11.00
MEMORIES
SHALAF DAN KHOLAF
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Pada awalnya ilmu kalam lahir banyak persoalan yang timbul dikalangan masyarakat, karena itulah muncul berbagai pendapat dan pemikiran, sehingga terbentuk aliran-aliaran pemikiran para ulama. termasuk aliran teologi yang untuk menyelesaikan masalah-masalah kalam tersebut.
Kehadiran kelompok Islam yang menisbahkan diri sebagai pengikut jejak generasi panutan pasca Nabi yang saleh) itu, selain militan, tak jarang menampilkan corak keagamaan yang keras. Lebih-lebih ketika kelompok Islam lainnya yang serumpun juga bermunculan ke permukaan dengan tampilan keagamaan yang tak kalah keras dan militan.
Hal ini berdasarkan potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap manusia, baik berupa potensi biologis maupun psikologis dan terus berkembang untuk mencari nilai-nilai kebaikan. Ilmu kalam dengan perkembangannya menimbulkan permasalaan, kemudian berkembang menjadi beberapa aliran, hal ini disebabkan karena perbedaan-perbedaan yang dimulai oleh para ulama kalam.
Disini kita tidak akan mengklaim aliran yang mana benar, akan tetapi kita akan mengali lebih dalam tentang pemikiran-pemikiran yang mereka jalani, Aliran-aliran tersebut masing-masing mempunyai landasan yang dijadikan dasar mereka dalam ber-hujjah. Baik itu Al-Qur’an maupun Hadits.
Rumusan masalah
1) Salaf dan sejarahnya
2) Tokoh salaf dan ajarannya
3) Khalaf dan sejarahnya
4) Tokoh khalaf dan ajarannya






BAB II
PEMBAHASAN
Kata salaf secara bahasa bermakna orang yang telah terdahulu dalam ilmu, iman, keutamaan dan kebaikan. Berkata Ibnul Mandzur (Lisanul Arab 9/159): “Salaf juga berarti orang-orang yang mendahului kamu dari nenek moyang, orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan denganmu dan memiliki umur lebih serta keutamaan yang lebih banyak”. Oleh karena itu, generasi pertama dari Tabi’in dinamakan As-Salafush Shalih. Adapun secara istilah, maka dia adalah sifat pasti yang khusus untuk para sahabat ketika dimutlakkan dan yang selain mereka diikutsertakan karena mengikuti mereka. Al-Qalsyaany berkata dalam Tahrirul Maqaalah min Syarhir Risalah (q 36): As-Salaf Ash-Shalih adalah generasi pertama yang mendalam ilmunya lagi mengikuti petunjuk Rasulullah dan menjaga sunnahnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memilih mereka untuk menegakkan agama-Nya dan meridhoi mereka sebagai imam-imam umat.
Adapun nisbat Salafiyah adalah nisbat kepada Salaf dan ini adalah penisbatan terpuji kepada manhaj yang benar dan bukanlah madzhab baru yang dibuat-buat. Salafiyah adalah sikap atau pendirian para ulama Islam yang mengacu kepada sikap atau pendirian yang dimiliki para ulama generasi salaf itu. Kata salafiyah sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti ‘terdahulu’, yang maksudnya ialah orang terdahulu yang hidup semasa dengan Nabi Muhammad SAW, Sahabat, Tabi’in, dan Tabi’it Tabi’in
Menurut Thablawi Mahmud Sa’ad, salaf artinya ulama terdahulu. Salaf terkadang untuk merujuk generasi sahabat, tabi’ tabi’in, para pemuka abad ketiga hijriah, dan para pengikutnya pada abad keempat yang terdiri dari atas para muhadditsin dan lainnya. Salaf berarti pula ulama-ulama saleh yang hidup pada tiga abad islam. Sedangkan menurut As-Syahrastani, ulama salaf adalah ulama yang tidak mengunakan ta’wil (dalam menafsirkan ayat-ayat mutasabihat) dan tidak mempunyai tasybih (anthropomorphisme). W. Montgomery watt menyatakan bahwa gerakan salafiyah berkembang pertama di bagdad pada abad ke-13.
Karakteristik Dan Perkembangan Salafiyah
Karakteristik ulama salaf
Ibrahim Madzkur (dar Al-ma’arif, Mesir. 1978 hlm 30) menguraikan karakteristik ulama salaf atau salafiyah sebagai berikut:
a. Mereka lebih mendahulukan riwayat (naql) dari pada dirayah (aql).
b. Dalam persoalan pokok-pokok agama (ushuluddin), dan persoalaan-pesoalan cabang agama (furu’ad-din), mereka hanya bertolak dari penjelasan Al-kitab dan As-sunah.
2
c. Mereka mengimani Allah tanpa perenungan lebih lanjut (tentang dzat-Nya) dan tidak pula mempunyai paham anthropomorphisme.
d. Mereka memahami ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan makna lahirnya, dan tidak berupaya menakwilkannya.
Tokoh-Tokoh Dan Pemikiran Ulama Salafiyah
1) Imam Ahmad bin Hanbali
Ibn Hanbal dilahirkan di Bagdad pada tahun 164 H/780 M, dan wafat 241 H/855 M. Ia semasa hidupnya dikenal sebagai orang zahid. Dalam memahami ayat-ayat Qur’an, Ibn Hanbal lebih suka menerapkan pendekatan lafzi (tekstual) dari pada pendekatan ta’wil, terutama yang berkaitan dengan sifat-sitat Tuhan dan ayat-ayat mutasyabihat.
Salah satu persoalan teologis yang dihadapi Ibn Hanbal adalah status Al-Qur’an. faham adanya qadim disamping tuhan, yang berarti menduakan tuhan, sedangkan menduakan tuhan adalah syirik dan dosa besar yang tidak diampuni tuhan. Ibn hanbal tidak sependapat dengan faham tersebut.
Ibn Hanbal hanya mengatakan bahwa Al-qur’an tidak diciptakan. Hal ini hanya sejalan dengan pola pikirnya yang menyerahkan ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat Allah kepada Allah dan rasul-Nya.
2) Ibn Taimiyah
Nama lengkap Ibn Taimiyah adalah Taqiyyuddin Ahmad bin Abi Al-Halim binTaimiyah. Dilahirkan di Harran pada hari senin tanggal 10 rabiul awwal tahun 661 H dan meninggal di penjara pada malam senin tanggal 20 Dzul Qaidah tahun 729 H. Dikatakan oleh Ibrahim Madkur bahwa ibn Taimiyah merupakan seorang tokoh salaf yang ekstrim karena kurang memberikan ruang gerak leluasa kepada akal.
Pikiran-pikiran Ibn Taimiyah seperti dikatakan Ibrahim Madkur, adalah sebagai berikut:
1. sangat berpegang teguh pada nas (teks Al-Qur’an dan Al-Hadits)
2. tidak memberikan ruang gerak yang bebas kepada akal
3. berpendapat bahwa Al-Qur’an mengandung semua ilmu agama
4. didalam islam yang diteladani hanya tiga generasi saja (sahabat, tabi’in, dan tabi’i tabi’in)
5. Allah memiliki sifat yang tidak bertentangan dengan tauhid dan tetap mentanzihkan-Nya.
3

Ibn Taimiyah mengkritik Imam Hanbali dengan mengatakan bahwa kalaulah kalamullah itu qadim, kalamnya pasti qasim pula. Ibn Taimiyah adalah seorang tekstualis. Oleh sebab itu pandangannya dianggap oleh ulama mazhab Hanbal, Al-kitab Ibn Al-Jauzi sebagai pandangan tasybih (antropomorpisme) Allah, yakni menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya. Oleh karena itu, Al-Jauzi berpendapat bahwa pengakuan Ibn Taimiyah sebagai salaf perlu ditinjau kembali.
AHLUSSUNAH KHALAF (AL-ASY’ARY DAN AL-MATURIDI)
Kata khalaf biasanya digunakan untuk merujuk para ulama yang lahir setelah abad III H dengan karakteristik yang bertolak belakang dengan apa yang dimiliki salaf.
Ahlusunnah (sunni) ada dua pengertian:
1. Secara umum, Sunni adalah lawan kelompok syiah
2. Secara khusus, Sunni adalah mazhab yang berada dalam barisan asy’ariyah dan merupakan lawan mutazilah. Dua aliran yang menentang ajaran-ajaran mutazilah. Harun Nasution dengan meminjam keterangan Tasi Kurbazadah, menjelaskan bahwa aliran ahlu sunnah muncul atas keberanian dan usaha Abu Hasan Al-asy’ari sekitar tahun 300H.

A. AL-ASY’ARI
1. Latar Belakang Kemunculan Al-Asy’ari
Nama lengkap Al-asy’ari adalah Abu al-Hasan Ali bin Ismail bin Ishaq bin Salim bin Ismail bin Abdillah bin Musa bin Bilal bin Abi Burdah bin Abi Musa Al-asy’ari. Menurut Ibnu asakir, Al-asy’ari meninggalkan faham mutazilah karena ia telah bermimpi bertemu dengan Rasulullah SAW. Sebanyak tiga kali yaitu pada malam ke-10, 20 dan 30 bulan Ramadhan. Dalam mimpinya Rasulullah mengingatkan agar meninggalkan faham mutazilah dan beralih kepada faham yang telah diriwayatkan dari beliau.
2. Doktrin-doktrin Teologi Al-asy’ari
Corak pemikiran yang sintesis ini menurut Watt, barangkali dipengaruhi teologi kullabiah (teologi Sunni yang dipelopori Ibn Kullab (w 854 M).
Pemikiran-pemikiran Al-asy’ari:
a. Tuhan dan sifat-sifatnya
Al-asy’ari dihadapkan pada dua pandangan ekstrim. Dengan kelompok mujasimah (antropomorfis) dan kelompok musyabbihah yang berpendapat, Allah mempunyai semua sifat yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan sunnah, dan sifat-sifat itu harus difahami menurut harti harfiyahnya. Kelompok mutazilah berpendapat bahwa sifat-sifat Allah tidak lain adalah esensi-esensinya.
Al-asy’ari berpendapat bahwa Allah memang memiliki sifat-sifat itu, seperti mempunyai tangan dan kaki dan ini tidak boleh diartikan secara hartiah, sifat-sifat Allah itu unik sehingga tidak dapat dibandingkan dengan sifat-sifat manusia yang tampaknya mirip.
4
b. Kebebasan dalam berkehendak (free will)
Dari dua pendapat yang ekstrim, yakni jabariah dan fatalistic semata-mata dan mutazilah yang menganut faham kebebasan mutlak dan berpendapat bahwa manusia menciptakan perbuatannya sendiri. Menurutnya, Allah adalah pencipta (khaliq) perbuatan manusia, sedangkan manusia sendiri yang mengupayakannya (muktasib), hanya Allah lah yang mampu menciptakan segala sesuatu (termasuk keinginan manusia).
c. Akal dan wahyu dan kriteria baik dan buruk
Walaupun Al-asy’ari dan orang-orang mutazilah mengakui pentingnya akan dan wahyu, mereka berbeda dalam menghadapi persoalan yang memperoleh penjelasan kontradiktif dari akal dan wahyu. Al-asy’ari mengutamakan wahyu, sementara mutazilah mengutamakan akal.
d. Qadimnya Al-Qur’an
Mutazilah mengatakan bahwa Al-Qur’an diciptakan (makhluk) sehingga tak qadim serta pandangan mazhab Hambali dan Zahiriah yang mengatakan bahwa Al-Qur’an adalah kalam Allah (yang qadim dan tidak diciptakan). Zahiriah bahkan berpendapat bahwa semua huruf, kata dan bunyi Al-Qur’an adalah qadim. Dalam rangka mendamaikan kedua pandangan yang saling bertentangan itu Al-asy’ari mengatakan bahwa walaupun Al-Qur’an terdiri atas kata-kata, huruf dan bunyi, semua itu tidak melekat pada esensi Allah dan karenanya tidak qadim. Nasution mengatakan bahwa Al-Qur’an bagi Al-asy’ari tidaklah diciptakan sebab kalau ia diciptakan, sesuai dengan ayat:
Artinya:
“ Jika kami menghendaki sesuatu, kami bersabda, “ terjadilah“ maka ia pun terjadi”..
e.Keadilan
Pada dasarnya Al-asy’ari dan mutazilah setuju bahwa Allah itu adil. Al-asy’ari tidak sependapat dengan mutazilah yang mengharuskan Allah berbuat adil sehingga ia harus menyiksa orang yang salah dan memberi pahala kepada orang yang berbuat baik. Menurutnya, Allah tidak memiliki keharusan apapun karena ia adalah penguasa mutlaq.
f. Kedudukan orang berdosa
Menurut Al-asy’ari mukmin yang berbuat dosa besar adalah mukmin yang fasik, sebab iman tidak mungkin hilang karena dosa selain kufur.
B. AL-MATURIDI
1. Latar Belakang Kemunculan Al-Maturidi
Abu Manshur Muhammad ibn Muhammad ibn Mahmud Al-Maturidi hidup pada masa khalifah Al-Mutwakil yang memerintah pada tahun 232-274 H/847-861 M.
Karir pendidikan Al-Maturidi lebih dikonsentrasikan untuk menekuni bidang teologi dari pada fiqih. Pemikiran-pemikirannya banyak dituangkan dalam bentuk karya tulis, diantaranya adalah kitab Tauhid, Ta’wil Al-Qur’an Makhas Asy-Syara’I, Al-jald, dll. Selain itu ada pula karangan-karangan yang diduga ditulis oleh Al-Maturidi, yaitu Risalah fi Al-aqaid dan syarh Fiqh Al-akbar.
5
2. Doktrin-doktrin teologi Al-Maturidi
a. Akal dan wahyu
Dalam pemikiran teologinya, Al-Maturidi mendasarkan pada Al-Qur’an dan akal dalam bab ini ia sama dengan Al-asy’ari.
Menurut Al-Maturidi, mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan dapat diketahui dengan akal. Kemampuan akal dalam mengetahui dua hal tersebut sesuai dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan agar manusia menggunakan akal dalam usaha memperoleh pengetahuan dan keimanannya terhadap Allah melalui pengamatan dan pemikiran yang mendalam tentang makhluk ciptaannya. Kalau akal tidak mempunyai kemampuan memperoleh pengetahuan tersebut, tentunya Allah tidak akan menyuruh manusia untuk melakukannya. Dan orang yang tidak mau menggunakan akal untuk memperoleh iman dan pengetahuan mengenai Allah berarti meninggalkan kewajiban yang diperintah ayat-ayat tersebut. Namun akal menurut Al-Maturidi, tidak mampu mengetahui kewajiban-kewajiban lainnya.
Dalam masalah baik dan buruk, Al-Maturidi berpendapat bahwa penentu baik dan buruk sesuatu itu terletak pada suatu itu sendiri, sedangkan perintah atau larangan syari’ah hanyalah mengikuti ketentuan akal mengenai baik dan buruknya sesuatu. Dalam kondisi demikian, wahyu diperoleh untuk dijadikan sebagai pembimbing.
b. Perbuatan manusia
Menurut Al-Maturidi perbuatan manusia adalah ciptaan Tuhan karena segala sesuatu dalam wujud ini adalah ciptaannya. Dalam hal ini, Al-Maturidi mempertemukan antara ikhtiar sebagai perbuatan manusia dan qudrat Tuhan sebagai pencipta perbuatan manusia.
c. Kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan
Menurut Al-Maturidi qudrat Tuhan tidak sewenang-wenang (absolut), tetapi perbuatan dan kehendaknya itu berlangsung sesuai dengan hikmah dan keadilan yang sudah ditetapkannya sendiri.
d. Sifat Tuhan
Dalam hal ini faham Al-Maturidi cenderung mendekati faham mutzilah. Perbedaan keduanya terletak pada pengakuan Al-Maturidi tentang adanya sifat-sifat Tuhan, sedangkan mutazilah menolak adanya sifat-sifat Tuhan.
e. Kalam Tuhan
Al-Maturidi membedakan antara kalam yang tersusun dengan huruf dan bersuara dengan kalam nafsi (sabda yang sebenarnya atau kalam abstrak). Kalam nafsi adalah sifat qadim bagi Allah, sedangkan kalam yang tersusun dari huruf dan suara adalah baharu (hadist).
f. Perbuatan manusia
Menurut Al-Maturidi, tidak ada sesuatu yang terdapat dalam wujud ini, kecuali semuanya atas kehendak Tuhan, dan tidak ada yang memaksa atau membatasi kehendak Tuhan kecuali karena ada hikmah dan keadilan yang ditentukan oleh kehendak-Nya sendiri.

6

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan makalah diatas dapat diambil suatu kesimpulan:
Salaf adalah ulama terdahulu yang tidak menggunakan ta’wil dalam menafsirkan al-Qur’an dan merujuk kepada generasi sahabat,tabi’,tabi’in
Dalam salaf terdapat dua macam aliran yang berbeda yaitu pengikut Ibn Hambal dan Ibn taimiyah
Khalaf adalah ulama sesudah khalaf yang sering merujuk kepada ahli sunah
Dalam khalaf terdapat 2 aliran yang saling berseberangan yaitu Maturidi dan AlAsy’ari
Daftar Pustaka
Abdullah amin, falsafah kalam, Pustaka pelajar, Yogyakara, 1995
Aceh Forum Community, Salafiyah dan perkembangannya, 05/04/2008
Ahmas Faiz Asifuddin, Salafiyah Bukan Manhaj Hizbi, , 05/04/2008
Amal Taupik Adnan dan syamsu Rizal panggabean, tafsir dan kontektual Al-Qur’an: Sebuah Kerangka konseptual, Miza, Bandung, 1989
Dzahadi, Muhammad Husen, penyimpangan-penyimpangan dalam penafsiran Al-Qur’an, Rajawali press, Jakarta, 1978
Rozak abdul, anwar rosihon, ilmu kalam, CV Pustaka Setia, Bandung, 2007
Syaikh Abu Usamah Salim, Salaf Dan Salafiyah Secara Bahasa Istilah Dan Periodisasi Zaman, 05/04/20
Rozak, Abdul & Anwar, Rohison, Ilmu Kalam. CV Pustaka Setia, Bandung, 2003
Nasution, Harun, Teologi Islam, UI Press, Jakarta, 1987
Nata, Abudin, Meteologi Study Islam, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004

7

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah bagi junjungan kita Nabi besar Muahamad SAW yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang dengan lahirnya agama yang membawa perubahan “Islam”.
Selanjutnya kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penyusun sangat mengharapkan partisipasi dari para pembaca yangt budiman untuk memberikan sumbangsihnya kepada kami baik berupa kritik maupun sarannya demi perbaikan makalah kami yang akan datang .
Terima kasih yangsebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya makalah ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca sekalian pada umumnya.
Amin.

Jayasakti,20 November 2009



Penyusun
























MAKALAH
“ SHALAF,KHOLAF dan AHLUSUNAH WAL JAMAAH “



Disusun untuk memenuhi salah satu tugas tugas pada mata kuliah “ILMU KALAM “

Oleh :


Nama : M. Jainal Arifin
M. Fatah
Semester : 2
Dosen pengampu : M.Ali Murtadlo S.Ag















SEKOLAH TINGGI ILMU TABIYAH BUSTANUL ‘ULUM
(STITBU)
LAMPUNG TENGAH
TAHUN AKADEMIK 2009/2010











DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR …………………………………………………………….i

DAFTAR ISI …………………………………………………………….ii

BAB I : PENDAHULUAN …………………………………………………………….1
Latar belakang masalah
Rumusan masalah

BAB II : PEMBAHASAN ……………………………………………………………2-7
Karakteristik salaf……………………………………………………………....2
Tokoh-tokoh salaf………………………………………………………………3
Karakteristik khalaf……………………………………………………………..4
Ajaran khalaf…………………………………………………………………....5
Dokrin Maturidi………………………………………………………………....6
BAB III PENUTUP……………………………………………………………………..7
Previous
Next Post »
0 Komentar