AKU DAN CINTA

20.21 Add Comment
Di jalan cinta, para pencinta mengorbankan diri demi mendapatkan yang dikasihi. Segenap orang suci yang mabuk anggur cinta telah mengorbankan diri mereka di jalan cinta.- Syeikh Muzaffir
Cinta adalah melihat apa yang baik dan indah dalam segala sesuatu. Mencintai adalah belajar dari segala sesuatu, melihat anugerah Allah dan kemurahan Allah dalam segala sesuatunya. Mencintai adalah mensyukuri segala rahmat Allah.
Kita boleh menjajaki beratus-ratus hal, tetapi cukup cinta saja yang akan membebaskanmu dari dirimu. Karena itu janganlah berpaling dari cinta, bahkan dari cinta samaran dunia sekalipun, sebab itulah persiapan menuju Kebenaran tertinggi.
Cinta adalah derita yang istimewa dan membahagiakan. Barang siapa memiliki cinta didalam hati akan mengetahui rahasia Illahi. Karena ciptaan Allah yang terampuh dan terkuat adalah cinta.
Jadilah tawanan cinta agar mendapatkan kebebasan sejati, terbebas dari kebekuan dan pemujaan diri. Walau kita mencoba ribuan hal di dunia ini, hanya cinta yang akan membebaskan kita dari perbudakan diri kita sendiri.

Suatu Sore…..

Hal yang bisa mengantarkan seseorang ke tingkatan “orang yang dicintai” adalah setelah ia mencapai tingkatan “orang yang mencintai”. - Abdul Aziz Mustafa
Suara yang lembut dia…. perlahan berdesir ditelingaku dan menuju jantung hatiku…..
Dia bertanya ,”Kamu cintai ga sama aku ?”
Aku menjawab perlahan, “Ya, aku cinta sama kamu…”
Kembali dia bertanya ,”Kamu benci ga sama dia (mantanku) yang gitu tega sama kamu ?”
Ku jawab ,”Tidak, aku tidak membencinya”… dan aku berkata dalam hati….. “cintaku kepadamu tidak menyisakan waktu bagiku untuk membencinya.”
Dan aku seringkali mengatakan kepada dia “aku sayang kamu….”, mungkin sudah tak terhitung banyaknya, karena itu yang aku lihat dan tertulis di ruang matanya.
Beberapa kali dia juga bertanya padaku “Gimana cara aku bikin kamu bahagia ? aku harus gimana ?”
Setiap kali ku jawab dengan perkataan ,”Buat diri kamu bahagia, maka aku jauh lebih bahagia dari bahagia nya kamu”.
Karena ku tahu mencintai adalah meletakkan kebahagiaan kita dalam kebahagiaan pasangan kita.
Hal indah yang aku sadari adalah ternyata cinta adalah caraku berjalan dengan penuh syukur, ketika kulihat dirinya, ketika dapat bertemu dengan nya, ketika dapat tersenyum, ketika hati teriak bahagia, ketika semua hal terjadi bersamanya…. Hatiku seringkali menjerit “Allah Maha Baik, Alhamdulillah terima kasih Ya Allah…”
Bahkan ketika keindahan dan bahagia itu memuncak kadang membuat ku meneteskan air mata bahkan sampai membuatku menangis terisak… dan terucap dalam hati begitu kuat “… Ya Allah…… Engkau Sangat Baik Ya Allah……”
Cinta membuat aku semakin memahami makna kehidupan dan Kuasa Illahi. Mencintai adalah sebuah proses belajar dan membuka pintu untuk mencintai Sang Maha Pencipta, memahami Cinta Illahi.
Kadang aku berpikir “Bagaimana seseorang dapat mencintai Dzat Yang Tak Tampak, sedangkan kepada yang tampak saja dia tidak dapat mencintai dengan benar ?, bahkan enggan untuk memahami arti dari cinta terlebih belajar untuk mencintai dengan benar, bahkan jauh dari kedisiplinan hati ?”
Bukankah Allah Swt sangat mencintai ciptaan Nya ? Maka betapa Allah Swt akan mencintai kita bila kita mencintai dan menjaga dengan benar Ciptaan Nya ?

Siap Melangkah…..

Dua hal yang membuatku berani melangkah dalam cinta pertama dia sangat memahami rona wajahku bagai seorang pelaut memahami samudra, dengan melihat rona wajahku dia mengetahui jelas segala sesuatu tentang diriku,.. hmmm… dia memang unik dan langka…
Hal yang kedua, aku dan dia adalah pasangan yang berbahagia, sangat sering saling senyum, dengan senyuman yang tidak dapat dipahami siapapun kecuali oleh aku dan dirinya….. eheemmm…
Akhirnya kucoba kembali… memanfaatkan hidupku, hatiku dan mataku di jalan cinta. Apakah ini adalah anugerah dari Allah Swt, yang akan membuktikan bahwa masih adanya cinta sejati didunia ini, serta kebahagiaan cinta yang akan aku alami sebelum nafasku berakhir…. Atau kah cobaan yang akhirnya akan mengakhiri kisah hidup ku ?
Aku melangkah dengan satu keyakinan bahwa bila aku melangkah dengan kebersihan hati, niat yang suci serta ketulusan cinta maka kelak akan membawaku menuju Rahasia Ilahi, Kebenaran Sejati.
Kusadari mencintai adalah suatu proses pembelajaran diri dan kedisiplinan hati. Aku pernah berpikir bahwa cinta dan yang di cintai itu berbeda. Kini aku mengerti bahwa keduanya sama.
Jika cinta mewujudkan diri dalam diri kita, sungguh ia berasal dari keindahan. Kita hanyalah cermin belaka dimana keindahan dipantulkan. Keindahan dan pantulannya berasal dari satu sumber yang merupakan kekayaan dan gudang kekayaan yaitu hati.
Tempatnya cinta adalah hati, dan hati adalah emas murni. Keagungan Ilahiah menggosoknya dengan menatapnya, menjadikan terang dan murni. Jejak cahaya keindahan cinta tiada terperi muncul dalam cermin kesalehan hati. Cinta anak manusia hidup dari Cinta Ilahi.
Penting bagi kita untuk memiliki perasaan cinta dalam hati kita, dalam bentuk dan wujud apapun. Penting pula untuk dicintai, namun lebih mudah untuk mencintai daripada di cintai. Jika kita mencinta, maka kelak pasti akan mencapai Sang Kekasih, Sang Maha Pencinta.
Namun perlu diingat bahwa hati yang terbebas dari sakit nya cinta bukanlah hati sama sekali, tubuh yang jauh dari perihnya cinta tidak lain dari sekedar tanah liat dan air. Dan hati tanpa cinta tidak lebih dari seonggok batu.

Setia Kepada Cinta…

Adalah sangat penting untuk menjaga hati atau kedisiplinan hati akan cinta kita. Jangan ternodakan karena noda sekecil apapun yang akan mengotori cermin hati yang akhirnya merusak makna keindahan cinta itu sendiri.
Atau bahkan menghianatinya sehingga pecahlah cermin cinta itu, dan cermin yang telah pecah akan cacat selamanya.
Kuasa Ilahi ada dalam hati kita, dan kebenaran Ilahi yang bekerja didalamnya. Jadi sangat lah tidak bijak bila kita mempermainkan dan menghianati cinta yang bersumber dari hati kita sendiri.
Sebenarnya semuanya telah terjaga dan naluriah, ketika hati mendapatkan kedamaian dengan yang di cinta, ia tidak akan menghendaki yang lain. Ibarat sekali bunga teratai dibelai kehangatan matahari, akankah ia menginginkan rembulan ? Ketika jiwa dahaga akan seteguk air jernih, tak ada gunanya gula.
Namun terkadang kita dibutakan oleh hal yang menutupi kebersihan cermin hati, berbagai hasrat menyesatkan dan berjuta keinginan tanpa rasa puas. Sehingga lemahlah pantulan cinta dan timbul ketidak yakinan akan kekuatan cinta yang bersumber Sang Maha Pencinta.
Bagi mereka yang tidak mempercayai akan kekuatan cinta, dia tidak menghargai keanggungan cinta, merendahkan arti cinta sehingga membuat cinta nya begitu lemah dan rapuh, akhirnya akan terjatuh, terperosok dalam penghianatan akan cinta yang tulus dan murni, mereka berakhir dalam kesengsaraan.
Percayalah akan kekuatan cinta yang sanggup menembus gunung. Cinta membuat kita mencapai tujuan. Cinta mendatangkan ektase, memberikan cita rasa kepada yang mencinta. Syukurilah senantiasa akan apa yang telah di peroleh, karena cinta adalah anugerah terindah dari Sang Maha Pencinta.
Tanamkan dalam hati perasaan iklas menerima segala kekurangan pasangan cinta kita karena tidak ada mahluk yang sempurna. Dengan ketulusan dan kebersihan hati, mampu merubah kekurangan itu menjadi kelebihannya. Yang akan menjauhkan kita dari roh penghianatan yang dapat menyengsarakan kita.
Senantiasa bersyukur dan iklas menerima, sehingga kita merasakan kebaikan dan kenikmatan yang di karuniakan Allah Swt, baik yang nampak maupun yang tidak. Sesungguhnya, hal itu senantiasa menimbulkan perasaan cinta terhadap Allah Swt….
Alhamdulillah…..
Dan apabila dengan perkataan, perbuatan dan pemikiran ku ini telah menyakiti hati seseorang dimasa lalu ataupun yang akan datang, aku mohon maaf yang sebesarnya karena akupun manusia yang jauh dari sempurna dan tidak luput dari kesalahan. Ya Allah ampunilah dosaku yang kian menggunung….
Amin Ya Rohbal’alamin…

Rahasia Besar: Menjadi Manusia Paling Dicintai

20.14 Add Comment
Tak ada satu insan manusiapun yang ingin dibenci atau dikucilkan di muka bumi ini. Begitupun halnya saya dan anda. Semua ingin yang terbaik untuk dirinya dan kehidupannya. Inilah ego manusia yang dikodratkan bagi dirinya sendiri sejak ia dilahirkan di kehidupan palsu ini.
Suatu ketika, saat sedang duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar (SD) kita, guru mata pelajaran favorit kita itu menggembar-gemborkan kalimat ini "Manusia Adalah Makhluk sosial". Kemudian nalar polos kita bagaikan mendapat guncangan dahsyat dari kalimat kelas berat bagi neuron-neuron di dalam belahan otak kecil kita. Apa maknanya? kepolosan kita bertanya-tanya.
Dan hingga beberapa kali kalimat mantra itu melayang mesra di telinga kecil kita dan menghampiri rasa penasaran kita yang tinggi itu setiap kali masuk kelas mengikuti pelajaran selama masa-masa emas keceriaan di sekolah. Dan akhirnya kalimat itu menempeli benak kita, membuatnya tak asing lagi bagi pikiran inovatif kita. kita tahu mengucapnya dan maknanya.


Hingga dewasa, kalimat itu senantiasa bersemayam di balik susunan sistem saraf kita ini. Dan kita akan dengan sangat lancar menjawabnya ketika seseorang menanyakan maknanya kepada kita. "Manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain". Lancar sekali kita mengucapnya bagaikan hal yang berada diluar kepala kita meskipun dalam versi bahasa yang paling sederhana.
Namun ada satu hal yang kurang sebenarnya. Ada sesuatu hal yang tidak kita pelajari dari sana, yakni bagaimana mengaplikasikannya dan dengan cara kreatif mengkonversi sifat kesosialan ini menuju keadaan kebahagian yang menguntungkan kita tanpa ada unsur egoisme yang menyertainya. Atau dengan kata lain, bagaimana sifat ini bisa membuat kita bahagia? Inilah yang kurang. Saya tidak tahu siapa yang salah untuk itu, apakah guru pelajaran sosial kita lupa mengajarkannya? atau kurikulum pendidikan kita pada saat itu menganggapnya tidak lebih penting dari sekedar proses menghapal susunan kalimatnya? atau justru kita yang melupakannya.
Tapi sudahlah. tak ada gunanya menyalahkan sebuah kesalahan, seperti halnya tekhnis yang selalu disalahkan. Satu hal yang krusial yang harus kita lakukan saat ini adalah bagaimana melengkapi kekurangan yang ada itu. Dan ini sangat sederhana sebab melengkapi apa yang kurang pada diri anda, bukan serumit melengkapi kekurangan sebuah sistem politik atau supremasi hukum suatu negara.
Untunglah ilmuwan-ilmuwan kita telah terlebih dahulu mempelajarinya. Bukan lagi tentang bagaimana menghapal materi pelajaran sosial yang bagi sebagian orang progresif adalah sangat membosankan, tetapi lebih kepada bagaimana implementasi yang nyata bisa memberikan kontribusi positif dalam pencapaian impian mulia kita.
Dan untuk itu, kita akan mempelajari rahasia besar ini. Yakni Bagaimana menjadi manusia paling dicintai oleh siapapun, di manapun, dan dalam keadaan seperti apapun kita. Pelajaran ini diungkap oleh salah seorang pakar relationship, Les Gibling dalam buku kecilnya "Skill With People".
Les Gibling menyatakan untuk menjadi manusia paling dicintai atau mengetahui rahasia besar itu, hanyalah bagaimana memahami kodrat manusia seadanya. Memahami kodrat manusia hanyalah masalah mengakui manusia itu sebagaimana adanya; bukan apa yang anda pikirkan tentang mereka. 
Banyak sekali orang yang terjebak di tempat mereka sendiri dan tak bisa ke mana-mana, hanya karena mereka menempatkan orang lain pada posisi yang keliru. Mereka memandang orang lain sebagai dewa yang memiliki kemampuan segalanya, dan di sisi lain memandang orang lain lebih rendah dari dirinya sendiri.
Seseorang itu, sama halnya dengan anda. Jadi mengapa anda harus memandangnya lebih atau kurang dari anda.  Hanya sesimple itu.
Jadi mari kembali berkaca pada diri kita untuk menjadi dicintai orang lain anda tidak perlu belajar hingga sampai ke mana-mana cukup dari diri anda dan itu gratis.
Jadi apa rahasia besarnya?
Seperti yang saya katakan sebelumnya, anda akan menemukannya dengan sedikit eksplorasi diri pribadi. Saya sedikit mungkin akan membantu, namun selanjutnya andalah pemenangnya. Coba kita berpikir sejenak, sebagai upaya eksplorasi diri yang sederhana itu. Pernahkah anda memikirkan, adakah hal yang membuat anda begitu bersemangat ketika membicaran suatu topik dengan orang lain? Dan membuat anda begitu menghargai orang itu? Apa itu?
Anda menemukannya? belum? ayolah! ini pertanyaan paling gampang yang pernah ditanyakan kepada anda. Bagaimana dengan ini, pernahkah anda memperhatikan kata apa yang paling dominan dalam sebuah pembicaraan yang kompleks?
Atau, Bagaimana perasaan anda jika saya menanyakan ini. "Hey kawan bagaimana dirimu?" Anda menemukannya?
Ya... itu maksud saya. Anda akan sangat bersemangat ketika membicarakan diri anda sendiri, anda jadi begitu menghargai orang yang mendengarkan anda menceritakan prestasi yang pernah anda raih di pekerjaan anda sebelumnya. Dan kemudian kata yang paling sering muncul dari sebuah percakapan adalah "saya" dan kawan-kawannya. Artinya ada kecenderungan untuk menonjolkan diri masing-masing. Jika demikian bagi anda, maka demikian juga bagi saya, dan sama halnya dengan orang-orang di luaran sana yang siap memberikan anda cinta.
Maka Inilah Rahasianya: 
"Orang sepuluh ribu kali lipat cenderung lebih tertarik pada diri mereka pribadi dari pada orang lain"
Hanya ini, dan anda akan menjadi manusia paling dicintai dimanapun anda berada. Bagaimana implementasinya? buat mereka berbicara tentang diri mereka sendiri dan anda akan mendapatkan apa yang anda inginkan.
Terkesan sangat sederhana, namun saya yakin kita akan sedikit kesulitan pada tahap realisasinya. Namun berlatihlah. Dan ingat ini, jika anda mengorbankan kepuasan pribadi yang anda rasakan dengan membiarkan orang lain berbicara tentang diri mereka, keluarga, dan pengalaman mereka, maka anda akan mendapatkan imbalan yang lebih dari setimpal. Selamat menjadi orang yang dicintai!

Filsafat Hidup Manusia

20.10 1 Comment

Ada beberapa filsafat hidup yang dianut oleh manusia:

  1. Pertama : Dalam hidup ini yang penting perut kenyang dan badan sehat.
  2. Kedua : Dalam hidup ini mengikuti ke mana arah angin berhembus, angin berhembus ke Timur, ikut ke Timur, angin berhembus ke Barat, ikut ke Barat, supaya selamat dan mendapatkan apa yang diinginkan.
  3. Ketiga : Dalam hidup ini yang penting "saya senang" masa bodoh dengan urusan orang lain.
  4. Keempat : Dalam hidup ini harus baik di dunia dan baik di akhirat.


Sebagai muslim sudah selayaknya kita berfilsafat sebagaimana filsafat hidup Rasulullah SAW.
Filsafat hidup Rasulullah adalah sebagai berikut :
1. Pertama : Rasulullah pernah ditanya oleh seorang sahabat. "Wahai Rasulullah, bagaimana kriteria orang yang baik itu? Rasulullah menjawab:
Yang artinya: "Sebaik-baiknya manusia ialah orang yang bermanfaat bagi orang lain".
Jika ia seorang hartawan, hartanya tidak dinikmati sendiri, tapi dinikmati pula oleh tetangga, sanak famili dan juga didermakan untuk kepentingan masyarakat dan agama. Inilah ciri-ciri orang yang baik. Jika berilmu, ilmunya dimanfaatkan untuk kepentingan orang banyak. Jika berpangkat, dijadikannya sebagai tempat bernaung orang-orang disekitarnya dan jika tanda tangannya berharga maka digunakan untuk kepentingan masyarakat dan agama, tidak hanya mementingkan diri dan golongannya sendiri.
Pokoknya segala kemampuan/potensi hidupnya dapat dinikmati orang lain, dengan kata lain orang baik adalah orang yang dapat memfungsikan dirinya ditengah-tengah masyarakat dan bermanfaat.
Sebaliknya kalau ada orang yang tidak bisa memberi manfaat untuk orang lain atau masyarakat sekitarnya bahkan segala kenikmatan hanya dinikmatinya sendiri, berarti orang itu jelek. Adanya orang seperti itu tidak merubah keadaan dan perginyapun tidak merugikan masyarakat.
Jadi filsafat hidup Rasulullah SAW menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, sudah sepantasnya bagi kita sebagai manusia untuk memegang filsafat hidup. Orang yang hanya menanam rumput untuk makanan ternak ia akan mendapatkan rumput tapi padinya tidak dapat, sebaliknya orang yang menanam padi, ia akan mendapatkan padi dan sekaligus mendapatkan rumput, karena rumput tanpa ditanam akan tumbuh sendiri. Begitu juga dengan kita yang hidup ini, kalau niat dan motivasinya sekedar mencari rumput (uang) iapun akan memperolehnya, tetapi tidak dapat padinya atau tidak akan memperoleh nilai ibadah dari seluruh pekerjaannya.
Oleh karena itu dalam menjalankan kehidupan, niatkan untuk ibadah dengan suatu keyakinan bahwa pekerjaan dan tempat kerja kita, kita yakini sebagai tempat mengabdi kepada Nusa, Bangsa dan Negara, dan sebagai upaya menghambakan diri kepada Allah SWT. Dengan demikian maka setiap hendak berangkat ke tempat bekerja berniatlah beribadah, Insya Allah seluruh pekerjaan kita akan bernilai ibadah, dan mendapatkan pahala.
Alangkah ruginya orang yang hidup ini niatnya hanya mencari "rumput" walau hal itu penting, tetapi kalau niatnya hanya itu saja, orang tersebut termasuk orang yang rugi, karena ia tidak akan mendapatkan nilai ibadah dari pekerjaannya.
Yang namanya ibadah bukan hanya shalat, zakat, puasa atau membaca Al-Qur'an saja, tetapi bekerja, mengabdi kepada masyarakat, Negara dan Bangsa dengan niat Lillahi Ta'ala ataupun ibadah. Hal ini penting untuk diketahui, karena ada yang berfilsafat: Kalau ada duitnya baru mau kerja, kalau tidak ada duitnya malas bekerja.
2. Kedua : Rasul pernah ditanya, wahai Rasulullah! Orang yang paling baik itu yang bagaimana? Rasul menjawab :
Yang artinya : "Sebaik-baiknya diantara kamu ialah orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya".
Sudah barang tentu orang yang semacamn ini sangat bermanfaat bagi masyarakat. Sebaliknya kalau ada orang yang amalnya baik tapi umurnya pendek masyarakat akan merasa kehilangan. Rasulullah juga mengatakan,"Seburuk-buruknya manusia yaitu mereka yang panjang umurnya tapi jelek perbuatannya".
Jadi sebenarnya kalau ada orang semacam itu mendingan umurnya pendek saja, supaya masyarakat sekitarnya tidak banyak menderita dan agar ia tidak terlalu berat tanggung jawabnya di hadapan Allah. Orang yang umurnya panjang dan banyak amal kebajikannya itulah orang yang baik.
Permasalahannya sekarang bagaimana agar kita mendapat umur yang panjang. Sementara orang ragu, bukankah Allah telah menentukan umur seseorang sebelum lahir? Pernyataan ini memang benar, tapi jangan lupa Allah adalah Maha Kuasa menentukan umur yang dikehendaki-Nya.
Adapun resep agar umur panjang sebagaimana resep Rasulullah :
Secara lahiriyah, kita semua sependapat untuk hidup sehat, harus hidup teratur, makan yang bergizi serta menjaga kondisi dengan berolahraga yang teratur.
Secara spiritual orang yang ini panjang umur ada dua resepnya:
1. Pertama : Suka bersedekah yakni melepaskan sebahagian hartanya di jalan Allah untuk kepentingan masyarakat, anak yatim, fakir miskin maupun untuk kepentingan agama. Dengan kata lain orang yang kikir atau bakhil sangat mungkin umurnya pendek.
2. Kedua : Suka silahturahmi, Silah berarti hubungan dan rahmi berati kasih sayang, jadi suka mengakrabkan hubungan kasih sayang dengan sesama, saling kunjung atau dengan saling kirim salam.
Sementara para ahli tafsir menyatakan sekalipun bukan umur itu yang bertambah misalnya 60 tahun, karena sering silahturahmi meningkat menjadi 62 tahun, banyak sedekahnya menjadi 65 tahun. Kalau bukan umurnya yang bertambah, setidak-tidaknya berkah umur itu yang bertambah. Umurnya tetap tapi kualitas dari umur itu yang bertambah.
3. Ketiga : Rasul pernah ditanya, orang yang paling beruntung itu yang bagaimana? Rasul Menjawab :
Yang artinya : "Barang siapa yang keadaannya hari ini kualitas hidupnya lebih baik dari hari kemarin maka dia adalah orang beruntung".
Kalau kita bandingkan dengan tahun kemarin, ilmu dan ibadahnya, dedikasinya, etos kerja, disiplin kerja meningkat, dan akhlaknya semakin baik, orang tersebut adalah orang yang beruntung. Dengan kata lain filsafat hidup Rasulullah yang ketiga adalah "Tiada hari tanpa peningkatan kualitas hidup".
Pernyataan Rasul yang kedua :
Yang artinya: "Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia termasuk orang yang rugi".
Jika amalnya, akhlaknya, ibadahnya, kedisplinannya dan dedikasinya tidak naik dan juga tidak turun maka orang tersebut termasuk orang yang merugi.
Sementara orang bertanya: Kenapa dikatakan rugi padahal segala-galanya tidak merosot? Bagaimana dikatakan tidak rugi, mata sudah bertambah kabur, uban sudah bertabu, giginya sudah pada gugur dan sudah lebih dekat dengan kubur, amalnya tidak juga bertambah, kualitas hidup tidak bertambah maka ia adalah rugi. Dan Rasul mengatakan selanjutnya :
Yang artinya : "Barangsiapa keadaan hidupnya pada hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka orang semacam itu dilaknat oleh Allah".
Oleh karena itu pilihan kita tidak ada lain kecuali yang pertama, yakni tidak ada hari tanpa peningkatan kualitas hidup. Sebagai umat Islam, kedispilinan, dedikasi, kepandaian, kecerdasan, keterampilan harus kita tingkatkan, agar kita termasuk orang yang beruntung.
4.Keempat : Rasul pernah ditanya : "Wahai Rasulullah! Suami dan isteri yang paling baik itu bagaimana?
Rasul menjawab : "Suami yang paling baik adalah suami yang sikap dan ucapannya selalu lembut terhadap isterinya, tidak pernah bicara kasar, tidak pernah bersikap kasar, tidak pernah menyakiti perasaan isterinya, tetap menghormati dan menghargai isterinya.
Sebab ada sikap seorang suami yang suka mengungkit-ungkit segala kekurangan isterinya, sehingga dapat menyinggung perasaannya, yang demikian termasuk suami yang tidak baik biarpun keren dan uangnya banyak. Hakekatnya suami yang tidak baik yaitu suami yang kasar terhadap isterinya. Dan seorang laki-laki yang mulia ialah yang bisa memuliakan kaum wanita, tidak suka menyepelekan. Sampai-sampai Rasul masih membela kepada kaum wanita beberapa saat sebelum Beliau wafat. Beliau sempat berpesan: "Aku titipkan nasib kaum wanita kepadamu". Diulangnya tiga kali. Karena kaum wanita kedudukannya serba lemah. Jadi kalau seoarang suami memiliki akhlak yang tidak baik maka penderitaan sang isteri luar biasa. Hal ini perlu kita ingat karena segala sukses yang dicapai oleh sang suami pada hakekatnya adalah karena andil sang isteri. Demikian juga andil isteri yang membantu mencarikan nafkah.
5.Kelima : Rasul pernah ditanya, "Wahai Rasulullah! Orang yang benar itu yang bagaimana? Rasul menjawab,"Apabila dia berbuat salah segera bertaubat, kembali kepada jalan yang benar. Oleh karena itu para filosof mengatakan, "Orang yang benar adalah bukan orang yang tak pernah melakukan kesalahan, tapi orang yang benar adalah mereka yang sanggup mengendalikan diri dari perbuatan yang terlarang dan bila terlanjur melakukannya, ia memperbaiki diri dan tidak mengulangi perbuatan yang salah itu. Ibarat anak sekolah mengerjakan soal, kalau salah tidak jadi masalah, asal setelah dikoreksi tidak mengulangi kesalahannya. Sampai-sampai ada ungkapan yang tidak enak didengar tapi benar menurut tuntunan Islam, yaitu: Bekas maling itu lebih baik dari pada bekas santri. Kita tahu bahwa santri adalah orang yang taat beragama, sedangkan maling penjahat, pemerkosa, dan sebagainya tapi setelah bertaubat menjadi orang yang baik, kembali ke jalan yang benar. Orang yang demikian matinya menjadi khusnul khotimah. Memang yang ideal, orang yang baik itu dari muda sampai tua baik terus, tapi hal itu jarang.
Kesalahan yang sudah terlanjur, selama masih mau bertaubat tidak jadi masalah. Oleh karena itu, segala hukuman, seperti hukuman administrasi dalam kepegawaian, selalu didasarkan atas beberapa pertimbangan. Apakah kesalahannya tidak bisa ditolerir, apakah orang tersebut perlu diberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahannya atau tidak. Apakah kesalahannya terpaksa atau karena kebodohannya? Maka berbagai pertimbangan perlu dilakukan sehingga ada kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki kesalahannya, agar dia bisa kembali menjadi orang yang baik. Nabi Muhammad SAW bersabda :
Yang artinya: "Walaupun engkau pernah melakukan kesalahan sehingga langit ini penuh dengan dosamu, asal saja kamu bertaubat, akan terima oleh Allah".
6. Keenam : Suka memberi. Sabda Nabi :
Yang artinya : "Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah".
Orang yang suka memberi, martabatnya lebih terhormat daripada orang yang suka menerima. Allah berfirman :
Yang artinya : "Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir, seratus biji. Allah melipat-gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas karunia-Nya lagi Maha Mengetahui.(QS. Al-Baqarah : 261)
Tidak ada orang yang suka sedekah, kemudian jatuh miskin. Umumnya yang jatuh miskin karena suka judi, togel, dan minuman keras. Dan resep kaya menurut Islam adalah kerja keras, hidup hemat, dan suka sedekah.
7.Ketujuh : Rasul pernah ditanya oleh para sahabat : "Wahai Rasul! Si pulan itu orang yang luar biasa hebatnya. Dia selalu berada dalam masjid, siang malam melakukan shalat, puasa, I'tikaf, berdo'a. Kemudian Rasul bertanya kepada para sahabat, "Apakah orang itu punya keluarga?" Sahabat menjawab, "Punya Ya Rasul". Kata Rasul : "Orang tersebut adalah orang yang tidak baik!. Saya ini suka ibadah tapi disamping itu sebagai seorang suami, berusaha mencari nafkah. Sampai Rasul menyatakan : " Tergolong tidak baik orang yang hanya mementingkan urusan ukhrawi tetapi melalaikan urusan dunia".
Juga tidak benar orang yang hanya mementingkan urusan duniawi tapi melalaikan urusan ukhrawi. Yang paling baik adalah seimbang antara kepentingan duniawi dengan kepentingan ukhrowi dan tidak berat sebelah.
20.07 Add Comment
Petruk
Berbeda dengan filsafat Barat, yang berakar dari filsafat Yunani (Socrates
dkk.), filsafat Jawa tidak mau bersusah payah untuk berusaha menemukan apa
kiranya 'unsur zat terkecil yang tidak bisa dibagi lagi yang membentuk suatu
benda'. Bagi orang Jawa semua itu adalah urusan dan pekerjaan 'Sing Ngecet
Lombok'. Bukan tugas manusia memikirkannya.
Jika Plato setelah melalui pemikiran yang mendalam akhirnya memiliki
keyakinan bahwa: terdapat kuda sempurna di alam kekal yang menjadi
blue-print dari kuda-kuda yang ada dan kita lihat sekarang, maka bagi orang
Jawa: yang penting adalah bagaimana merawat kuda dengan baik. Dan untuk
menjadi seorang kusir dokar yang terampil kita memang tidak perlu tahu
'apakah memang benar ada kuda sempurna di alam kekal'.
Filsafat Jawa berbicara tentang hal-hal yang sederhana, namun sangat
mendasar dan mendalam. Orang Jawa tidak mau pusing-pusing memikirkan apakah
bumi berbentuk bulat ataukah lonjong, tapi yang penting adalah bagaimana
manusia menjaga keselarasan (harmoni) dengan alam semesta, dan terlebih lagi
dengan sesamanya: 'uripku aja nganti duwe mungsuh'.
Filsafat Jawa mengajarkan kehidupan yang sederhana, dan menginsyafi bahwa
harta benda tidaklah memberikan kebahagiaan yang hakiki: 'sugih durung
karuan seneng, ora duwe durung karuan susah'. Meski demikian manusia harus
bekerja: 'urip kudu nyambut gawe', dan mengetahui kedudukannya di dalam
tatanan masyarakat.
Manusia Jawa percaya bahwa setiap orang memiliki tempatnya sendiri-sendiri:
'pipi padha pipi, bokong padha bokong'. Kebijaksanaan kuno ini bahkan
selaras dengan ilmu manajemen modern yang mengajarkan bahwa setiap individu
harus memilih profesi yang cocok dengan karakternya. Setelah menemukan
bidang profesi yang cocok, hendaknya kita fokus pada bidang tersebut, sebab
jika kita tidak fokus akhirnya tak satupun pekerjaan yang terselesaikan:
'Urip iku pindha wong njajan. Kabeh ora bisa dipangan. Miliha sing bisa
kepangan.'
Berikut ini kutipan lengkap salah satu pitutur luhur yang sering disampaikan
ki dalang dalam pertunjukan wayang kulit melalui tokoh Petruk:
NGELMU KYAI PETRUK
Kuncung ireng pancal putih
Swarga durung weruh
Neraka durung wanuh
Mung donya sing aku weruh
Uripku aja nganti duwe mungsuh.
Ribang bumi ribang nyawa
Ana beja ana cilaka
Ana urip ana mati.
Precil mijet wohing ranti
Seneng mesti susah
Susah mesti seneng
Aja seneng nek duwe
Aja susah nek ora duwe.
Senenge saklentheng susahe sarendheng
Susah jebule seneng
Seneng jebule susah
Sugih durung karuan seneng
Ora duwe durung karuan susah
Susah seneng ora bisa disawang
Bisane mung dirasakake dhewe.
Kapiran kapirun sapi ora nuntun
Urip aja mung nenuwun
Yen sapimu masuk angin tambanana
Jamune ulekan lombok, bawang
uyah lan kecap
Wetenge wedhakana parutan jahe
Urip kudu nyambut gawe
Pipi ngempong bokong
Iki dhapur sampurnaning wong
Yen ngelak ngombea
Yen ngelih mangana
Yen kesel ngasoa
Yen ngantuk turua.
Pipi padha pipi
Bokong padha bokong
Pipi dudu bokong.
Onde-onde jemblem bakwan
Urip iku pindha wong njajan
Kabeh ora bisa dipangan
Miliha sing bisa kepangan
Mula elinga dhandhanggulane jajan:
Pipis kopyor sanggupira lunga ngaji
Le ngaji nyang be jadah
Gedang goreng iku rewange
Kepethuk si alu-alu
Nunggang dangglem nyengkelit lopis
Utusane tuwan jenang
Arso mbedhah ing mendhut
Rame nggennya bandayudha
Silih ungkih tan ana ngalah sawiji
Patinira kecucuran
Ki Daruna Ni Daruni
Wis ya, aku bali menyang Giri
Aku iki Kyai Petruk ratuning Merapi
Lho ratu kok kadi pak tani?

Semar
ucapan mbah semar setiap kali mau mengawali dialog :
mbergegeg, ugeg-ugeg, hmel-hmel, sak dulito, langgeng…
(diam, bergerak/berusaha, makan, walaupun sedikit, abadi)
maksudnya daripada diam (mbergegeg) lebih baik berusaha untuk lepas
(ugeg-ugeg) dan mencari makan (hmel-hmel) walaupun hasilnya sedikit (sak
ndulit) tapi akan terasa abadi (langgeng).
sebuah pesan agar kita selalu bekerja keras untuk mencari nafkah walaupun
hasilnya hanya cukup untuk makan namun kepuasan yg didapat krn berusaha tsb
akan abadi.
Punakawan dan syi'ar islam
Semar, nama tokoh ini berasal dari bahasa arab Ismar. Dalam lidah jawa kata
Is- biasanya dibaca Se-. Contohnya seperti Istambul menjadi Setambul. Ismar
berarti paku. Tokoh ini dijadikan pengokoh (paku) terhadap semua kebenaran
yang ada atau sebagai advicer dalam mencari kebenaran terhadap segala
masalah. Agama adalah pengokoh/pedoman hidup manusia. Semar dengan demikian
juga adalah simbolisasi dari agama sebagai prinsip hidup setiap umat
beragama.
Nala Gareng, juga diadaptasi dari kata arab Naala Qariin. Dalam pengucapan
lidah jawa, kata Naala Qariin menjadi Nala Gareng. Kata ini berarti
memperoleh banyak teman, ini sesuai dengan dakwah para aulia sebagai juru
dakwah untuk memperoleh sebanyak-banyaknya teman (umat) agar kembali ke
jalan Allah SWT dengan sikap arif dan harapan yang baik.
Petruk, diadaptasi dari kata Fatruk. Kata ini merupakan kata pangkal dari
sebuah wejangan (petuah) tasawuf yang berbunyi: Fat-ruk kulla maa
siwalLaahi, yang artinya: tinggalkan semua apapun yang selain Allah.
Wejangan tersebut kemudian menjadi watak para aulia dan mubaligh pada waktu
itu. Petruk juga sering disebut Kanthong Bolong artinya kantong yang
berlubang. Maknanya bahwa, setiap manusia harus menzakatkan hartanya dan
menyerahkan jiwa raganya kepada Allah SWT secara ikhlas, seperti
berlubangnya kantong yang tanpa penghalang.
Bagong, berasal dari kata Baghaa yang berarti berontak. Yaitu berontak
terhadap kebathilan dan keangkaramurkaan. Si "Bayangan Semar" ini
karakternya lancang dan suka berlagak bodoh.
Secara umum, Panakawan melambangkan orang kebanyakan. Karakternya
mengindikasikan bermacam-macam peran, seperti penghibur, kritisi sosial,
badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan. Para tokoh panakawan juga
berfungsi sebagai pamomong (pengasuh) untuk tokoh wayang lainnya. Pada
dasarnya setiap manusia umumnya memerlukan pamomong, mengingat lemahnya
manusia, hidupnya perlu orang lain (makhluk sosial) yang dapat membantunya
mengarahkan atau memberikan saran / pertimbangan. Pamomong dapat diartikan
pula sebagai guru / mursyid terhadap salik yang dalam upaya pencerahan jati
diri.
Karakter Panakawan (selain para tokoh lainnya) dari jalur acuan Walisongo
sebenarnya muncul berdasarkan penuturan Puntadewa/Dharmakusuma (satu-satunya
dari Pandawa yang kemudian memeluk Islam) dan Semar / Ismaya kepada Sunan
Kalijaga dalam komunikasi ghaib (yang tidak terbatasi ruang dan waktu)
sesama aulia. Dijelaskan juga bahwa selain Semar, para panakawan yang
dinyatakan sebagai anaknya (Gareng, Petruk dan Bagong) sebenarnya adalah
dari bangsa Jin.
Tokoh Panakawan dimainkan dalam sesi goro-goro. Pada setiap permulaan
permainan wayang biasanya tidak ada adegan kekerasan antara tokoh-tokohnya
hingga lakon goro-goro dimainkan. Artinya adalah bahwa jalan kekerasan
adalah alternatif terakhir. Dalam Islam pun, setiap dakwah yang dilakukan
harus menggunakan tahap-tahap yang sama. Lakon goro-goro pun menggambarkan
atau membuka semua kesalahan, dari yang samar-samar menjadi kelihatan jelas
sebagaimana sebuah doa: Allahuma arinal haqa-haqa warzuknat tibaa wa'arinal
bathila-bathila warzuknat tinaba, artinya: Ya Allah tunjukilah yang benar
kelihatan benar dan berilah kepadaku kekuatan untuk menjalankannya, dan
tunjukillah yang salah kelihatan salah dan berilah kekuatan kepadaku untuk
menghindarinya.

Filosofi Jawa

20.04 Add Comment
Dulu petuah orang tua atau orang bijak selalu teringat waktu ngumpul atau kita berhadapan dengan orang tua, baik orang berkelas atau orang biasa, dalam situasi resmi atau pun dalam keadaan biasa. Kita dulu  selalu  pasrah mendengar karena kita masih anak-anak / muda  dan itu cerita akan menjadi berkembang dan semakin lama. Kita akan tahu banyak arti dari kalimat – kalimat itu yang semakin mendalam dan kalau mendengar itu terbuka hatinya dia akan menemukan manfaat yang banyak. Di bawah ini mungkin bisa mengingatkan saya kembali kalimat kalimat dulu saya sering dengar sekarang hal itu jarang lagi terdengar, mungkin juga bisa bermanfaat bagi yang lain.
Saat ini kebudayaan Jawa, terutama Filsafat Jawa hampir hilang dari kehidupan masyarakat. Kehidupan kita yang cenderung “western” telah mengabaikan filsafat- filsafat Jawa tersebut. Padahal dalam filsafat-filsafat tersebut mengandung ajaran “adiluhung” yang sangat
berguna bagi kehidupan masyarakat.
Filsafat Jawa pada dasarnya
bersifat universal. Jadi filsafat Jawa bukan hanya diperuntukkan bagi masyarakat Jawa saja, tetapi juga bagi siapapun yang ingin mempelajarinya. Beberapa filsafat jawa yang biasa :
Ojo Rumongso Biso, Nanging Biso Rumongso
Ketika kita memperoleh suatu pengetahuan, ilmu, atau pengalaman terkadang muncul sifat sombong dari diri kita. Bahwa kita dapat menyelesaikan suatu masalah dengan ilmu atau pengalaman yang kita peroleh. Padahal banyak faktor yang menentukan penyelesaian suatu masalah dan bukan hanya dari sudut pandang yang kita pahami. Di sini orang lantas merasa bisa, sifat ego manusia yang muncul tanpa menghiraukan pendapat orang lain.
Dalam filosofi Jawa, sifat ini yang dinamakan Rumongso Biso (merasa bisa). Ajaran masyarakat Jawa menekankan untuk dapat melakukan koreksi ke dalam, sehingga tidak terdorong untuk menghujat atau merendahkan orang lain. Cobalah untuk memahami pendapat yang lain, walau hal itu mungkin sangat bertentangan dengan yang kita yakini. Dengan Biso Rumongso (bisa merasa) atau melatih empati kita untuk memahami orang lain akan mendorong untuk berkompromi mencapai suatu keseimbangan. Hal ini akan membuat semua perselisihan atau konflik yang ada di dunia ini dapat teratasi. Janganlah menjadi orang yang merasa bisa, melainkan yang bisa merasa.
MigunanuTumraping Liyan
“Sekecil apapun kebaikan yang kita perbuat bisa bermakna besar bagi orang lain. Berguna bagi sesama membuat hidup lebih berarti”. Itulah tulisan yang terdapat di iklan poster koran Kedaulatan Rakyat. Koran lokal Jogja ini mengambil filosofi Jawa yang maknanya mendalam. Berguna bagi sesama, itulah kurang lebih artinya.
Terkadang kita merasa belum siap untuk berbuat baik, karena kita berpikiran bahwa kita belum mampu secara materi atau merasa perbuatan kita itu tidak berdampak banyak bagi orang yang membutuhkan. Atau ketika kita sudah terjerumus dalam ego kita, yang mempertimbangkan untung rugi setiap perbuatan, melupakan kenyataan bahwa semua ciptaan dunia ini merupakan suatu kesatuan, sehingga kesetiaan kita berpindah ke kelompok yang lebih kecil, seperti komunitas lingkungan, keluarga, gender, ras. Di luar itu kita tidak peduli.
Memberi dari kekurangan kita, lebih bermakna daripada memberi dari kelebihan kita.. Sekecil apapun kebaikan yang kita perbuat bisa bermakna besar bagi orang lain.
Eling Sangkan Paraning Dumadhi.
Tinggal di Jawa, terutama di Solo paling tidak kita berusaha untuk mengerti budaya dan kearifan lokal yang ada. Hal ini sebagai proses penempatan diri dalam komunitas yang ada. Salah satunya yaitu tentang filosofi orang Jawa. Ada banyak filosofi yang digali dalam budaya Jawa. Salah satunya adalah ungkapan Eling Sangkan Paraning Dumadhi.
Dalam pergaulan masyarakat Jawa terutama kalangan generasi tua, ungkapan yang arif ini sangat terkenal. Secara bebas diartikan sebagai ingat akan asal dan tujuan hidup. Ungkapan ini mengandung nasihat agar seseorang selalu waspada dan eling (ingat, sadar) terhadap sangkan (asal) manusia dan paran (tujuan akhir).
Dengan sadar dan waspada dalam perjalanan hidupnya, ia akan mampu meredam emosi, nafsu, ikatan ikatan duniawi dan berupaya untuk bertindak lebih baik, karena ia memiliki tujuan akhir yang jelas, yaitu sowan ngarsaning Gusti (menghadap ke hadirat Tuhan)
Ungkapan Eling Sangkan Paraning Dumadhi dijadikan sebagai pengendali sewaktu seseorang melakukan perbuatan negatif. Selain itu dapat juga dimanfaatkan untuk meluruskan dan membesarkan hati ketika terkena beban hidup, sakit, kekecewaan, patah hati, ketidakbahagiaan. Upaya pelurusan ini untuk penyadaran akan sangkan (asal) dan paran (tujuan) hidupnya.
  • Urip Iku Urup (Hidup itu Nyala, Hidup itu hendaknya memberi manfaat bagi orang lain disekitar kita, semakin besar manfaat yang bisa kita berikan tentu akan lebih baik, tapi sekecil apapun manfaat yang dapat kita berikan, jangan sampai kita menjadi orang yang meresahkan masyarakat).
  • Memayu Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara (Manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan dan kesejahteraan; serta memberantas sifat angkara murka, serakah dan tamak).
  • Sura Dira Jayaningrat, Lebur Dening Pangastuti (segala sifat keras hati, picik, angkara murka, hanya bisa dikalahkan dengan sikap bijak, lembut hati dan sabar)
  • Ngluruk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-Aji, Sugih Tanpa Bandha (Berjuang tanpa perlu membawa massa; Menang tanpa merendahkan atau mempermalukan; Berwibawa tanpa mengandalkan kekuasaan, kekuatan; kekayaan atau keturunan; Kaya tanpa didasari kebendaan)
  • Datan Serik Lamun Ketaman, Datan Susah Lamun Kelangan (Jangan gampang sakit hati manakala musibah menimpa diri; Jangan sedih manakala kehilangan sesuatu).
  • Aja Gumunan, Aja Getunan, Aja Kagetan, Aja Aleman (Jangan mudah terheran-heran; Jangan mudah menyesal; Jangan mudah terkejut-kejut; Jangan mudah kolokan atau manja).
  • Aja Ketungkul Marang Kalungguhan, Kadonyan lan Kemareman (Janganlah terobsesi atau terkungkung oleh keinginan untuk memperoleh kedudukan, kebendaan dan kepuasan duniawi).
  • Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka (Jangan merasa paling pandai agar tidak salah arah; jangan suka berbuat curang agar tidak celaka).
  • Aja Milik Barang Kang Melok, Aja Mangro Mundak Kendo (Jangan tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah; Jangan berfikir mendua agar tidak kendor niat dan kendor semangat).
  • Aja Adigang, Adigung, Adiguna (Jangan sok kuasa, sok besar, sok sakti).
  • Alon-alon waton klakon
    Filosofi ini sebenarnya berisikan pesan tentang safety. Padahal kandungan maknanya sangat dalam. Filosofi ini mengisyaratkan tentang kehati-hatian, waspada, istiqomah, keuletan, dan yang jelas tentang safety.
  • Nrimo ing pandum
    Arti yang mendalam menunjukan pada sikap Kejujuran, keiklasan, ringan dalam bekerja dan ketidakinginan untuk korupsi. Inti filosofi ini adalah Orang harus iklas menerima hasil dari usaha yang sudah dia kerjakan.
  • Saiki jaman edan yen ora edan ora komanan, sing bejo sing eling lan waspodo.
    Hanya orang yang ingat kepada Allah (disini saja juga tidak cukup) dan waspada terhadap duri-duri kehidupan yang setiap saat bisa datang dan menghujam kehidupan, sehingga bisa mengakibatkan musibah yang berkepanjangan.
  • Mangan ora mangan sing penting ngumpul’
    ‘Makan tidak makan yang penting kumpul’. Filosofi ini adalah sebuah peribahasa. Kalimat peribahasa tidaklah tepat kalau diartikan secara aktual. Filosofi ini sangat penting bagi kehidupan berdemokrasi. Kalau bangsa kita mendasarkan demokrasi dengan falsafah diatas saya yakin negara kita pasti akan aman, tentram dan sejahtera.’Mangan ora mangan’ melambangkan eforia demokrasi, yang mungkin satu pihak mendapatkan sesuatu (kekuasaan) dan yang lain pihak tidak. Yg tdk dapat apa-apa tetap legowo. ‘Sing penting ngumpul’ melambangkan berpegang teguh pada persatuan, yang artinya bersatu untuk tujuan bersama.
    Saya pikir Filosofi ‘Mangan ora mangan sing penting kumpul’ adalah
    filosofi yang cocok yang bisa mendasari kehidupan demokrasi bangsa
    Indonesia agar tujuan bangsa ini tercapai.
  • Wong jowo ki gampang di tekuk-tekuk.
    Filosofi ini juga berupa ungkapan peribahasa yang dalam bahasa Indonesia adalah ‘Orang Jawa itu mudah ditekuk-tekuk’.
    Ungkapan ini menunjukan fleksibelitas dari orang jawa dalam kehidupan. Kemudahan bergaul dan kemampuan hidup di level manapun baik miskin, kaya, pejabat atau pesuruh sekali pun. Orang yang memegang filosofi ini akan selalu giat bekerja dan selalu ulet dalam meraih cita-citanya.
- Memayu hayuning bawana (melindungi bagi kehidupan dunia)
- Sukeng tyas yen den hita (suka/bersedia menerima nasihat, kritik, tegoran)
- Jer basuki mawa beya (keberhasilan seseorang diperoleh dengan pengorbanan)
- Ajining dhiri dumunung ing kedhaling lathi (nilai diri seseorang terletak pada gerak lidahnya)
- Ajining sarira dumunung ing busana (nilai badaniah seseorang terletak pada pakaiannya)
- Amemangun karyenak tyasing sesama (membuat enaknya perasaan orang lain)
- Kridhaning ati ora bisa mbedhah kuthaning pasthi (Gejolak jiwa tidak bisa merubah kepatian)
- Budi dayane manungsa ora bisa ngungkuli garise Kang Kuwasa (Budi daya manusia tidak bisa mengatasi takdir Yang Maha Kuasa)
- Sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti (kemarahan dan kebencian akan terhapus/hilang oleh sikap lemah lembut)
- Tan ngendhak gunaning janma (tidak merendahkan kepandaian manusia)
Masih banyak filsafat-filsafat jawa yang lain. Satu hal yang harus diingat, mempelajari kebudayaan suatu daerah bukan berarti kita menjadi “rasis” atau fanatik kedaerahan, namun itu semua sebagai wujud pertanggung jawaban kita terhadap peninggalan nenek moyang bangsa kita. Dan juga melestarikan kebudayan daerah bukan hanya menjadi tanggung jawab warga daerah tersebut. Tetapi juga menjadi tanggung jawab kita semua.. (ingat semboyan bangsa kita “Bhineka Tunggal Ika”…..)
Bangsa yang besar bukan hanya bangsa yang hidup modern, tetapi juga bangsa yang mampu hidup modern tanpa meninggalkan ajaran dan nilai luhur kebudayaannya.
Refrenensi
http://fauzanjs.multiply.com
http://margo89.blogspot.com
http://sastroyuwono.blogspot.com
namararina.blogspot.com

RUMUS HIDUP BIJAKSANA

20.02 Add Comment
Apa sebenarnya konsekuensi yang harus dipenuhi oleh orang yang belajar filsafat atau filosof? Jawabnya adalah ia harus merendah di hadapan kebenaran: menerimanya, mencintainya dan menginternalisasikan kebenaran itu. Buah dari sikap seperti ini adalah sikap bijaksana dan tegas sekalipun harus menanggung resiko penentangan dan pengucilan dari orang-orang yang tidak mencintai kebenaran.
Pertama-tama untuk bijaksana, seseorang harus tahu kebenaran. Setelah tahu kebenaran, kau harus mencintai kebenaran itu. Tanda orang cinta adalah mau mengabdikan diri. Seorang filosof adalah seorang yang pandai dalam bercinta. Maka aspek-aspek kebijaksanaan itu adalah pengetahuan, kebenaran dan cinta. Pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang bersumber dari kebenaran dan tercerap secara baik di dalam jiwa. Kebenaran yang hakiki adalah kebenaran yang bersumber dari Tuhan dan terdokumentasikan dengan baik. Cinta yang sejati adalah yang timbul dari kedalaman hati dan berkonsekuensi rela untuk berkorban.
Untuk bijaksana, kau mesti berpengetahuan. Pengetahuan adalah apa saja yang tercerap secara baik dalam jiwa sehingga menjadi landasan dalam memandang dunia dan bersikap atau merespon dunia internal atau eksternal. Bagaimana agar kita berpengetahuan? Pertama adalah membaca dan kedua adalah mengalami. Membaca ada dua kategori, yaitu membaca hal yang tersurat dan membaca hal yang tersirat. Sebaik-baiknya yang tersurat adalah wahyu. Sedangka yang tersirat adalah hati dan alam semesta. Wahyu, hati dan alam semesta harus dibaca setiap hari dengan penuh penghayatan dan pencerapan.
Untuk berpengetahuan kita harus mengalami. Kata orang pengalaman adalah guru dan sekolah yang terbaik. Maka semakin banyak dan berkualitas pengalaman kita semakin bagus pengetahuan yang kita miliki. Pengalaman apa yang harus dijalani dan diprogramkan kita agar menjadi suatu pengetahuan? Pengalaman yang bersifat privat, sosial, spiritual, dan emosional. Nilai-nilai moral, agama, hukum dan adat manusia harus menjadi wahana pengalaman kita ketika kita mengamalkannya. Orang yang berpengetahuan pada dasarnya adalah orang yang selalu membangkitkan potensi berfikirnya lewat membaca dan potensi perbuatannya dengan cara mempraktekkan ilmu.
Untuk bijaksana kau juga harus benar. Bukan hanya berpengetahuan benar tapi juga harus bertindak, bersikap, bertekad dan berucap secara benar. Seseorang bisa saja berpengetahuan secara baik dan benar. Seseorang harus memiliki pengetahuan seluas-luasnya tentang kabaikan dan keburukan secara cermat dan akurat. Tetapi pengetahuan mana yang akan jadi landasan dalam memandang dunia dan bersikap atau merespon dunia internal atau eksternal yang ia pilih sangat menentukan apakah ia menjadi seorang yang benar atau salah. Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang matrealisme adalah benar dalam pengetahuannya bila ia mencerap informasi dengan baik dan apik tentang matrealisme itu. Namun ia adalah seorang yang buruk dalam pandangan Allah, jika ia menjadi seorang penganut filsafat matrealisme. Seorang yang bijaksana dalam hal ini ialah orang yang memiliki pengetahuan tentang matrealisme dengan baik dan apik lalu ia membuangnya ke keranjang sampah kehidupannya. Karena jalan yang mesti di laluinya adalah jalan Tuhan yang lurus.
Untuk bijaksana kau harus pandai bermain cinta. Kau harus cinta pengetahuan dan cinta kebenaran. Serta mencintai cinta itu sendiri. Shabar adalah suatu konsep yang mengandung nilai-nilai di atas. Artinya orang yang shabar adalah orang yang cinta pengetahuan yang akurat, cinta akan kebenaran yang hakiki, dan mencintai rasa cinta sejati. Cinta akan rasa cinta itu artinya sifat kontinuitas di dalam mencintai. Hal itu hanya bisa dilakukan oleh orang-orang shabar. Kalau demikian orang shabar adalah orang yang bijaksana. Orang yang cerdas, benar dan penuh cinta.
Kunci bijkasana adalah Shabar.
Sekarang apa inti sari sabar itu sendiri? Inti sari shabar adalah: keyakinan bahwa apa yang ada pada diri kita akan binasa, sedangkan yang ada pada sisi Tuhan adalah abadi. Ia yakin bahwa dirinya akan berjumpa dengan Tuhannya. Maka sejatinya orang yang sabar adalah orang yang cerdas dan tidak cinta dunia. Orang yang cerdas adalah orang yang banyak mengingat mati dan mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan setelah mati. Untuk merealisasika nilai-nalai sabar itu, ia akan menjadi sosok pembelajar, aktivis dan sekaligus mau berkorban untuk apa saja asalkan benar. Ia yakin bahwa apa yang ada pada diri kita akan binasa, sedangkan yang ada pada sisi Tuhan adalah abadi. Maka ia memilih yang abadi daripada yang fana. Konon manusia mestinya lebih memilih kematian dari pada fitnah dunia, dan memilih sedikit harta daripada berat dihisab nanti.
Semoga engkau menjadi Filosof: seorang yang mencintai kebijaksanaan, seorang yang shabar, seorang yang banyak mengingat mati, seorang yang banyak berkorban di jalan Tuhannya. Nanti engkau akan menjadi seorang yang kaya raya. Karena Tuhan telah berjanji siapa yang berkorban di jalanNya, apa yang dikorbankannya itu menjadi bernilai tujuhratus kali lipat yang tersimpan di dalam hati dan untuk kehidupannya di akhrat kelak.

Filsafat CINTA

20.01 Add Comment
Dalam perjalanan menuju manifestasi, jiwa melewati empat keadaan, 'Ilm, 'Ishq, Wujud, Shuhud.
'Ilm adalah keadaan awal dari kesadaran, kecerdasan murni. 'Ishq adalah cinta, tahap kecerdasan berikutnya menuju manifestasi; karena itu kecerdasan dan cinta sama unsurnya. Benda-benda seperti batu dan tumbuh-tumbuhan, tak memiliki kecerdasan, sehingga tak memiliki cinta, kecuali suatu persepsi kecil tentang cinta yang ada di dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan. Tetapi di antara hewan dan burung-burung, kecerdasan berkembang, sehingga cinta di dalam diri mereka dapat menunjukkan diri. Wujud adalah dunia obyektif, yang diciptakan untuk dicintai, karena cinta tak dapat diwujudkan bila tak ada sesuatu yang dicintai. Shuhud adalah realisasi pengalaman cinta dalam aspek apapun.

Kata cinta, dalam bahasa Inggris 'love', dalam bahasa Sanskrit 'Lobh', berarti keinginan, hasrat.
Cinta adalah hasrat untuk menyadari sesuatu yang dicintai. Karena itu, Shuhud, realisasi cinta,
merupakan satu-satunya tujuan setiap jiwa. Cinta, dalam berbagai aspeknya, dikenal pula dengan sebutan: kehendak, keinginan, hasrat, kebaikan, suka, dan lain-lain.

Di dalam cinta terdapat segala pengetahuan. Cinta manusia dan ketertarikannya kepada sesuatu, pada saatnya akan membuat sesuatu itu mengungkapkan rahasianya, sehingga manusia dapat mengetahui bagaimana cara mengembangkan, mengendalikan, dan memanfaatkannya. Tak seorang pun dapat mengetahui seseorang, sebesar apapun keinginannya untuk tahu, kecuali dengan cinta, karena tanpa cinta, mata ruhani buta; hanya mata luar yang terbuka, dan mata luar hanyalah semacam kaca mata bagi mata ruhani. Bila pandangan tidak tajam, apa manfaat kaca mata? Karena itulah kita mengagumi semua yang kita cintai, dan kita buta terhadap kebaikan orang yang tidak kita cintai. Bukan karena mereka berhak kita abaikan, tetapi tanpa cinta, mata kita tak dapat melihat kebaikan mereka. Seseorang atau sesuatu yang kita cintai mungkin mempunyai keburukan pula, tetapi karena cinta melihat keindahan, kita hanya melihat kebaikan itu. Kecerdasan sendiri dalam langkah selanjutnya menuju manifestasi adalah cinta.

Ketika cahaya cinta telah dinyalakan, hati menjadi transparan, hingga kecerdasan jiwa dapat melihat melaluinya. Namun sebelum hati dinyalakan dengan api cinta, kecerdasan, yang senantiasa berupaya untuk mengalami hidup di permukaan, meraba-raba dalam kegelapan. Seluruh alam semesta diciptakan untuk cinta. Manusia adalah yang paling mampu melakukannya. Bila kita memiliki batu di dalam rumah dan kita sangat menyukainya, batu itu tidak akan menyadari cinta kita sejauh yang disadari oleh tumbuh-tumbuhan. Bila kita memiliki sebuah tanaman dan kita memeliharanya dengan rasa sayang, ia akan bereaksi dan akan tumbuh. Hewan dapat merasakan kasih sayang. Bila kita memelihara hewan di rumah, mereka akan lebih banyak merasakan cinta dan perhatian! Hewan piaraan pada waktunya akan menjadi pengasih seperti anggota keluarga. Anjing Nabi Yusuf telah memberi makan kepada tuannya ketika beliau berada di dalam sumur sampai beliau ditemukan oleh orang yang berjalan melalui tempat itu. Dikisahkan, kuda seorang Arab yang tewas di medan perang tetap menungguinya selama tiga hari, menjaga mayatnya dari burung pemakan bangkai, sampai ia ditemukan kawannya. Tetapi manusia, yang memiliki kecerdasan terbanyak, memiliki cinta terbanyak secara alamiah. Semua ini menunjukkan bahwa ciptaan telah berevolusi dari mineral ke tumbuh-tumbuhan, dari tumbuh-tumbuhan menjadi kehidupan hewan, dan dari hewan ke manusia, berupa perkembangan cinta secara bertahap.

Para Sufi berkata bahwa alasan penciptaan adalah karena Yang Mahasempurna ingin mengetahui diri-Nya, dan melakukannya dengan membangkitkan cinta dari sifat-Nya dan membuatnya menjadi obyek cinta, yang merupakan keindahan. Dengan makna ini, para darwis saling menghormati satu sama lain dengan berkata, "Ishq Allah, Ma'bud Allah" -- 'Allah adalah cinta dan Allah adalah [kekasih] yang dicintai.'

Seorang penyair Hindustan berkata, "Hasrat untuk melihat kekasih membawaku ke dunia, dan hasrat yang sama untuk melihat kekasih membawaku ke surga."

Karena cinta merupakan sumber ciptaan dan pemelihara nyata dari semua keberadaan, maka, bila manusia tahu bagaimana cara memberikannya kepada dunia di sekelilingnya sebagai simpati, sebagai kebaikan, pelayanan, ia memberi kepada semuanya makanan kepada setiap jiwa yang lapar. Jika orang mengetahui rahasia hidup ini ia akan menguasai dunia dengan pasti.

Cinta selalu dapat dikenal di dalam gagasan, ucapan, dan perbuatan orang yang mencintai, karena setiap ekspresinya terdapat kehangatan yang muncul sebagai keindahan, kelembutan, dan kehalusan. Hati yang terbakar oleh api cinta cenderung untuk melelehkan setiap hati yang dijumpainya.

Cinta menghasilkan pesona pada pecinta sehingga sementara ia mencintai seseorang, semua mencintai pecinta itu. Magnetisme cinta dijelaskan oleh seorang penyair Hindustan: "Mengapa tidak semua hati dilelehkan menjadi tetesan-tetesan oleh api yang dipelihara hatiku sepanjang hidupku? Karena sepanjang hidup aku meneteskan air mata derita karena cinta, pecinta berkunjung ke kuburku penuh dengan air mata." Untuk mengajarkan cinta, Nabi Isa berkata, "Aku akan membuatmu menjadi pemancing manusia." Jalaluddin Rumi berkata: "Setiap orang tertarik kepadaku, untuk menjadi sahabatku, tapi tak seorang pun tahu apa di dalam hatiku yang menariknya."

Cinta itu alami dalam setiap jiwa. Semua pekerjaan dalam hidup, penting atau tak penting, dalam
suatu cara cenderung ke arah cinta; karena itu tak seorang pun di dunia yang dapat disebut sepenuhnya tanpa cinta. Cinta adalah sesuatu yang dibawa setiap jiwa ke dunia, tetapi setelah tiba di dunia, orang berperan dalam semua kualitas tanpa cinta. Andai tidak, kita pasti sudah pahit, cemburu, marah, dan penuh kebencian ketika kita lahir. Bayi tak punya kebencian. Anak kecil yang kita sakiti, dalam beberapa menit akan datang dan memeluk kita.

Mencintai, memuja seseorang yang berhubungan dengan kita baik dalam hal kelahiran, ras, kepercayaan atau hubungan duniawi lain, datang dari cinta jiwa. Kadang-kadang jatuh cinta pada pandangan pertama, kadang-kadang kehadiran seseorang menarik kita seperti magnet, kadangkadang kita melihat seseorang dan merasa, "Mungkin aku telah mengenalnya." Kadang-kadang kita berbicara dengan orang lain dan merasakan mudah memahami seolah-olah kedua jiwa saling mengenal. Semua ini berkaitan dengan 'pasangan jiwa'.

Hati yang tercerahkan dan cinta lebih berharga daripada semua permata di dunia. Ada berbagai
macam hati sebagaimana adanya berbagai macam unsur di dunia. Pertama, hati dari metal perlu
lebih banyak waktu dan lebih banyak api cinta untuk memanaskannya, setelah panas ia akan meleleh dan dapat dibentuk menurut kehendak ketika itu, namun kemudian menjadi dingin kembali. Kedua, hati yang terbuat dari lilin, yang segera meleleh ketika bersentuhan dengan api,
dan bila mempunyai sumbu ideal, ia akan mempertahankan api itu hingga lilin habis terbakar. Ketiga, hati dari kertas yang dapat menyala dengan cepat ketika bersentuhan dengan api dan berubah menjadi abu dalam sekejap.

Cinta itu seperti api. Nyalanya adalah pengorbanan, apinya adalah kearifan, asapnya adalah keterikatan, dan abunya adalah keterlepasan. Api muncul dari nyala, demikian pula kearifan yang muncul dari pengorbanan. Bila api cinta menghasilkan nyala, ia menerangi jalan, dan semua
kegelapan lenyap. Bila daya-hidup bekerja di dalam jiwa, itu adalah cinta; bila bekerja di dalam hati, itu adalah emosi, dan bila bekerja di dalam tubuh, itu adalah nafsu. Karena itu orang yang paling mencinta adalah yang paling emosional, dan yang paling emosional adalah yang paling bernafsu, sesuai dengan dataran yang paling disadarinya. Bila ia bangkit di dalam jiwa, ia mencintai; bila bangkit di dalam hati, ia emosional; bila sadar akan tubuh, ia bernafsu. Ketiganya dapat digambarkan dengan api, nyala api, dan asap. Cinta adalah api di dalam jiwa, ia adalah nyala api bila hati dinyalakan, dan ia adalah asap bila ia menjelma melalui tubuh.

Cinta pertama adalah bagi diri sendiri. Bila dicerahkan, orang melihat manfaatnya yang sejati dan ia menjadi orang suci. Tanpa cahaya pencerahan, manusia menjadi egois hingga ia menjadi setan. Cinta kedua diperuntukkan bagi lawan jenis kelamin. Bila demi cinta, ia bersifat surgawi; dan bila demi nafsu, ia bersifat duniawi. Bila cukup murni, cinta ini tentu dapat menghilangkan gagasan tentang diri sendiri, tetapi manfaatnya tipis dan bahayanya besar. Cinta ketiga diperuntukkan bagi anak-anak, dan ini merupakan pelayanan pertama bagi makhluk Allah. Memberikan cinta kepada anak-anak, adalah memanfaatkan dengan sebaik-baiknya apa yang dipercayakan oleh Pencipta, tetapi bila cinta ini meluas hingga mencakup seluruh ciptaan Allah, hal ini mengangkat manusia menjadi orang-orang pilihan Allah.

Cinta orang tua kepada anak-anaknya jauh lebih besar daripada cinta akan-anak itu kepada orang tuanya, karena semua pemikiran penggunaan tua terpusat pada anak, tetapi cinta anak mula-mula terpusat pada diri sendiri. Muhammad s.a.w. ditanya seseorang, "Cinta siapa yang lebih besar, cinta anak-anak kepada orang tua mereka, atau cinta orang tua kepada anak-anaknya?" Beliau menjawab, "Cinta orang tua lebih besar, karena sementara melakukan semua hal, mereka berpikir bagaimana agar anaknya tumbuh dan bahagia, seolah-olah ia mengharap untuk hidup di dalam kehidupan anak-anaknya setelah ia mati; sementara anak-anak yang saleh berpikir bahwa suatu hari orang tuanya akan mati, dan dengan demikian mereka hanya sebentar dapat melayani orang tua mereka." Orang itu bertanya, "Cinta ayah atau ibu-kah yang lebih besar?" Nabi menjawab, "Ibu. Ia berhak memperoleh penghormatan dan pelayanan, karena surga terletak di bawah kakinya." Cinta orang tua adalah cinta yang paling diberkahi, karena cinta mereka sebening kristal.

Alkisah, Shirvan Bhagat adalah anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya yang sangat tua,
hingga tak berdaya dan sepenuhnya bergantung kepada pelayanan anak lelaki satu-satunya. Shirvan begitu berbakti kepada mereka hingga ia mengorbankan kebebasan dan kesenangan hidup agar dapat melayani mereka. Dengan lembut ia memenuhi setiap panggilan mereka, dan dengan sabar menghadapi semua kesulitan yang berkaitan dengan ketuaan mereka. Suatu hari, orang tua itu berkata bahwa mereka sangat ingin berziarah ke Kashi. Anak yang saleh itu seketika menyetujui kehendak mereka, dan karena pada saat itu belum ada kendaraan, mereka pergi berjalan kaki. Ia membuat keranjang, memasukkan orang tuanya ke dalamnya, mengangkutnya dengan punggungnya, dan menempuh perjalanan ribuan mil melalui hutan, pegunungan, dan sungai-sungai. Ia menempuh perjalanan itu berbulan-bulan, tetapi sebelum sampai, nasib malang menimpa. Atas perintah orang tuanya, Shirvan meletakkan keranjangnya di tanah dan pergi untuk mengambil air. Ketika berada di dekat sungai, ia terkena panah Raja Destaratha, yang sebenarnya diarahkan kepada seekor kijang. Mendengar teriakan manusia, Raja itu datang kepadanya, dan menangis sejadi-jadinya. Ia berkata, "Adakah sesuatu yang dapat kulakukan untukmu?" Shirvan berkata, "Aku sedang sekarat. Aku hanya punya satu keinginan, yaitu memberi air kepada orang tuaku; mereka haus karena terik matahari." "Hanya itu? Aku akan melakukannya dengan senang hati sebagai tugas pertamaku." Shirvan berkata, "Bila tuan ingin melakukan yang lain, maka rawatlah mereka dan pastikan bahwa mereka dibawa ke Kashi, meskipun aku ragu apakah mereka akan hidup lebih lama setelah aku pergi." Raja itu pergi, membawa air di tangannya dan memberikannya kepada orang tua itu tanpa mengucapkan sepatah kata, khawatir mereka tidak akan mau minum bila mendengar suara orang asing. Orang tua itu berkata, "Hai anakku, sepanjang hidup, kami tak pernah melihatmu sedih. Ini adalah pertama kali engkau memberi kami air tanpa mengucapkan kata cinta yang selalu memberi kami hidup baru." Raja Destaratha menangis, dan menceritakan kematian Shirvan. Mendengar itu, mereka tak dapat lagi hidup untuk menikmati air itu. Mereka hanya hidup karena anak mereka, mereka menarik napas dalam, berkata "Oh, anakku Shirvan", dan meninggal.

Kisah di atas menjadi tradisi di India, dan ada pengikut dari tradisi itu yang membawa keranjang di pundaknya ke mana-mana, mengajarkan kebaktian dan pelayanan kepada orang tua. Bila cinta dipusatkan pada satu obyek, ia adalah cinta. Bila diarahkan ke beberapa obyek, ia disebut kasih. Bila seperti kabut, ia disebut nafsu. Bila cenderung kepada moral, ia adalah kebaktian. Bila diperuntukkan bagi Allah, Yang Mahaberada dan Mahaperkasa, yang merupakan Keberadaan Total, ia disebut cinta ilahi, pecinta itu disebut suci.

Tiada daya yang lebih besar daripada cinta. Semua kekuatan muncul ketika cinta bangkit di dalam hati. Orang berkata, "Ia berhati lembut, ia lemah," tetapi banyak orang yang tidak tahu kekuatan apa yang muncul dari hati yang menjadi lembut dalam cinta. Seorang serdadu bertempur di medan perang demi cinta kepada rakyatnya. Setiap pekerjaan yang dilakukan dalam cinta, dilakukan dengan seluruh daya dan kekuatan. Khawatir dan alasan, yang membatasi daya, tak mampu melawan cinta. Seekor induk ayam, meskipun sangat takut, dapat melawan seekor singa untuk melindungi anak-anaknya. Tiada sesuatu yang terlalu kuat bagi hati yang mencintai. Daya cinta menyelesaikan semua urusan dalam hidup sebagaimana daya dinamit yang mengalahkan dunia. Dinamit membakar segala sesuatu, demikian pula cinta: bila terlalu kuat ia menjadi roda pemusnah, dan segalanya menjadi salah dalam hidup pecinta. Itulah misteri yang menjadi penyebab penderitaan hidup seorang pecinta. Namun, pecinta itu mengambil manfaat dalam kedua kasus. Bila ia menguasai keadaan, ia seorang penguasa (master). Bila ia kehilangan semuanya, ia orang suci.

Cinta mengatasi [berada di atas] hukum, dan hukum berada di bawah cinta. Keduanya tak dapat
dibandingkan. Yang satu dari langit, yang satu dari bumi. Bila cinta mati, hukum mulai hidup. Maka, hukum tak pernah menemukan tempat bagi cinta, demikian pula cinta tak dapat membatasi diri dengan hukum; hukum itu terbatas, dan cinta itu tak berbatas. Seseorang tak dapat memberi alasan mengapa ia mencintai orang tertentu, karena tiada alasan bagi segalanya kecuali cinta. Waktu dan ruang berada di dalam genggaman cinta. Perjalanan ribuan kilometer terasa hanya beberapa meter dalam kehadiran orang yang dicintai, dan beberapa meter terasa ribuan kilometer tanpa kehadirannya. Satu hari berpisah dalam cinta sama dengan seribu tahun, dan seribu tahun bersama kekasih terasa hanya sehari.

Bila ada pengaruh yang melindungi di dunia ini, itu tak lain dari cinta. Dalam segala aspek kehidupan, ke mana pun kita mencari perlindungan, motifnya selalu cinta. Tak seorang pun dapat mempercayai suatu perlindungan, betapa pun besarnya, kecuali perlindungan yang diberikan oleh cinta. Kalau seorang raksasa menakuti seorang anak kecil, anak itu akan berkata, "Aku akan katakan kepada ibuku." Daya kekuatan manusia terlalu kecil bila dibandingkan dengan perlindungan cinta yang diberikan ibu kepada anaknya. Cinta dapat menyembuhkan lebih dari apa pun di dunia. Tak ada sesuatu seperti sentuhan seorang ibu ketika anaknya menderita sakit. Tak ada penyembuh yang lebih baik daripada kehadiran orang yang dikasihi bila seorang pecinta sakit. Bahkan anjing dan kucing pun disembuhkan dengan sedikit sentuhan cinta.

Untuk membaca pikiran, untuk mengirimkan dan menerima pesan telepati, orang mencoba proses-proses fisik dengan sia-sia. Andai mereka tahu bahwa rahasia semua itu berada di dalam cinta! Seorang pecinta mengetahui semuanya: kesenangan, kesedihan, pikiran dan imajinasi orang yang dicintainya. Tiada ruang atau waktu yang menghalanginya, karena arus telepati secara alami terjadi antara pecinta dan kekasihnya. Imajinasi, pikiran, mimpi dan visi seorang pecinta, semuanya mengungkapkan segala sesuatu tentang obyek yang dicintainya.

Meditasi, yang merupakan rahasia setiap pencapaian dalam hidup, dan faktor terpenting dalam semua aspek hidup, terutama dalam jalur agama dan mistisisme, merupakan bal yang alami dalam cinta. Orang tanpa cinta akan menghabiskan waktu bertahun-tahun dalam jalur ini, dan akan selalu gagal untuk memusatkan pikiran mereka pada satu obyek. Tetapi cinta memaksa pecinta, menahan visi tentang kekasihnya di depan pandangannya. Maka pecinta tak perlu berkonsentrasi dalam pikirannya. Cintanya sendiri adalah konsentrasi yang memberinya penguasaan atas semua hal di dunia. Pecinta itu mencapai cintanya dan daya konsentrasi sekaligus. Bila ia tak mencapai obyeknya, maka ia terangkat ke atasnya. Dalam kedua kasus, pecinta itu memperoleh upahnya.

Ajaran Filsafat Hidup Dibalik Huruf Aksara Jawa

20.00 Add Comment

Ha-Na-Ca-Ra-Ka berarti ada “utusan” yakni utusan hidup, berupa nafas yang berkewajiban menyatukan jiwa dengan jasad manusia. Maksudnya ada yang mempercayakan, ada yang dipercaya dan ada yang dipercaya untuk bekerja. Ketiga unsur itu adalah Tuhan, manusia dan kewajiban manusia (sebagai ciptaan).
Da-Ta-Sa-Wa-La berarti manusia setelah diciptakan sampai dengan data (saatnya dipanggil) ” tidak boleh sawala ” (mengelak) manusia dengan segala atributnya harus bersedia melaksanakan, menerima dan menjalankan kehendak Tuhan.
Pa-Dha-Ja-Ya-Nya berarti menyatunya zat pemberi hidup (Khalik) dengan yang diberi hidup (makhluk). Maksdunya padha ” sama ” atau sesuai, jumbuh, cocok, tunggal batin yang tercermin dalam perbuatan berdasarkan keluhuran dan keutamaan.
Jaya itu ” menang, unggul ” sungguh-sungguh dan bukan menang-menangan,sekedar menang atau menang tidak sportif.
Ma-Ga-Ba-Tha-Nga berarti menerima segala yang diperintahkan dan yang dilarang oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Maksudnya manusia harus pasrah, sumarah pada garis kodrat, meskipun manusia diberi hak untuk mewiradat, berusaha untuk menanggulanginya.
MAKNA HURUF
Ha :Hana hurip wening suci= Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci.
Na :Nur candra, gaib candra, warsitaning candara= Pengharapan manusia hanya selalu ke sinar Illahi.
Ca :Cipta wening, cipta mandulu, cipta dadi= Arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal
Ra :Rasaingsun handulusih = Rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani
Ka :Karsaningsun memayuhayuning bawana = Hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam
Da :D umadining dzat kang tanpa winangenan = Menerima hidup apa adanya
Ta :Tatas, tutus, titis, titi lan wibawa = Mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup
Sa :Sifat ingsun handulu sifatullah= Membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan
Wa :Wujud hana tan kena kinira = Ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas
La :Lir handaya paseban jati = Mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi
Pa :P apan kang tanpa kiblat = Hakekat Allah yang ada disegala arah
Dha :D huwur wekasane endek wiwitane = Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar
Ja :Jumbuhing kawula lan Gusti = Selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak- Nya
Ya :Yakin marang samubarang tumindak kang dumadi = Percaya dan Yakin atas titah / kodrat Illahi
Nya :Nyata tanpa mata, ngerti tanpa diuruki = Memahami kodrat kehidupan
Ma :Madep mantep manembah mring Ilahi = Yakin/mantap dalam menyembah Ilahi
Ga :Guru sejati sing muruki = Belajar pada guru nurani
Ba :Bayu sejati kang andalani = Menyelaraskan diri pada gerak alam
Tha :Tukul saka niat = Sesuatu harus dimulai dan tumbuh dari niat yang suci
Nga :Ngracut busananing manungso = Melepaskan egoisme pribadi manusia.
Adanya hidup adalah kehendak dari yang Maha Suci – pengharapan manusia hanya
selalu ke sinar Illahi – satu arah dan tujuan pada Yang Maha Tunggal – rasa cinta sejati muncul dari cinta kasih nurani – hasrat diarahkan untuk kesajetraan alam – menerima hidup apa adanya – mendasar, totalitas, satu visi, ketelitian dalam memandang hidup – membentuk kasih sayang seperti kasih Tuhan – ilmu manusia hanya terbatas namun implikasinya bisa tanpa batas – mengalirkan hidup semata pada tuntunan Illahi – Hakekat Allah yang ada disegala arah – Untuk bisa diatas tentu dimulai dari dasar – selalu berusaha menyatu, memahami sifat dan kehendak Nya – percaya dan yakin atas titah / kodrat Illahi – memahami kodrat kehidupan – yakin / mantap dalam menyembah Ilahi – belajar pada guru nurani – menyelaraskan diri pada gerak alam – sesuatu harus dimulai – tumbuh dari niat yang suci – melepaskan egoisme pribadi manusia
Hanacaraka atau dikenal dengan nama caraka adalah abjad / alat tulis yang digunakan oleh suku Jawa (juga Madura, Sunda, Bali, Palembang, dan Sasak). Aksara Jawa bila diamati lebih lanjut memiliki sifat silabik (kesukukataan). Hal ini bisa dilihat dengan struktur masing-masing huruf yang paling tidak mewakili 2 buah huruf (aksara) dalam huruf latin. Sebagai contoh aksara Ha yang mewakili dua huruf yakni H dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “hari”. Aksara Na yang mewakili dua huruf yakni N dan A, dan merupakan satu suku kata yang utuh bila dibandingkan dengan kata “nabi”.  Beberapa buah aksara itu bisa digabungkan secara langsung untuk membentuk sebuah kata. Bila diucapkan, susunan aksara tersebut dapat membentuk kalimat:
Hana Caraka (Terdapat Pengawal);
Data Sawala (Berbeda Pendapat);
Padha Jayanya (Sama kuat/hebatnya);
Maga Bathanga (Keduanya mati).
Aksara Jawa, merupakan salah satu peninggalan budaya yang tak ternilai harganya. Bentuk aksara dan seni pembuatannya pun menjadi suatu peninggalan yang patut untuk dilestarikan. Tak hanya di Jawa, aksara Jawa ini rupanya juga digunakan di daerah Sunda dan Bali, walau memang ada sedikit perbedaan dalam penulisannya. Namun sebenarnya aksara yang digunakan sama saja. Demikian kurang lebih arti dan makna yang tekandung dalam Filsafat aksara jawa.