SHOLAT DAN GELOMBANG OTAK

23.56
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari semua kekejian dan mungkar.” (QS Al-Ankabut:45)

“Dan mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan Sholat. Dan sholat itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (QS Al Baqarah:45)

“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakan Sholat untuk menginat Aku.”
(QS Thaha : 14)


Sudahkan kita lakukan Sholat?
Sudahkan kita peroleh manfaat Sholat?
Bisakah pikiran kita diprogram agar dapat Sholat dengan khusyuk?


Kalau kita mempelajari NLP (Neuro Linguistic Programming), Hypnosis, Hypnotherapy atau ilmu lain tentang pemberdayaan pikiran, kita mengenal beberapa tingkat gelombang otak.
Dalam aktivitas normal biasanya kita berada di gelombang Beta atau yang lebih tinggi. Saat kita rileks, santai, tenang kita menurunkan gelombang otak ke Alpha. Bisa jadi kebanyakan dari kita melaksanakan Sholat di gelombang ini. Jika saat sholat kita berada pada gelombang Alpha tinggi, sangat mungkin pikiran kita masih bisa terganggu dengan hal-hal lain karena belum benar-benar single focus hanya untuk berserah diri dan menyembah Allah SWT. Semakin rendah gelombang otak kita, maka semakin fokus dan semakin khusyu’ Sholat kita. Idealnya saat mengangkat takbir kita sudah berada di ambang gelombang Theta (lebih rendah lagi dari Alpha). Saat kita menikmati Sholat maka gelombang otak kita terus menurun dan terjaga di Theta mendekati Delta, sehingga pikiran kita tidak lagi terganggu dengan bayangan, gagasan atau informasi di luar Sholat kita.

Persiapan Sholat
Bisa dipastikan, ketika kita sibuk dengan aktivitas keseharian maka diri kita (pikiran, perasaan dan fisik) tidak dalam posisi persiapan untuk melakukan Sholat. Untuk itu ketika kita akan melakukan Sholat, terlebih dahulu siapkanlah diri kita, karena tanpa persiapan maka akan banyak gangguan pada pikiran dan perasaan yang akan mengganggu ke-khusyu’-an.

Sholat bukanlah sekadar gerak tubuh dan hafalan ucapan yang dimulai dengan Takbir sampai diakhiri Salam. Sholat adalah sarana berkomunikasi, berikrar, berserah diri dan menghamba secara total kepada Allah SWT. Oleh karena itu ada beberapa persiapan yang harus kita lakukan untuk dapat melakukan Sholat dengan khusyu’ dan pada akhirnya kita dapat memperoleh manfaat dari Sholat, sekaligus menjadi media terapi.

Menjaga waktu masuknya waktu Sholat
Biasakan diri melakukan Sholat di awal waktu. Milikilah jadwal Sholat, buatlah tanda beberapa menit sebelum masuknya waktu Sholat, bisa berupa alarm di Handphone, laptop, komputer, jam, atau apapun. Sehingga begitu masuk waktunya Sholat, kita sudah siap menyambut seruan Adzan. Ini penting dan sangat menentukan “sukses” atau tidaknya Sholat kita.


Adzan (Dari gelombang otak Beta ke Alpha)
Dengarkanlah, pahamilah dan resapilah makna Adzan. Jawablah Adzan dengan sepenuh hati, rasakan makna ucapan kita, bayangkan diri kita sedang mendengarkan dan menjawab panggilan suci untuk menghadap Allah SWT. Lanjutkanlah dengan do’a sesudah Adzan, dan rasakan ketenangan, rasa nyaman dan rileks mulai kita rasakan, sebagai kesiapan awal diri kita melakukan Sholat.

Wudlu (Dari gelombang otak Alpha ke Theta)
"Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat maka basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku dan sapulah kepalamu serta basuhlah kedua kakimu sampai mata kaki."(Q.S.Al-Maidah : 6).


Niatkanlah berwudlu untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada diri kita setelah sekian lama berada dalam kesibukan dunia. Saat air menyentuh kulit kita serta bagian-bagian tubuh lainnya rasakan bahwa diri kita semakin bersih, semakin ringan dan semakin tenang bersiap menghadap Allah SWT. Biarkan suara gemercik air yang terdengar membawa pikiran kita semakin rileks, semakin tenang dan semakin nyaman.


Fokuskan pikiran dan perasaan pada setiap gerakan seluruh anggota badan. Fokus pada aliran air yang membasuh telapak tangan, rongga mulut dan gigi, hidung, wajah, kepala, telinga, kaki hingga telapak kaki, resapi dan rasakan tubuh yang lebih rileks, nyaman dan tenteram.

Sholat (Dari gelombang otak Theta ke Delta)
Saat melangkah ke tempat Shalat, rasakan langkah kita semakin dekat untuk berhadapan dengan Allah SWT.
Sebelum takbir, mantapkan niat, berserah diri sambil menarik nafas dalam-dalam. Ketika takbir ”Allahu Akbar” diucapkan, bayangkan akan ke Agungan Allah, Allah yang Maha segala-galanya, rasakan betapa kita sangat membutuhkanNya, rasakan betapa dekatnya kita denganNya. Dan ketika tangan sudah bersedekap hembuskanlah nafas perlahan-lahan, dan kita merasakan tubuh kita sangat ringan, tenang dan nyaman. Seolah kita tidak lagi merasakan sedang menyangga badan atau menginjak sajadah atau menempelkan tangan di dada. Semakin lama terasa semakin ringan dan nyaman sekali. Di saat itu sama sekali tidak ada ketergesaan, keinginan segera selesai, atau menghitung-hitung rakaat yang tersisa. Seolah bergerak dan terjadi dengan sendirinya karena bawah sadar kita telah mengendalikan gerak dan bacaan kita dalam ke-khusyu’-an.

Rasulullah SAW memodelkan pemanfaatan shalat untuk kesehatan lahir. Abu Hurairah sahabat Nabi yang sedang sakit perut dianjurkan oleh Nabi SAW: “Berdirilah! Lantas tunaikan Shalat! Karena sesungguhnya di dalam ritual shalat terdapat kesembuhan”. Rasulullah juga mencontohkan menggunakan shalat untuk mendapatkan ketenangan dan ketenteraman dan kenyamanan . Sahabat Hudzaifah dalam HR Abu Dawud mengatakan: “Jika Nabi shallaLlahu Alaihi Wasallam merasa gundah karena sebuah perkara, maka beliau akan menunaikan shalat.”. Di kali lain Nabi berkata kepada Bilal menjelang shalat: “Wahai Bilal, istirahatkanlah kami dengan shalat.”

Dzikir/Wirid (Dari gelombang otak Theta ke Alpha)
Seusai mengucapkan Salam, kita hindari untuk langsung beranjak dan beraktivitas kembali. Biarkan gelombang otak kita secara gradual mulai naik dari Theta kembali Alpha. Sambil ber-dzikir atau membaca Wirid, kita rasakan ucapan, gerak dan perasaan kita memberikan sensasi kenyamanan.
Saat itu gelombang otak kita mulai merambat naik menuju Alpha.



Berdo’a (Dari gelombang otak Alpha ke Beta)
”Sesungguhnya Aku mengikuti persangkaan Hambaku”.
Saat berdoa kita memanjatkan harapan, permintaan dan keinginan. Semakin kita memahami makna ucapan kita, semakin kita meyakini doa kita pasti terkabul. Semakin kita yakin maka semakin besar kemungkinan doa kita terijabah. Apakah langsung terealisasi, ditunda waktunya, atau diganti dengan yang lebih baik bagi kita, semuanya adalah bentuk terijabahnya doa sesuai perkenan Allah.

Berdo’a adalah saat yang paling tepat untuk memasukkan berbagai sugesti positif dengan menyertakan peran Allah SWT. Do’a yang kita ucapkan berulang-ulang akan menjadi affirmasi/penguatan pada keyakinan diri. Juga akan menjadi media terapi terutama penyakit psikosomatis.
Semoga bermanfaat.

Hadis Qudsi menyatakan “Hai Anak Adam, Luangkanlah waktumu untuk beribadah kepadaKu – Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan aku bendung kemiskinanmu. Bila tidak engkau perbuat, AKu penuhi tanganmu dengan kesibukan sementara tidak kubendung kemiskinanmu” (Al Arabi, 1994)

Terkadang orang sering menunda Sholat karena lebih mengutamakan menyelesaikan pekerjaannya, mereka lupa bahwa Allah Maha Memudahkan segala urusan. Justru dengan mengutamakan melakukan Sholat di awal waktu pekerjaannya akan dimudahkanNya untuk segera selesai.
Previous
Next Post »

1 komentar

  1. MAKASIH ARTIKELNYA SANGAT BAGUS..SEMOGA BERMANFAAT..AMIN

    BalasHapus