setiap aspek kepribadian yang ia miliki, intelek anak berhubungan dengan kesehatan, jasmaninya, sangat dipengaruhi oleh emosinya danm emosi ini dipengaruhi oleh keberhasilannya baik disekolah,dirumah dan dipergaulannya. Pertumbuhan anak, psiokis, intelektual, maupun sosial sangat ditentukan oleh latar belakang pribadinya dan aktifitas sehari-hari
Prinsip Perkembangan Anak
Prinsip-prinsip yang akan dikemukakan adalah prinsip yang mempunyai praktek-praktek pendidik disekolah dan sering juga dimuat dalam buku-buku mengenai psikologi pendidikan
Prinsip-prinsip yang memberikan bimbingan pada anak ialah :
Prinsip kesatuan organis
Anak adalah suatu kesatuan organ. Jadi bukan kumpulan unsur-unsur yang berdiri sendiri. Perkembangan fungsi itu bersangkut paut saling mempengaruhi, dan merupakan satu kesatuan. Prinsip ini menyarankan agar pelajaran yang diberikan di sekolah ada hubungannya satu sama lainnya
Anak adalah suatu kesatuan organ. Jadi bukan kumpulan unsur-unsur yang berdiri sendiri. Perkembangan fungsi itu bersangkut paut saling mempengaruhi, dan merupakan satu kesatuan. Prinsip ini menyarankan agar pelajaran yang diberikan di sekolah ada hubungannya satu sama lainnya
Prinsip tempo dan irama perkembangan
Prinsip ini beranggapan bahwa tiap-tiap anak memiliki irama perkembangan yang lambat. Ada anak yang memiliki tempo perkembangan yang lambat, tetapi adapula yang memiliki perkembangan daya berpikirnya seperti orang dewasa. Ada juga anak yang lancar perkembangannya. Dimana pada masa suatu saat anak memiliki sifat-sifat tenang, kemudian disusul adanya sifat pemberontak, goncangan akhirnya tenang lagi demikian selanjutnya.
Prinsip ini beranggapan bahwa tiap-tiap anak memiliki irama perkembangan yang lambat. Ada anak yang memiliki tempo perkembangan yang lambat, tetapi adapula yang memiliki perkembangan daya berpikirnya seperti orang dewasa. Ada juga anak yang lancar perkembangannya. Dimana pada masa suatu saat anak memiliki sifat-sifat tenang, kemudian disusul adanya sifat pemberontak, goncangan akhirnya tenang lagi demikian selanjutnya.
Prinsip-prinsip golongan (Spesies) mengikuti pada perkembangan umum yang sama
Proses pertumbuhan dan perkembangan adalah sesuatu perubahan yang pada garis besarnya sama semua anak dari segala bangsa
didunia, memang tidak dapat disangkal bahwa lingkungan hidup dan pembawaan yang berbeda-beda, akan tetapi diantara mereka itu terdapat ciri-ciri prinsip pokok yang mewujudkan beberapa kesamaan yang besar.
Prinsip Konvergensi
Menurut prinsip ini pembawaan dan lingkungan rkembangan individu. Hanya dengan adanya kerjasama yang sebaik-bainya antara faktor pembawaan dan lingkungan akan memungkinkan terjadi perkembangan yang memuaskan.
Perkembangan adalah hasil transaksi antara kedua fakor itu. Faktor alam sekitar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Bila pembawaan tidak baik, maka pembawaan tidak akan berkembang dengan baik bila berkembang dalam lingkungan yang jelek.
Dalam hukum konvergensi yang menyatakan sebagai berikut :
Jelas perkembanganmanusia sedikit banyak ditentukan oleh bawaan yang turun menurun oleh aktivitas dan pelatihan atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang telah berkembang menjadi sifat-sifat
Prinsip konvergensi berlaku untuk semua makhluk hidup (Tumbuhan hewan dan manusia). Namun demikian terdapat perbedaan besar antara perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan dengan pertumbuhn manusia.
Proses pertumbuhan dan perkembangan adalah sesuatu perubahan yang pada garis besarnya sama semua anak dari segala bangsa
didunia, memang tidak dapat disangkal bahwa lingkungan hidup dan pembawaan yang berbeda-beda, akan tetapi diantara mereka itu terdapat ciri-ciri prinsip pokok yang mewujudkan beberapa kesamaan yang besar.
Prinsip Konvergensi
Menurut prinsip ini pembawaan dan lingkungan rkembangan individu. Hanya dengan adanya kerjasama yang sebaik-bainya antara faktor pembawaan dan lingkungan akan memungkinkan terjadi perkembangan yang memuaskan.
Perkembangan adalah hasil transaksi antara kedua fakor itu. Faktor alam sekitar tidak akan memberikan hasil yang memuaskan. Bila pembawaan tidak baik, maka pembawaan tidak akan berkembang dengan baik bila berkembang dalam lingkungan yang jelek.
Dalam hukum konvergensi yang menyatakan sebagai berikut :
Jelas perkembanganmanusia sedikit banyak ditentukan oleh bawaan yang turun menurun oleh aktivitas dan pelatihan atau penentuan manusia sendiri yang dilakukan dengan bebas dibawah pengaruh faktor-faktor lingkungan yang telah berkembang menjadi sifat-sifat
Prinsip konvergensi berlaku untuk semua makhluk hidup (Tumbuhan hewan dan manusia). Namun demikian terdapat perbedaan besar antara perkembangan tumbuh-tumbuhan dan hewan dengan pertumbuhn manusia.
BAB III
PERAN AGAMA ISLAM DALAM MASA
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
PERAN AGAMA ISLAM DALAM MASA
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
A. Pertumbuhan Agama Bagi Anak
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,pengalaman dan latihan-latihan yang dimulai pada masa kecilnya dulu yang didapatkan dari keluarga, pendidikan sekolah dan lingkungan sekitarnya. Apabila seorang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka kelak dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan anak yang waktu kecilnya mempunyai pendidikan dan pengalaman agam, mislanya ibu dan bapaknya orang tua beragama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama. Maka orang itu dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, dan dapat merasakan betapa nikmat hidup dalam beragama. Bagaimana timbulnya kepercayaan agama pada anak-anak, jika anak-anak dibiarkan saja tanpa didikan agama, dan hidup dalam lingkungan tidak beragama, maka ia akan menjadi dewasa tanpa agama.
a. Bagaimana anak mengenal Tuhan ?
Anak-anka mulai mengenal Tuhan, melalui bahasa, dari kata-kata orang tua atau orang lain yang ada dalam lingkungannya. Pada permulaan diterimanya secara acuh tak acuh saja. Tetapi setelah ia melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa kagum dan takut kepada Tuhan lambat laun tanpa disadarinya akan masuklah pemikiran terhadap Tuhan dalam pembinaan kepribadiannya. Bahwa pemikiran tentang Tuhan adalah suatu pemikiran tentang kenyataan luar, tetapi untuk melanjutkan pertumbuhan dan menyesuaikan diri dengan kenyataan itu, ia harus menderita sedikit pengalaman pahit. Maka ia akan menerima pikiran tentang Tuhan setelah diingkarinya, dalam waktu mana ia sibuk dalam usaha-usaha untuk memasukkannya dalam pembinaan pribadinya.
Sesungguhnya pemikiran sianak tentang Allah tidaklah sekedar arti yang disimpulkan secara sadar dan kata Allah,. Akan tetapi hal tersebut mempunyai dasar yang jauh kealam yang tidak sadar atau dengan lain perkataan mendahuluinya. Yang dalam hal ini perlu kita kenal sedikit pertumbuhan pikiran anak.
Pada umumnya agama seseorang ditentukan oleh pendidikan,pengalaman dan latihan-latihan yang dimulai pada masa kecilnya dulu yang didapatkan dari keluarga, pendidikan sekolah dan lingkungan sekitarnya. Apabila seorang pada masa kecilnya tidak pernah mendapatkan pendidikan agama, maka kelak dewasanya nanti ia tidak akan merasakan pentingnya agama dalam hidupnya. Lain halnya dengan anak yang waktu kecilnya mempunyai pendidikan dan pengalaman agam, mislanya ibu dan bapaknya orang tua beragama, lingkungan sosial dan kawan-kawannya juga hidup menjalankan agama. Maka orang itu dengan sendirinya mempunyai kecenderungan kepada hidup dalam aturan-aturan agama, dan dapat merasakan betapa nikmat hidup dalam beragama. Bagaimana timbulnya kepercayaan agama pada anak-anak, jika anak-anak dibiarkan saja tanpa didikan agama, dan hidup dalam lingkungan tidak beragama, maka ia akan menjadi dewasa tanpa agama.
a. Bagaimana anak mengenal Tuhan ?
Anak-anka mulai mengenal Tuhan, melalui bahasa, dari kata-kata orang tua atau orang lain yang ada dalam lingkungannya. Pada permulaan diterimanya secara acuh tak acuh saja. Tetapi setelah ia melihat orang-orang dewasa menunjukkan rasa kagum dan takut kepada Tuhan lambat laun tanpa disadarinya akan masuklah pemikiran terhadap Tuhan dalam pembinaan kepribadiannya. Bahwa pemikiran tentang Tuhan adalah suatu pemikiran tentang kenyataan luar, tetapi untuk melanjutkan pertumbuhan dan menyesuaikan diri dengan kenyataan itu, ia harus menderita sedikit pengalaman pahit. Maka ia akan menerima pikiran tentang Tuhan setelah diingkarinya, dalam waktu mana ia sibuk dalam usaha-usaha untuk memasukkannya dalam pembinaan pribadinya.
Sesungguhnya pemikiran sianak tentang Allah tidaklah sekedar arti yang disimpulkan secara sadar dan kata Allah,. Akan tetapi hal tersebut mempunyai dasar yang jauh kealam yang tidak sadar atau dengan lain perkataan mendahuluinya. Yang dalam hal ini perlu kita kenal sedikit pertumbuhan pikiran anak.
b. Pentingnya hubungan anak dengan orang tua
Orang tua adalah pusat kehidupan bagi kehidupan si anak dan sebagai penyebab perkenalannya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya dipermulaan hidupnya dahulu perasaan si anak terhadap orang tua sangatlah kompleks. Ia adalah campuran dari bermacam-macam emosi dan dorongan yang selalu melakukan interaksi, pertentangan yang memuncak pada umur menjelang tiga tahun, yaitu dimana hubungannya dengan ibunya tidak lagi terbatas pada kebutuhan akan bantuan fisik, tetapi meningkat kepada hubungan emosi, dimana ibu menjadi objek yang dicintai dan memerlukan kasih sayangnya, dan takut akan terjatuh atau kehilangan dari kasih sayangnya.
Pada umur 3 tahun bapak dalam pandangan si anak merupakan suatu pribadi ideal yang sangat sempurna. Keyakinan anak ketinggian martabat bapaknya seolah-olah bapaknya adalah Tuhan. Sampai pada sewaktu-waktu ia mendengar nama Allah disebut orang. Walaupun pendidik pandai memperkenalkan sifat-sifat Tuhan yang baik untuk menarik perhatian anak namun tidaklah mudah bagi anak untuk meninggalkan sikap tunduk, kagum dan memandang suci kepada Allah. Dengan demikian pentingnya orang tua memberikan penghayatan dan pengalaman agamanya, pertumbuhan dan perkenalan agama pada anak banyak dipengaruhi oleh kehidupan dalam keluarga.
Orang tua adalah pusat kehidupan bagi kehidupan si anak dan sebagai penyebab perkenalannya dengan alam luar, maka setiap reaksi emosi anak dan pikirannya dikemudian hari terpengaruh oleh sikapnya terhadap orang tuanya dipermulaan hidupnya dahulu perasaan si anak terhadap orang tua sangatlah kompleks. Ia adalah campuran dari bermacam-macam emosi dan dorongan yang selalu melakukan interaksi, pertentangan yang memuncak pada umur menjelang tiga tahun, yaitu dimana hubungannya dengan ibunya tidak lagi terbatas pada kebutuhan akan bantuan fisik, tetapi meningkat kepada hubungan emosi, dimana ibu menjadi objek yang dicintai dan memerlukan kasih sayangnya, dan takut akan terjatuh atau kehilangan dari kasih sayangnya.
Pada umur 3 tahun bapak dalam pandangan si anak merupakan suatu pribadi ideal yang sangat sempurna. Keyakinan anak ketinggian martabat bapaknya seolah-olah bapaknya adalah Tuhan. Sampai pada sewaktu-waktu ia mendengar nama Allah disebut orang. Walaupun pendidik pandai memperkenalkan sifat-sifat Tuhan yang baik untuk menarik perhatian anak namun tidaklah mudah bagi anak untuk meninggalkan sikap tunduk, kagum dan memandang suci kepada Allah. Dengan demikian pentingnya orang tua memberikan penghayatan dan pengalaman agamanya, pertumbuhan dan perkenalan agama pada anak banyak dipengaruhi oleh kehidupan dalam keluarga.
c. Peran agama sebagai moral bagi anak
Pertumbuhan moral pada anak, menyebabkan agama anak-anak mendapatkan lapangan baru (moral) maka bertambahlah pula perhatiannya terhadap nasehat-nasehat agama dan kitab suci. Timbulnya sifat-sifat moral bagi agama tercakup didalam peningkatan rasa sosialnya, dimana anak memandang bahwa agama lebih tinggi dari nilai keluarga. Disamping itu dapat dirasakan bahwa anak-anak mulai mengerti bahwa agama bukanlah kepercayaan pribadi, atau keluarga tetatpi adalah kepercayaan masyarakat seluruhnya anak mulai mengerti bahwa agama bukanlah kepercayaan pribadi, atau keluarga tetapi adalah kepercayaan masyarakat seluruhnya anak mulai mengerti bahwa agama yang dulu hanya merupakan pengikat antara anak dan Tuhan, sekarang menjadipengikat antar dia dengan masyarakat melalui Tuhan. Disamping itu juga agam menghubungkan dengan orang atau golongan tertentu dengan berlainan agama.
Apabila agama pada anak telah mencapai sifay-sifat moral seperti ini maka kebaikan yang paling tinggi adalah perintah Tuhan. Pemikiran moral dalam diri anak datangnya terlambat kalau dibandingkan dengan pemikiran alamiah. Hal ini dipandang dari lapangan agama. Karena manusia itu pada umumnya lebih banyak disibukkan oleh pemikiran tentang alam luar sebelum anak tersebut memperhatikan alam yang ada didalam dirinya.
Pertumbuhan moral pada anak, menyebabkan agama anak-anak mendapatkan lapangan baru (moral) maka bertambahlah pula perhatiannya terhadap nasehat-nasehat agama dan kitab suci. Timbulnya sifat-sifat moral bagi agama tercakup didalam peningkatan rasa sosialnya, dimana anak memandang bahwa agama lebih tinggi dari nilai keluarga. Disamping itu dapat dirasakan bahwa anak-anak mulai mengerti bahwa agama bukanlah kepercayaan pribadi, atau keluarga tetatpi adalah kepercayaan masyarakat seluruhnya anak mulai mengerti bahwa agama bukanlah kepercayaan pribadi, atau keluarga tetapi adalah kepercayaan masyarakat seluruhnya anak mulai mengerti bahwa agama yang dulu hanya merupakan pengikat antara anak dan Tuhan, sekarang menjadipengikat antar dia dengan masyarakat melalui Tuhan. Disamping itu juga agam menghubungkan dengan orang atau golongan tertentu dengan berlainan agama.
Apabila agama pada anak telah mencapai sifay-sifat moral seperti ini maka kebaikan yang paling tinggi adalah perintah Tuhan. Pemikiran moral dalam diri anak datangnya terlambat kalau dibandingkan dengan pemikiran alamiah. Hal ini dipandang dari lapangan agama. Karena manusia itu pada umumnya lebih banyak disibukkan oleh pemikiran tentang alam luar sebelum anak tersebut memperhatikan alam yang ada didalam dirinya.
B. Perkembangan Agama Pada Anak
Perkembangan agama pada anak biasanya selalu selaras dengan tingkat usianya, artinya setiap tingkat usia memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat dijadikan dasar perkembangan agama pada anak.
Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang telah dilaluinya. Apabila seorang anak tidak pernah mendapatkan pendidikan dan tidak memiliki pengalaman tentang agama maka pada waktu dewasanya anak tersebut cenderung kearah yang sifatnya negatif terhadap agama. Masuknya agama dalam pribadi anak itu seharusnya bersamaan dengan pertumbuhan pribadi anak tersebut bahkan kalau bisa sejak dalam kandungan.
Pada umumnya seorang anak mulai mengenal adanya Tuhan melalui orang tua dan lingkungannya dimana kata-kata dan tingkah laku orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan agama pada anak tersebut. Walaupun sianak tidak dapat berbicara ia hanya bisa melihat dan mendengarkan kata-kata yang belum mempunyai arti baginya namun pada saat ini memperhatikan perkembangan agama pada anak, biasanya seorang anak akan menerima apa saja yang dikatakan oleh orang tuanya, meskipun ia masih belum mampu memikirkan kata-kata tersebut, karena bagi anak menganggaporang tua benar, pandai, dan menentukan dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan agama pada masing-masing anak tidaklah sama, tergantung kepada orang tua mendidik anak-anak tersebut. Seorang anak biasanya cenderung untuk meniru segala tingkah laku orang tuanya yang selalu menyayangi dan melindunginya, yang akhirnya sifat meniru ini juga sampai ke agama tetapi sebaliknya tingkah laku yang kurang baik dan kekerasan yang ada pada orang tua akan menimbulkan kecemasan dalam diri anak, dan hal ini akan menghambat atau menimbulkan kesukaran bagi perkembangan agama pada anak.
Selain dari orang tuanya anak mendapat pendidikan agama juga disekolah dari guru agama, hendaknya guru agama mendekatkan ajaran agama. Dalam kehidupan anak tersebut sehari-hari, dengan menonjolkan sifat pengasih dan penyayang dan setiap anak dapat merasakan bahwa ia termasuk orang yang disayangi oleh Tuhan. Anak seharusnya didekatkan kepada Tuhan dan jangan sampai didalam jiwa anak tertanam rasa taku, yang akhirnya pada masa remajanya terbalik menjadi perasaan tidak takut dan ingin melepaskan diri dari yang menakutkan dengan jalan menghindari agama.
Perkembangan agama pada anak biasanya selalu selaras dengan tingkat usianya, artinya setiap tingkat usia memiliki ciri-ciri tertentu yang dapat dijadikan dasar perkembangan agama pada anak.
Perkembangan agama pada anak sangat ditentukan oleh pendidikan dan pengalaman yang telah dilaluinya. Apabila seorang anak tidak pernah mendapatkan pendidikan dan tidak memiliki pengalaman tentang agama maka pada waktu dewasanya anak tersebut cenderung kearah yang sifatnya negatif terhadap agama. Masuknya agama dalam pribadi anak itu seharusnya bersamaan dengan pertumbuhan pribadi anak tersebut bahkan kalau bisa sejak dalam kandungan.
Pada umumnya seorang anak mulai mengenal adanya Tuhan melalui orang tua dan lingkungannya dimana kata-kata dan tingkah laku orang tua sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan agama pada anak tersebut. Walaupun sianak tidak dapat berbicara ia hanya bisa melihat dan mendengarkan kata-kata yang belum mempunyai arti baginya namun pada saat ini memperhatikan perkembangan agama pada anak, biasanya seorang anak akan menerima apa saja yang dikatakan oleh orang tuanya, meskipun ia masih belum mampu memikirkan kata-kata tersebut, karena bagi anak menganggaporang tua benar, pandai, dan menentukan dengan demikian pertumbuhan dan perkembangan agama pada masing-masing anak tidaklah sama, tergantung kepada orang tua mendidik anak-anak tersebut. Seorang anak biasanya cenderung untuk meniru segala tingkah laku orang tuanya yang selalu menyayangi dan melindunginya, yang akhirnya sifat meniru ini juga sampai ke agama tetapi sebaliknya tingkah laku yang kurang baik dan kekerasan yang ada pada orang tua akan menimbulkan kecemasan dalam diri anak, dan hal ini akan menghambat atau menimbulkan kesukaran bagi perkembangan agama pada anak.
Selain dari orang tuanya anak mendapat pendidikan agama juga disekolah dari guru agama, hendaknya guru agama mendekatkan ajaran agama. Dalam kehidupan anak tersebut sehari-hari, dengan menonjolkan sifat pengasih dan penyayang dan setiap anak dapat merasakan bahwa ia termasuk orang yang disayangi oleh Tuhan. Anak seharusnya didekatkan kepada Tuhan dan jangan sampai didalam jiwa anak tertanam rasa taku, yang akhirnya pada masa remajanya terbalik menjadi perasaan tidak takut dan ingin melepaskan diri dari yang menakutkan dengan jalan menghindari agama.
C. Pembiasaan Pendidikan Agama Pada Anak
Sebagai orang tua atau seorang guru maka ia harus menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan yang sesuai dengan kemampuan, kepribadian dan perkembangan jiwa anak tersebut, karena adanya latihan dan pembiasaan anak akan terbiasa sehingga akan terbentuk seikap tertentu pada anak yang makin lama sikap ini makin kuat dan tak tergiyahkan karena telah menjadi bagian dari dalam diri pribadi anak tersebut.
Untuk membina anak agar memiliki sifat terpuji, tidak cukup hanya dengan penjelasan dan pengertian saja sulitnya bagi orang tua atau pendidik untuk menananmkan nilai-nilai terkandung dalam agama maka dengan melakukan pembiasaan dan latihan-latihan dan menolong para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai agama pada anak karena dengan latihan dan pembiasaan anak cenderung untuk menerima segala apa yang baik dan meninggalkan segala yang buruk. Demikian pula dengan pendidikan agama, dari sejak kecil hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan yang bersifat agama diberikan kepada anak. Dalam melaksanakan pendidikan agama disekolah guru agama haruslah melaksanakan pendidikan agama sesuai dengan umur anak masing-masing, karena kesanggupan untuk mendengarkan penjelasan guru dan orang tua maupun orang dewasa bagi anak terbatas, bahwa apa yang diberikan oleh orang dewasa tidak cocok untuk diberikan kepada anak. Agar agama mempunyai arti bagi anak maka hendaklah disajikan dengan cara yang sesuai atau lebih dekat dengan kehidupan anak itu sehari-hari.
Pengalaman dan pendidikan agama yang anak dapat dari orang tuanya dirumah kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru agama disekolah, karena dirumahlah untuk pertama kali terbentuk unsur penting sikap atau tingkah laku anak terhadap agama.
Pembiasaan pendidikan agama terhadap anak harus dilakukan terus menerus sampai anak menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT dan berbakti kepada kedua orang tua, selain itu diajarkan menghafal do’a-do’a membaca Al-Qur’an, shalat berjamaah atau dimesjid mestinya dibiasakan sejak anak masih kecil, sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut, walau bagaimanapun pendidikan agama itu akan lebih mudah diterima dan difahami anak melalui latihan-latihan dan pembiasaan yang disesuaikan dengan kecerdasan masing-masing anak
Sebagai orang tua atau seorang guru maka ia harus menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan yang sesuai dengan kemampuan, kepribadian dan perkembangan jiwa anak tersebut, karena adanya latihan dan pembiasaan anak akan terbiasa sehingga akan terbentuk seikap tertentu pada anak yang makin lama sikap ini makin kuat dan tak tergiyahkan karena telah menjadi bagian dari dalam diri pribadi anak tersebut.
Untuk membina anak agar memiliki sifat terpuji, tidak cukup hanya dengan penjelasan dan pengertian saja sulitnya bagi orang tua atau pendidik untuk menananmkan nilai-nilai terkandung dalam agama maka dengan melakukan pembiasaan dan latihan-latihan dan menolong para orang tua untuk menanamkan nilai-nilai agama pada anak karena dengan latihan dan pembiasaan anak cenderung untuk menerima segala apa yang baik dan meninggalkan segala yang buruk. Demikian pula dengan pendidikan agama, dari sejak kecil hendaknya semakin banyak latihan dan pembiasaan yang bersifat agama diberikan kepada anak. Dalam melaksanakan pendidikan agama disekolah guru agama haruslah melaksanakan pendidikan agama sesuai dengan umur anak masing-masing, karena kesanggupan untuk mendengarkan penjelasan guru dan orang tua maupun orang dewasa bagi anak terbatas, bahwa apa yang diberikan oleh orang dewasa tidak cocok untuk diberikan kepada anak. Agar agama mempunyai arti bagi anak maka hendaklah disajikan dengan cara yang sesuai atau lebih dekat dengan kehidupan anak itu sehari-hari.
Pengalaman dan pendidikan agama yang anak dapat dari orang tuanya dirumah kemudian disempurnakan atau diperbaiki oleh guru agama disekolah, karena dirumahlah untuk pertama kali terbentuk unsur penting sikap atau tingkah laku anak terhadap agama.
Pembiasaan pendidikan agama terhadap anak harus dilakukan terus menerus sampai anak menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT dan berbakti kepada kedua orang tua, selain itu diajarkan menghafal do’a-do’a membaca Al-Qur’an, shalat berjamaah atau dimesjid mestinya dibiasakan sejak anak masih kecil, sehingga lama-kelamaan akan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut, walau bagaimanapun pendidikan agama itu akan lebih mudah diterima dan difahami anak melalui latihan-latihan dan pembiasaan yang disesuaikan dengan kecerdasan masing-masing anak
D. Pembinaan Pribadi Anak
Perkembangan agama pada anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama dan semakin banyak unsur agama maka sikap, tindakan, kelakuan, dan caranya menghadapi akan sesuai dengan ajaran agama, diantara masalah yang perlu diketahui oleh para guru agama adalah pembinaan pribadi anak.
Setiap orang tua dan guru ingin membawa anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji semua dapat disahakan melalui pendidikan baik yang formal (disekolah) maupun informal (dirumah oleh orang tua) setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatanm, pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadi anak.
Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam kehidupan anak. Sikap anak terhadap orang tua, agama dan pendidikan agama sangatlah dipengaruhi oleh sikap orang tuanya dimana fungsi orang tua terhadap anaknya dapat digambarkan berdasarkan firman Allah SWT Surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :
$pkr’¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR (MsK9# : ٦)
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (Q.S.At-Tahrim : 6)
Perkembangan agama pada anak, terjadi melalui pengalaman hidupnya sejak kecil, dalam keluarga, disekolah dan dalam masyarakat. Semakin banyak pengalaman yang bersifat agama dan semakin banyak unsur agama maka sikap, tindakan, kelakuan, dan caranya menghadapi akan sesuai dengan ajaran agama, diantara masalah yang perlu diketahui oleh para guru agama adalah pembinaan pribadi anak.
Setiap orang tua dan guru ingin membawa anaknya agar menjadi orang yang baik, mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat dan akhlak yang terpuji semua dapat disahakan melalui pendidikan baik yang formal (disekolah) maupun informal (dirumah oleh orang tua) setiap pengalaman yang dilalui anak, baik melalui penglihatanm, pendengaran maupun perlakuan yang diterimanya akan ikut menentukan pembinaan pribadi anak.
Orang tua adalah pembinaan pribadi yang pertama dalam kehidupan anak. Sikap anak terhadap orang tua, agama dan pendidikan agama sangatlah dipengaruhi oleh sikap orang tuanya dimana fungsi orang tua terhadap anaknya dapat digambarkan berdasarkan firman Allah SWT Surat At-Tahrim ayat 6 yang berbunyi :
$pkr’¯»t tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#þqè% ö/ä3|¡àÿRr& ö/ä3Î=÷dr&ur #Y$tR (MsK9# : ٦)
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” (Q.S.At-Tahrim : 6)
Dari kutipan dalil diatas fungsi orang tua terhadap anaknya adalahsebagai pendidik uatama dalam pembinaan pribadi anak, pembinaan ini melalui latihan-latihan, perbuatan misalnya kebiasaan makan, minum, buang air mandi dan sebagainya.
Hubungan orang tua dengan anak dilaksanakan dengan penuh pengertian dan kasih sayang dapat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak, yang akan membawa kepada pembinaan pribadi anak yang tenang, terbuka dan muda di didik karena ia mendapat kesempatan yang capak dan baik untuk tumbuh dan berkembang.
Masa pendidikan disekolah dasar, merupakan kesempatan pertama yang sangat baik untuk membina pribadi anak setelah orang tua. Disekolah dasar memiliki persyaratan kepribadia dan kemampuan untuk membina pribadi anak, maka anak yang tadinya sudah mulai tumbuh kearah yang kurang baik dapat segera diperbaiki. Dan anak yang darisemula telah menpunyai dasar yang baik dari rumah dapat dilanjutkan pembinaannya dengan cara yang lebih sempurna lagi dirumah. Bahwa tugas pembinaan pribadi anak disekolah dasar, bukan tugas guru agama saja tetapi tugas guru pada umumnya disamping tugas orang tua. Namun guru agama dalam hal ini sangat menentukan, dan juga dapat memperbaiki kesalahan orang tua, kemudian bersama guru-guru lain membantu pembinaan pribadi anak.
Hubungan orang tua dengan anak dilaksanakan dengan penuh pengertian dan kasih sayang dapat mempengaruhi pertumbuhan jiwa anak, yang akan membawa kepada pembinaan pribadi anak yang tenang, terbuka dan muda di didik karena ia mendapat kesempatan yang capak dan baik untuk tumbuh dan berkembang.
Masa pendidikan disekolah dasar, merupakan kesempatan pertama yang sangat baik untuk membina pribadi anak setelah orang tua. Disekolah dasar memiliki persyaratan kepribadia dan kemampuan untuk membina pribadi anak, maka anak yang tadinya sudah mulai tumbuh kearah yang kurang baik dapat segera diperbaiki. Dan anak yang darisemula telah menpunyai dasar yang baik dari rumah dapat dilanjutkan pembinaannya dengan cara yang lebih sempurna lagi dirumah. Bahwa tugas pembinaan pribadi anak disekolah dasar, bukan tugas guru agama saja tetapi tugas guru pada umumnya disamping tugas orang tua. Namun guru agama dalam hal ini sangat menentukan, dan juga dapat memperbaiki kesalahan orang tua, kemudian bersama guru-guru lain membantu pembinaan pribadi anak.
BAB IV
P E N U T U P
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Sebagai penutup akhir bab ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Pertumbuhan merupakan suatu perubahankuantitatif pada material sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan, dimana perubahan ini hanya pembesaran dan pertuimbuhan jadi yang tidak ada menjadi ada dan sebagainya.
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang bersifat kualitatif, yang meliputi perkembangan kepribadian manusia, misalnya pikiran, perhatian dan perasaan.
Guru agama adalah pembina pribadi sikap dan pandangan hidupanak karena itu setiap guru agama harus berusaha membekali diri dengan segala pengetahuan, dan juga harus betul-betul memahami pertumbuhan dan perkembangan anak, agar dapat mendidik yang sesuai dengan kemampuan anak.
Agama merupakan sesuatu yang sangat penting didalam diri seseorang selama hidupnya, karena agama merupakan sumber moral yang tidak akan habis-habisnya.
Pendidikan agama Islam bertujuan terhadap semua aspek kehidupan, namun pada pokoknya adalah untuk membentuk manusia muslim yang beriman teguh, beramal shaleh berkepribadian yang baik, bertingkah laku yang mulia, serta pandai bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sebagai penutup akhir bab ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Pertumbuhan merupakan suatu perubahankuantitatif pada material sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan, dimana perubahan ini hanya pembesaran dan pertuimbuhan jadi yang tidak ada menjadi ada dan sebagainya.
Perkembangan merupakan suatu perubahan yang bersifat kualitatif, yang meliputi perkembangan kepribadian manusia, misalnya pikiran, perhatian dan perasaan.
Guru agama adalah pembina pribadi sikap dan pandangan hidupanak karena itu setiap guru agama harus berusaha membekali diri dengan segala pengetahuan, dan juga harus betul-betul memahami pertumbuhan dan perkembangan anak, agar dapat mendidik yang sesuai dengan kemampuan anak.
Agama merupakan sesuatu yang sangat penting didalam diri seseorang selama hidupnya, karena agama merupakan sumber moral yang tidak akan habis-habisnya.
Pendidikan agama Islam bertujuan terhadap semua aspek kehidupan, namun pada pokoknya adalah untuk membentuk manusia muslim yang beriman teguh, beramal shaleh berkepribadian yang baik, bertingkah laku yang mulia, serta pandai bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
B. Saran-saran
Didalam memberikan latihan-latihan dan pembiasaan agama pada anak maka orang tua atau seorang pendidik hendaklah terlebih dahulu menciptakan suasan yang disenangi anak sehingga dengan demikian akan memudahkan pertumbuhan dan perkembangan agama pada anak.
Pendidikan agama sangatlah penting didalam hidup manusia, oleh sebab itu sebagai seorang pendidik atau guru agama, haruslah membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang berhubungan erat dengan bidangnya.
Orang tua maupun orang dewasa hendaklah mampu memberikan contoh dan tauadan yang baik bagi anak didalam beribadah
Orang tua harus membekali anak-anaknya dengan ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainnya, untuk hidupnya dimasa yang akan datang, serta membimbing mereka kearah pengembangan potensi dirinya.
Didalam memberikan latihan-latihan dan pembiasaan agama pada anak maka orang tua atau seorang pendidik hendaklah terlebih dahulu menciptakan suasan yang disenangi anak sehingga dengan demikian akan memudahkan pertumbuhan dan perkembangan agama pada anak.
Pendidikan agama sangatlah penting didalam hidup manusia, oleh sebab itu sebagai seorang pendidik atau guru agama, haruslah membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang berhubungan erat dengan bidangnya.
Orang tua maupun orang dewasa hendaklah mampu memberikan contoh dan tauadan yang baik bagi anak didalam beribadah
Orang tua harus membekali anak-anaknya dengan ilmu agama dan ilmu pengetahuan lainnya, untuk hidupnya dimasa yang akan datang, serta membimbing mereka kearah pengembangan potensi dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mudzakir, Drs. Dkk. Psikologi Pendidikan. CV Pustaka Setia. Bandung
Abdul Wahid, Drs. Mustaqim, Drs. Psikologi Pendidikan. Reneka Cipta. Jakarta. 1991
Lubis Salam, Drs. Menuju Keluarga Sakinah. Peneribit. Terbit Terang. Surabaya
Kartini Kartana, Dra. Peranan Keluarga Memandu Anak. Opcit
Kartini Kartana, Dra. Peranan Keluarga Memandu Anak. Opcit
M. Ngalim Purwanto, Drs. Psiokologi Pendidikan. 1986
Noehi Nasution, Drs, MA, dkk. Psikologi Pendidikan, Universtas Terbuka. Jakarta
Paimun, Drs, dkk. Psikologi Perkembangan 1-6 .Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam
Siti Partini Suwardiman, SU. Psikologi Perkembangan. IKIP Yogyakarta
Zakiyah Z, Dra dan Lilik Sryanti, Dra. Dikatat Ilmu Jiwa Pendidikan
0 Komentar