PELACUR TUA

10.05 Add Comment

Jengah langkahmu menapaki malam melintasi lorong kumuh yang sepi membisu.Bau anyir keringat itu masih tercium berbaur,bercampur bersama  sisa nafsu yang melumatmu. Lelah tubuhmu seolah tak kau hiraukan, setelah letih kau bergumul dengan para lelaki hidung belang.
Tak banyak yang bisa aku lakukan, hanya bisa menatapmu dengan pandangan kosong tanpa arti. Seperti biasa… kaupun datang dan menghampiriku, duduk dan mengambil sebatang rokok yang kutaruh dibangku panjang stasiun dan kau hisap dalam-dalam. Hening, sunyi tak bersuara, hanya kepulan asap yang mewarnai pekatnya malam.
Pelacur tua….
Yang mulai tak laku bersaing, hanya seharga sepiring nasi, atau bahkan hanya selembar uang lima ribuan. Masih kuingat dengan jelas lima tahun yang lalu kau pernah menjadi kembang stasiun KROYA ini, sebelum akhirnya keriput beserta lemak yang menggelambir mulai memakan kemolekanmu. Itu dulu kala aku masih duduk dibangku SMA sebelum kini akhirnya kaupun menua.
Kini tak ada lagi lembaran seratus ribuan seperti dulu, hanya seharga sepiring nasi, katamu.
Tak ada lagi gurauan nakal yang seringkali kau lontarkan tiap aku menyambangimu, kini semua berganti menjadi keluh kesah akan kerasnya hidup. Seringkali kau meracau dan ingin kembali ke rahim ibumu, dan itu adalah suatu hal yang mustahil. Bahkan andaipun bisa pasti aku terlebih dahulu melakukannya sebelum dirimu.
Kini kau hanya bisa berbicang tentang kerasnya hidup, tentang harga yang kian melambung mencekik leher, tentang rasa malu yang kian menggumpal dan tak ada yang menarik bagiku hanya sekedar menjadi kawan berbincang melewati malam.
Pelacur tua…
Kini terkadang atau bahkan aku mulai sering mendengar ocehanmu, tentang bagaimana kau merayu Tuhan di usia senjamu ini. Tentang bagaimana kau lewati sisa malammu dengan bersimpuh dalam tahajudmu yang bolong-bolong senin kemis. Tentang bagaimana penyesalan yang kau derita hingga terkadang aku dengar sesenggukan isak tangis darimu. Tak banyak yang bisa aku perbuat. Mungkin akan lebih mengena bagimu  jika dia temukan kesadarannya sendiri, hingga nantinya kau akan bisa menghargai perjuangan menuju ampunan-Nya.
Tak ada yang abadi… kini semua berganti bersama putaran jaman yang enggan untuk menunggu. Semoga masih sempat kau temukan kesadaranmu. Semoga dalam tahun-tahun ini Tuhan akan menyambangimu diperon stasiun ini. Tidak lagi hanya bersemayam dalam mushola tua yang renggang dari  barisan jamaah.
Pelacur tua…
Maafkan aku yang tak bisa berdoa terlalu banyak untukmu karena akupun sibuk mencari keselamatan dalam doaku sendiri. Aku hanya bisa berbagi doa sekedarnya saja, tak lebih.
Pelacur tua…
Jika kau berkenan marilah kita berjamaah memanjatkan doa untuk menggoncangkan Arsy dan mencuri waktu sebelum para orang bersorban putih beserta para manusia lainnya bangun disepertiga malam dan menyita waktu Tuhan dengan segala urusan mereka. Ambillah surgamu sebelum didahului oleh mereka…
Tak usahlah kau ragu…belum tentu mereka lebih baik darimu, hanya sekedar pakain, selebihnya sama. Percayalah…
Tak ada yang terlalu sempurna didunia ini, karena sungguh mereka pun melacur kepada sesamanya, melacur hanya sekedar untuk mencari sanjung dan puji. Tidak sepertimu yang melacur untuk menyambung hidup seperti sekarang ini. Bahkan mungkin merekapun tak lebih suci darimu…
Bergegaslah …sebelum kokok ayam mulai menjelang dan kaupun harus beristirahat…

BY : ELANG JAWA