BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.
Agar tujuan pendidikan itu bisa tercapai, maka perlu diperhatikan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan itu. Dari sekian faktor penunjang keberhasilan tujuan pendidikan, kesuksesan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat dominan. Sebab di dalam proses pembelajaran itulah terjadinya internalisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya maupun norma-norma secara langsung. Karena itu kegiatan belajar mengajar merupakan “ujung tombak” untuk tercapainya pewarisan nilai-nilai di atas. Untuk itu perlu sekali dalam proses pembelajaran itu diciptakan suasana yang kondusif, agar peserta didik benar-benar tertarik dan ikut aktif dalam proses itu.
Dalam kaitannya dengan usaha yang kondusif itu, alat/media pendidikan atau pengajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Sebab alat/media merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan denga indera pendengaran dan penglihatan. Adanya alat/media bahkan dapat mempercepat proses pembelajan murid karena dapat membuat pemahaman murid lebih cepat pula.
Dengan adanya media maka tradisi lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai alat/media pengajaran. Dengan tersedianya media pengajaran, guru dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan ia pakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang sehat diantara murid-muridnya. Bahkan alat/media pengajaran ini selanjutnya membantu guru “membawa” dunia ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing (remote) sifatnya menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh murid. Bila alat/media dapat difungsikan secara tepat, maka murid akan banyak terlibat dalam proses pembelajaran.
B. Pembatasan Masalah
Agar lebih fokus dan lebih evisien dalam pembahasan ini maka kami membatasi permasalahan ini menjadi beberapa sub pokok pembahasan yang meliputi: Pengertian media Tujuan Media Pengajaran, Fungsi Media Pengajaran
C. Perumusan Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan secara sepintas saya dapat menguraikan perumusan masalah sebagai berikut :
a. Apakah yang yang dimaksud Media?
b. Bagaimana fungsi dari media ?
c. Apa yang dimaksud dengan evaluasi?
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian media
2. Untuk mengetahui Bagaimana fungsi dari media
3. Untuk mengetahui pengertian evaluasi
E. Metodologi Penulisan
Dalam pembahasan perencanaan system pengajaran saya menggunakan metode analisis deskriftif dari sumber – sumber yang kami peroleh
F. Sistematika Penulisan
Makalah ini di buat 3 bab yang masing-masing bab di lengkapi sub – sub bab dengan sistematika sebagai berkut
Bab I : pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,perumusan masalah,pembatasan masalah, tujuan penulisan/pembahasan,metode
penulisan dan sitematika penulisan
Bab II : Pembahasan yang menguraikan Pengertian media Tujuan Media
Pengajaran, Fungsi Media Pengajaran
Bab III : penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Media Pengajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara ( وسائل ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlac dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atu sikap.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media yang dipergunakan dalam mengajar disebut juga dengan media pengajaran. Karena pengajaran bagian dari kegiatan pembelajaran maka media pengajaran sering disebut juga dengan media pembelajaran. Menurut Tim LPM DKI Jakarta: media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Dengan demikian media pengajaran adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan pesan-pesa pengajaran dari sumber belajar yaitu guru kepada peserta didik yaitu siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Sedangkan Rusyan berkesimpulan mengenai media dalam pendidikan adalah:
a. Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai dengan sempurna.
b. Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih tujuan belajar.
B. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pengajaran
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan prilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner, ada tiga tingkatan pertama modus belajar, yaitu: pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (simbolic).
Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata simpul dipahami dengan langsung membuat simpul. pada tingkat kedua yaitu iconic (gambar/image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, photo, atau film. Meskipun siswa belum pernah membuat simpul mereka dapat mempelajari dari gambar lukisan, photo atau film tersebut. Kemudian yang ketiga pada tingkatan simbol (membaca/mendengar) kata simpul dan mecoba mencocokkannya denga simpul pada image mental atau mecocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan atau sikap) yang baru.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s cone of experience (kerucut pengalam Dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Brunner sebagai mana dijelaskan sebelumnya. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampaian pesan itu.
C. Alasan Penggunaan Media Pengajaran
Media pengajaran digunakan guru karena bertitik tolak dari dua hal sebagai berikut:
1. Belajar Merupakan Perubahan Perilaku
Belajar dipandang sebagai perubahan perilaku peserta didik. Perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi melalui suatu proses yang dimulai dari adanya rangsangan, yaitu peserta didik menangkap rangsangan kemudian mengolahnya, sehingga mengandung suatu persepsi. Semakin baik rangsangan diberikan, semakin kuat pula persepsi peserta didik terhadap rangsangan tersebut.
Pembentukan persepsi, harus diupayakan secara kuat oleh guru agar terbebtuk suatu pengalaman belajar yang bermakna. Tetapi ada kalanya persepsi dapat terganggu karena terdapat kekurangan atau hambatan baik dalam alat indera, minat, pengalaman, kecerdasa, perhatian serta kejelasan objek yang akan dikenalkan. Oleh karena itu digunkanlah media pengajaran sebagai pemecahannya.
2. Belajar Merupakan Proses Komunikasi
Proses belajar mengajar pada hakikatnya merupakan proses komunikasi. Proses komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Dalam proses penyampaian pesan tidak selamanya sukses karena terdapat beberapa hambatan, baik yang ditimbulkan oleh pemberi pesan atau dari penerima pesan. Hambatan ini disebut noises atau barriers.
Dalam proses pengajaran, noise itu dapat berupa keterbatasan peserta didik secara fisik maupun psikologis, kultural maupun lingkungan. Sehingga untuk meredam, memperkecil, mengatasi atau menghilangkan beragam keterbatasan dalam komunikasi tadi, dapat digunakan alat perantara yang disebut media pengajaran.
D. Ciri-Ciri Media Pengajaran
Gerlach & Ely mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu atau kurang efisien melakukannya.
a. Ciri fiksatif (fiksative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan di susun kembali dengan media seperti fotografi, pidio tape, audio tape, disket computer, dan film. Suatu objek yang telah dimbil gambarnya (direkam) dengan kamera atau pideo kamera dengan mudah dapat di reproduksi kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
b. Ciri manipulatif (manipulative property)
Transpormasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotograpi tersebut. Disamping dapat dipercepat suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Misalnya proses loncat galah atau reaksi kimia dapat diamati melalui bantuan kemampuan manipulatif dari media.
E. Fungi dan Manpaat Media Pengajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa menguasi setelah pengajaran berlangsung, dan kontek pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat Bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Terdapat pendapat beberapa ahli pendidikan mengenai manpaat atau kegunaan dari media pengajaran dalam proses belajar mengajar. Yusup Hadi Miarso dkk, menyatakan bahwa media pengajaran itu mempunyai nilai-nilai praktis yang berupa kemempuan antara lain:
1. Membuat konkrit konsep yang abstrak
2. Membawa objek yang sukar di dapat ke dalam lingkungan belajar
siswa.
3. Menampilkan objek yang terlalu besar
4. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang
5. Mengamati gerakan yang terlalu cepat.
6. Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi
pengalaman belajar siswa.
7. Membangkitkan motivasi belajar, dan
8. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang
maupun disimpang menurut kebutuhan.
Sementara itu Abu Bakar Muhammad juga berpendapat bahwa kegunaan media pengajaran antara lain:
1. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit.
2. Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih
hidup dan menarik.
3. Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan
menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari
sesuatu.
4. Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat,
memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, dan
5. Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera,
melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keepektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.
Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pengajaran khususnya media visual, yaitu:
a. Fungsi atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pengajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Khususnya gambar yang diproyeksikan melalui over head projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
b. Fungsi Afektif.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
c. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompenstoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan kontek untuk memahami tek membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam tek dan mengingatnya kembali. Dengan demikian, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan tek atau disajikan secara verbal.
F. Pemilihan dan Penggunaan Media Pengajaran
Pengajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pengajaran juga memerlukan perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannya di kelas atas dasar pertimbangan antara lain : a). ia merasa sudah akrab dengan media itu – papan tulis atau proyektor transparansi. b). ia merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri – misalnya diagram pada Flip Chart. c). media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan.
Selain itu ada beberapa prinsif yang harus dijadikan dasar dalam memilih media pengajaran, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Prinsif umum dalam memilih dan menggunakan media pengajaran harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Media tidak dapat 100% dapat menggantikan peran guru.
2. Perlu persiapan yang matang baik guru, siswa, alat, program maupun
tempat yang akan digunakan.
3. Pertimbangkan mutu media yang akan digunakan dalam artian harus
handal, sistem kerjanya mudah dipahami, spesifikasi dari bahan yang
bermutu, praktis penggunaannya, serta menjamin keselamatan bagi
penggunanya.
4. Media harus jelas dan menarik.
5. Ketersediaan media yang akan digunakan.
6. Pertimbangkan waktu yang tersedia, mulai dari persiapan penggunaan dan penyempurnaan kembali media yang digunakan.
Sedangkan secara khusus penggunaan media pengajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan media pengajaran berdasarkan tujuan pembelajaran.
2. Pengguanan media pengajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik.
3. Pemilihan media pengajaran sesuai dengan kondisi, situasi, waktu dan
tempat.
4. Penggunaan media pengajaran sesuai dengan karakteristik media
pembelajaran.
5. Pemilihan media pengajaran sessuai dengan ketersediaan media
pengajaran itu sendiri.
Pendapat lain mengatakan bahwa, dalam menggunakan media pengajaran harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan pemilihan. (untuk pembelajaran, informasi yang bersifat umum
atau mengisi waktu luang, pengajaran kelompok atau individu.
2. Karakteristik media pembelajaran (keampuhan, cara pembuatannya,
maupun cara penggunaannya.
3. Alternatif pemilihan media yang dapat digunakan.
Dalam memilih media juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Objektivitas, yaitu pilihan didasarkan atas prinsip efektifitas dan efisiensi, yaitu ketepatan yang disesuaikan dengan materi serta tujuan pengajaran, bukan didasarkan atas kebiasaan, kesenangan maupun kemampuan guru menggunakan media pengajaran tersebut.
2. Program pengajaran yaitu tingkat kesesuaian dengan struktur kurikulum dan kedalaman materi pelajaran yang akan disampaikan.
3. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi baik tempat atau ruangan maupun kondisi anak didik.
4. Kualitas teknik memenuhi syarat keselamatan penggunaannya dan mudah untuk disempurnakan bila diperlukan dan tidak membahayakan penggunanya.
B. Evaluasi / Penilaian PAI
1. Pengertian Penilaian
Secara harfiah kata penilaian berasal dari bahasa Inggris “ evaluation “ dalam bahasa Arab Al – Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Penilaian dapat digunakan untuk semua aspek kehidupan. Dalam buku ini kita hanya mempokuskan penilaian dalam bidang Pendidikan Agama Islam atau penilaian pendidikan Islam. Penilaian Pendidikan Agama Islam adalah usaha untuk mendapatkan nilai yang terdapat dalam proses belajar mengajar yang dilihat dari hasil yang dicapai oleh setiap siswa dalam jangka waktu tertentu. Misalnya penilaian harian, mingguan, bulanan, catur wulan, akhir tahun dan akhir tahun ajaran dan EBTA serta EBTANAS.
2. Fungsi Evaluasi / Penilaian
a. Perbaikan proses belajar mengajar.
b. Untuk menentukan nilai kenaikan kelas maupun penentuan lulus atau
tidak
c. Penempatan siswa.
d. Diagnostik, yaitu untuk memeriksa dan mengalisa kelemahan siswa dan upaya mengatasinya.
3. Tujuan Evaluasi / Penilaian
Penilaian bertujuan memperoleh data mengenai pencapaian tujuan hasil belajar mengajar yang menuju ketingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran serta mengukur atau menilai efektifitas pengalaman belajar, kegiatan belajar dan metode mengajar Pendidikan Agama Islam yang dipergunakan.
4. Prisip dan Obyek Penilai
1. Prinsip Penilaian
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian yaitu :
a. Prinsip kontinuitas
Penilaian harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, oleh sebab itu penilaian tidak hanya dilakukan peda waktu tertentu seperti sebulan sekali hanya, catur wulan dan sebagainya, tetapi sebaiknya dilakukan setiap kegiatan belajar mengajar berlangsung. penilaian seperti ini sangat diperlukan untuk mengetahui keadaan kemampuan siswa menyerap materi yang diberikan dan efektivitas metode yang digunakan. Disamping itu untuk menentukan perlu tidaknya perbaikan proses belajar mengajar dan perbaikan bagi siswa atau diagnostik
b. Prinsip Individual
Prinsip penilaian ini harus diberikan kepada setiap siswa untuk menilan pekerjaannya sendiri. Hal ini memberikan kesadaran kepada setiap siswa untuk mengetahui keadaan kualitas belajar yang telah dicapainya. Dalam penilaian individu ini perlu di pertimbangkan situasi dan kondisi masing-masing siswa dalam menilai kemajuan dan pengawasan siswa terhadap pencapaian tujuan.
c. Prinsip Keseluruhan
Dengan prinsip keseluruhan, konprehensif dimaksudkan disini agar evaluasi / penilaian hasil belajar tersebut dapat terlaksana dengan baik apabila penilaian tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh dan menyeluruh. Penilaian itu harus dapat menjangkau tiga aspek yang perlu dinilai yaitu aspek kognitif, aspek efektif dan aspek psikomotor sesuai dengan porsi masing-masing dalam penilaian pendidikan agama Islam.
d. Prinsip Obyektivitas
Prinsip obyektivitas atau maudluu’iyyah, dapat dinyatakan sebagai penilaian yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subyektif.
Oleh sebab itu penilaian harus dilakukan secara wajar sesuai dengankeadaan, kondisi apa adanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat subyektif.
Jika tidak obyektif akan dapat menodai kemurnian pekerjaan penilaian itu sendiri.
2. Obyek Penilaian
Dimaksud dengan obyek atau sasaran penilaian pendidikan agama Islam ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan dapat dilakukan terhadap siswa, guru maupun kurikulum pendidikan agama Islam.
Pada kesempatan kali ini sasaran atau obyek penilaian yang akan dibahas ada yang berkenaan dengan proses atau kegiatan proses pendidikan agama Islam yang dialami oleh siswa untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar siswa, maka obyek dari penilaian pendidikan agama Islam meliputi tiga aspek, yaitu (1) aspek kemampuan, (2) aspek kepribadian, (3) aspek sikap.
5. Peran Penilaian dalam Proses Belajar Mengajar ( PBM )
Ada beberapa peran penilaian dalam PBM
1. Mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam kegiatan suatu proses
belajar mengajar.
2. Menetapkan keefektifan pengajar dan rencana kegiatan.
3. Sebagai laporan kemajuan belajar siswa.
4. Menghilangkan kendala dalam kegiatan belajar mengajar dan
memperbaiki kesalahan setra menyempurnakan kekurangan yang terdapat sewaktu praktek.
BAB III
PENUTUP
Sebagai penutup dari tulisan ini penulis memberikan beberapa kesimpulan bahwa:
1. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
2. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media yang dipergunakan dalam mengajar disebut juga dengan media pengajaran.
3. Media pengajaran adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan pesan-pesa pengajaran dari sumber belajar yaitu guru kepada peserta didik yaitu siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
4. Ada dua alasan penggunaan media pengajara. pertama, belajar merupakan perubahan perilaku. Kedua, belajar merupakan proses komunikasi.
Demikian makalah yang dapat kami sajikan, mudah-mudahan bisa bermanpaat, khususnya bagi kami penulis, umumnya bagi para pembaca sekalian. Kami menyadari dalam penulisan ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya, kritik yang sipatnya membangun sangat kami harapkan untuk kemajuan kea rah yang lebih baik.
o DAFTRA PUSTAKA
Arsyad, Azhar (2006) Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Syah, Darwan dkk (2006) Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Faza Media.
Ramayuli, H (2004) Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Kamal, Musthafa (2006) Buku ajar Strategi Belajar Mengajar. Ciamis: Institut Agama Islam Darussalam.
Ahmad Rohani HM. (1995). Pengelolaan pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta Jakarta.
Conny Semiawan Stamboel. (1986). Prinsip dan teknik pengukuran dan penilaian di dalam dunia pendidikan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Dali S. Naga. (1992). Pengantar teori sekor. Jakarta : Gunadarma.
Ratna Sayekti Rusli. (1988). Tes dan pengukuran dalam pendidikan.
Jakarta Ditjen Dikti
PENDAHULUAN
Latar belakang masalah
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan dan sikapnya.
Agar tujuan pendidikan itu bisa tercapai, maka perlu diperhatikan segala sesuatu yang mendukung keberhasilan program pendidikan itu. Dari sekian faktor penunjang keberhasilan tujuan pendidikan, kesuksesan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu faktor yang sangat dominan. Sebab di dalam proses pembelajaran itulah terjadinya internalisasi nilai-nilai dan pewarisan budaya maupun norma-norma secara langsung. Karena itu kegiatan belajar mengajar merupakan “ujung tombak” untuk tercapainya pewarisan nilai-nilai di atas. Untuk itu perlu sekali dalam proses pembelajaran itu diciptakan suasana yang kondusif, agar peserta didik benar-benar tertarik dan ikut aktif dalam proses itu.
Dalam kaitannya dengan usaha yang kondusif itu, alat/media pendidikan atau pengajaran mempunyai peranan yang sangat penting. Sebab alat/media merupakan sarana yang membantu proses pembelajaran terutama yang berkaitan denga indera pendengaran dan penglihatan. Adanya alat/media bahkan dapat mempercepat proses pembelajan murid karena dapat membuat pemahaman murid lebih cepat pula.
Dengan adanya media maka tradisi lisan dan tulisan dalam proses pembelajaran dapat diperkaya dengan berbagai alat/media pengajaran. Dengan tersedianya media pengajaran, guru dapat menciptakan berbagai situasi kelas, menentukan metode pengajaran yang akan ia pakai dalam situasi yang berlainan dan menciptakan iklim yang emosional yang sehat diantara murid-muridnya. Bahkan alat/media pengajaran ini selanjutnya membantu guru “membawa” dunia ke dalam kelas. Dengan demikian ide yang abstrak dan asing (remote) sifatnya menjadi konkrit dan mudah dimengerti oleh murid. Bila alat/media dapat difungsikan secara tepat, maka murid akan banyak terlibat dalam proses pembelajaran.
B. Pembatasan Masalah
Agar lebih fokus dan lebih evisien dalam pembahasan ini maka kami membatasi permasalahan ini menjadi beberapa sub pokok pembahasan yang meliputi: Pengertian media Tujuan Media Pengajaran, Fungsi Media Pengajaran
C. Perumusan Masalah
Dari uraian yang telah dipaparkan secara sepintas saya dapat menguraikan perumusan masalah sebagai berikut :
a. Apakah yang yang dimaksud Media?
b. Bagaimana fungsi dari media ?
c. Apa yang dimaksud dengan evaluasi?
D. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian media
2. Untuk mengetahui Bagaimana fungsi dari media
3. Untuk mengetahui pengertian evaluasi
E. Metodologi Penulisan
Dalam pembahasan perencanaan system pengajaran saya menggunakan metode analisis deskriftif dari sumber – sumber yang kami peroleh
F. Sistematika Penulisan
Makalah ini di buat 3 bab yang masing-masing bab di lengkapi sub – sub bab dengan sistematika sebagai berkut
Bab I : pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah,perumusan masalah,pembatasan masalah, tujuan penulisan/pembahasan,metode
penulisan dan sitematika penulisan
Bab II : Pembahasan yang menguraikan Pengertian media Tujuan Media
Pengajaran, Fungsi Media Pengajaran
Bab III : penutup yang menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Media Pengajaran
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara ( وسائل ) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlac dan Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atu sikap.
Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media yang dipergunakan dalam mengajar disebut juga dengan media pengajaran. Karena pengajaran bagian dari kegiatan pembelajaran maka media pengajaran sering disebut juga dengan media pembelajaran. Menurut Tim LPM DKI Jakarta: media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat siswa dalam belajar.
Dengan demikian media pengajaran adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan pesan-pesa pengajaran dari sumber belajar yaitu guru kepada peserta didik yaitu siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
Sedangkan Rusyan berkesimpulan mengenai media dalam pendidikan adalah:
a. Media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi memperjelas makna pesan yang disampaikan sehingga tujuan proses belajar mengajar dapat tercapai dengan sempurna.
b. Media berperan sebagai perangsang belajar dan dapat menumbuhkan motivasi belajar sehingga peserta didik tidak bosan dalam meraih tujuan belajar.
B. Landasan Teoritis Penggunaan Media Pengajaran
Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan, perubahan-perubahan sikap dan prilaku dapat terjadi karena interaksi antara pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialami sebelumnya. Menurut Bruner, ada tiga tingkatan pertama modus belajar, yaitu: pengalaman langsung (enactive), pengalaman pictorial/gambar (iconic), dan pengalaman abstrak (simbolic).
Pengalaman langsung adalah mengerjakan, misalnya arti kata simpul dipahami dengan langsung membuat simpul. pada tingkat kedua yaitu iconic (gambar/image), kata simpul dipelajari dari gambar, lukisan, photo, atau film. Meskipun siswa belum pernah membuat simpul mereka dapat mempelajari dari gambar lukisan, photo atau film tersebut. Kemudian yang ketiga pada tingkatan simbol (membaca/mendengar) kata simpul dan mecoba mencocokkannya denga simpul pada image mental atau mecocokkannya dengan pengalamannya membuat simpul. Ketiga tingkatan pengalaman ini saling berinteraksi dalam upaya memperoleh pengalaman (pengetahuan, keterampilan atau sikap) yang baru.
Salah satu gambaran yang paling banyak dijadikan acuan sebagai landasan teori penggunaan media dalam proses belajar adalah Dale’s cone of experience (kerucut pengalam Dale). Kerucut ini merupakan elaborasi yang rinci dari konsep tiga tingkatan pengalaman yang dikemukakan oleh Brunner sebagai mana dijelaskan sebelumnya. Hasil belajar seseorang diperoleh mulai dari pengalaman langsung (kongkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak). Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampaian pesan itu.
C. Alasan Penggunaan Media Pengajaran
Media pengajaran digunakan guru karena bertitik tolak dari dua hal sebagai berikut:
1. Belajar Merupakan Perubahan Perilaku
Belajar dipandang sebagai perubahan perilaku peserta didik. Perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, akan tetapi melalui suatu proses yang dimulai dari adanya rangsangan, yaitu peserta didik menangkap rangsangan kemudian mengolahnya, sehingga mengandung suatu persepsi. Semakin baik rangsangan diberikan, semakin kuat pula persepsi peserta didik terhadap rangsangan tersebut.
Pembentukan persepsi, harus diupayakan secara kuat oleh guru agar terbebtuk suatu pengalaman belajar yang bermakna. Tetapi ada kalanya persepsi dapat terganggu karena terdapat kekurangan atau hambatan baik dalam alat indera, minat, pengalaman, kecerdasa, perhatian serta kejelasan objek yang akan dikenalkan. Oleh karena itu digunkanlah media pengajaran sebagai pemecahannya.
2. Belajar Merupakan Proses Komunikasi
Proses belajar mengajar pada hakikatnya merupakan proses komunikasi. Proses komunikasi adalah proses menyampaikan pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima pesan. Dalam proses penyampaian pesan tidak selamanya sukses karena terdapat beberapa hambatan, baik yang ditimbulkan oleh pemberi pesan atau dari penerima pesan. Hambatan ini disebut noises atau barriers.
Dalam proses pengajaran, noise itu dapat berupa keterbatasan peserta didik secara fisik maupun psikologis, kultural maupun lingkungan. Sehingga untuk meredam, memperkecil, mengatasi atau menghilangkan beragam keterbatasan dalam komunikasi tadi, dapat digunakan alat perantara yang disebut media pengajaran.
D. Ciri-Ciri Media Pengajaran
Gerlach & Ely mengemukakan tiga ciri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu atau kurang efisien melakukannya.
a. Ciri fiksatif (fiksative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekontruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan di susun kembali dengan media seperti fotografi, pidio tape, audio tape, disket computer, dan film. Suatu objek yang telah dimbil gambarnya (direkam) dengan kamera atau pideo kamera dengan mudah dapat di reproduksi kapan saja diperlukan. Dengan ciri fiksatif ini media memungkinkan suatu rekaman kejadian atau objek yang terjadi pada suatu waktu tertentu ditransportasikan tanpa mengenal waktu.
b. Ciri manipulatif (manipulative property)
Transpormasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar time-lapse recording. Misalnya bagaimana proses larva menjadi kepompong kemudian menjadi kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotograpi tersebut. Disamping dapat dipercepat suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat menayangkan kembali hasil suatu rekaman video. Misalnya proses loncat galah atau reaksi kimia dapat diamati melalui bantuan kemampuan manipulatif dari media.
E. Fungi dan Manpaat Media Pengajaran
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pengajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode mengajar akan mempengaruhi jenis media pengajaran yang sesuai meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pengajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa menguasi setelah pengajaran berlangsung, dan kontek pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Meskipun demikian dapat dikatakan bahwa salah satu fungsi utama media pengajaran adalah sebagai alat Bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.
Terdapat pendapat beberapa ahli pendidikan mengenai manpaat atau kegunaan dari media pengajaran dalam proses belajar mengajar. Yusup Hadi Miarso dkk, menyatakan bahwa media pengajaran itu mempunyai nilai-nilai praktis yang berupa kemempuan antara lain:
1. Membuat konkrit konsep yang abstrak
2. Membawa objek yang sukar di dapat ke dalam lingkungan belajar
siswa.
3. Menampilkan objek yang terlalu besar
4. Menampilkan objek yang tidak dapat diamati dengan mata telanjang
5. Mengamati gerakan yang terlalu cepat.
6. Memungkinkan keseragaman pengamatan dan persepsi bagi
pengalaman belajar siswa.
7. Membangkitkan motivasi belajar, dan
8. Menyajikan informasi belajar secara konsisten dan dapat diulang
maupun disimpang menurut kebutuhan.
Sementara itu Abu Bakar Muhammad juga berpendapat bahwa kegunaan media pengajaran antara lain:
1. Mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dan memperjelas materi pelajaran yang sulit.
2. Mampu mempermudah pemahaman, dan menjadikan pelajaran lebih
hidup dan menarik.
3. Merangsang anak untuk bekerja dan menggerakkan naluri kecintaan
menelaah (belajar) dan menimbulkan kemauan keras untuk mempelajari
sesuatu.
4. Membantu pembentukan kebiasaan, melahirkan pendapat,
memperhatikan dan memikirkan suatu pelajaran, dan
5. Menimbulkan kekuatan perhatian (ingatan) mempertajam, indera,
melatihnya, memperhalus perasaan dan cepat belajar.
Hamalik mengemukakan bahwa pemakaian media pengajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pengajaran pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keepektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.
Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pengajaran khususnya media visual, yaitu:
a. Fungsi atensi
Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pengajaran siswa tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Khususnya gambar yang diproyeksikan melalui over head projector dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka kepada pelajaran yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan untuk memperoleh dan mengingat isi pelajaran semakin besar.
b. Fungsi Afektif.
Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.
c. Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
d. Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompenstoris media pengajaran terlihat dari hasil penelitian bahwa media visual yang memberikan kontek untuk memahami tek membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam tek dan mengingatnya kembali. Dengan demikian, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan tek atau disajikan secara verbal.
F. Pemilihan dan Penggunaan Media Pengajaran
Pengajaran yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Media yang akan digunakan dalam proses pengajaran juga memerlukan perencanaan yang baik. Meskipun demikian, kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa seorang guru memilih salah satu media dalam kegiatannya di kelas atas dasar pertimbangan antara lain : a). ia merasa sudah akrab dengan media itu – papan tulis atau proyektor transparansi. b). ia merasa bahwa media yang dipilihnya dapat menggambarkan dengan lebih baik daripada dirinya sendiri – misalnya diagram pada Flip Chart. c). media yang dipilihnya dapat menarik minat dan perhatian siswa, serta menuntunnya pada penyajian yang lebih terstruktur dan terorganisasi. Pertimbangan ini diharapkan oleh guru dapat memenuhi kebutuhannya dalam mencapai tujuan yang telah ia tetapkan.
Selain itu ada beberapa prinsif yang harus dijadikan dasar dalam memilih media pengajaran, baik yang bersifat umum maupun yang bersifat khusus. Prinsif umum dalam memilih dan menggunakan media pengajaran harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Media tidak dapat 100% dapat menggantikan peran guru.
2. Perlu persiapan yang matang baik guru, siswa, alat, program maupun
tempat yang akan digunakan.
3. Pertimbangkan mutu media yang akan digunakan dalam artian harus
handal, sistem kerjanya mudah dipahami, spesifikasi dari bahan yang
bermutu, praktis penggunaannya, serta menjamin keselamatan bagi
penggunanya.
4. Media harus jelas dan menarik.
5. Ketersediaan media yang akan digunakan.
6. Pertimbangkan waktu yang tersedia, mulai dari persiapan penggunaan dan penyempurnaan kembali media yang digunakan.
Sedangkan secara khusus penggunaan media pengajaran harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pemilihan media pengajaran berdasarkan tujuan pembelajaran.
2. Pengguanan media pengajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik.
3. Pemilihan media pengajaran sesuai dengan kondisi, situasi, waktu dan
tempat.
4. Penggunaan media pengajaran sesuai dengan karakteristik media
pembelajaran.
5. Pemilihan media pengajaran sessuai dengan ketersediaan media
pengajaran itu sendiri.
Pendapat lain mengatakan bahwa, dalam menggunakan media pengajaran harus diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Tujuan pemilihan. (untuk pembelajaran, informasi yang bersifat umum
atau mengisi waktu luang, pengajaran kelompok atau individu.
2. Karakteristik media pembelajaran (keampuhan, cara pembuatannya,
maupun cara penggunaannya.
3. Alternatif pemilihan media yang dapat digunakan.
Dalam memilih media juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Objektivitas, yaitu pilihan didasarkan atas prinsip efektifitas dan efisiensi, yaitu ketepatan yang disesuaikan dengan materi serta tujuan pengajaran, bukan didasarkan atas kebiasaan, kesenangan maupun kemampuan guru menggunakan media pengajaran tersebut.
2. Program pengajaran yaitu tingkat kesesuaian dengan struktur kurikulum dan kedalaman materi pelajaran yang akan disampaikan.
3. Disesuaikan dengan situasi dan kondisi baik tempat atau ruangan maupun kondisi anak didik.
4. Kualitas teknik memenuhi syarat keselamatan penggunaannya dan mudah untuk disempurnakan bila diperlukan dan tidak membahayakan penggunanya.
B. Evaluasi / Penilaian PAI
1. Pengertian Penilaian
Secara harfiah kata penilaian berasal dari bahasa Inggris “ evaluation “ dalam bahasa Arab Al – Taqdir; dalam bahasa Indonesia berarti penilaian. Penilaian dapat digunakan untuk semua aspek kehidupan. Dalam buku ini kita hanya mempokuskan penilaian dalam bidang Pendidikan Agama Islam atau penilaian pendidikan Islam. Penilaian Pendidikan Agama Islam adalah usaha untuk mendapatkan nilai yang terdapat dalam proses belajar mengajar yang dilihat dari hasil yang dicapai oleh setiap siswa dalam jangka waktu tertentu. Misalnya penilaian harian, mingguan, bulanan, catur wulan, akhir tahun dan akhir tahun ajaran dan EBTA serta EBTANAS.
2. Fungsi Evaluasi / Penilaian
a. Perbaikan proses belajar mengajar.
b. Untuk menentukan nilai kenaikan kelas maupun penentuan lulus atau
tidak
c. Penempatan siswa.
d. Diagnostik, yaitu untuk memeriksa dan mengalisa kelemahan siswa dan upaya mengatasinya.
3. Tujuan Evaluasi / Penilaian
Penilaian bertujuan memperoleh data mengenai pencapaian tujuan hasil belajar mengajar yang menuju ketingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan-tujuan pembelajaran serta mengukur atau menilai efektifitas pengalaman belajar, kegiatan belajar dan metode mengajar Pendidikan Agama Islam yang dipergunakan.
4. Prisip dan Obyek Penilai
1. Prinsip Penilaian
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan penilaian yaitu :
a. Prinsip kontinuitas
Penilaian harus dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan, oleh sebab itu penilaian tidak hanya dilakukan peda waktu tertentu seperti sebulan sekali hanya, catur wulan dan sebagainya, tetapi sebaiknya dilakukan setiap kegiatan belajar mengajar berlangsung. penilaian seperti ini sangat diperlukan untuk mengetahui keadaan kemampuan siswa menyerap materi yang diberikan dan efektivitas metode yang digunakan. Disamping itu untuk menentukan perlu tidaknya perbaikan proses belajar mengajar dan perbaikan bagi siswa atau diagnostik
b. Prinsip Individual
Prinsip penilaian ini harus diberikan kepada setiap siswa untuk menilan pekerjaannya sendiri. Hal ini memberikan kesadaran kepada setiap siswa untuk mengetahui keadaan kualitas belajar yang telah dicapainya. Dalam penilaian individu ini perlu di pertimbangkan situasi dan kondisi masing-masing siswa dalam menilai kemajuan dan pengawasan siswa terhadap pencapaian tujuan.
c. Prinsip Keseluruhan
Dengan prinsip keseluruhan, konprehensif dimaksudkan disini agar evaluasi / penilaian hasil belajar tersebut dapat terlaksana dengan baik apabila penilaian tersebut dilaksanakan secara bulat, utuh dan menyeluruh. Penilaian itu harus dapat menjangkau tiga aspek yang perlu dinilai yaitu aspek kognitif, aspek efektif dan aspek psikomotor sesuai dengan porsi masing-masing dalam penilaian pendidikan agama Islam.
d. Prinsip Obyektivitas
Prinsip obyektivitas atau maudluu’iyyah, dapat dinyatakan sebagai penilaian yang baik apabila dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya subyektif.
Oleh sebab itu penilaian harus dilakukan secara wajar sesuai dengankeadaan, kondisi apa adanya, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat subyektif.
Jika tidak obyektif akan dapat menodai kemurnian pekerjaan penilaian itu sendiri.
2. Obyek Penilaian
Dimaksud dengan obyek atau sasaran penilaian pendidikan agama Islam ialah segala sesuatu yang bertalian dengan kegiatan atau proses pendidikan dapat dilakukan terhadap siswa, guru maupun kurikulum pendidikan agama Islam.
Pada kesempatan kali ini sasaran atau obyek penilaian yang akan dibahas ada yang berkenaan dengan proses atau kegiatan proses pendidikan agama Islam yang dialami oleh siswa untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar siswa, maka obyek dari penilaian pendidikan agama Islam meliputi tiga aspek, yaitu (1) aspek kemampuan, (2) aspek kepribadian, (3) aspek sikap.
5. Peran Penilaian dalam Proses Belajar Mengajar ( PBM )
Ada beberapa peran penilaian dalam PBM
1. Mengetahui tingkat pencapaian siswa dalam kegiatan suatu proses
belajar mengajar.
2. Menetapkan keefektifan pengajar dan rencana kegiatan.
3. Sebagai laporan kemajuan belajar siswa.
4. Menghilangkan kendala dalam kegiatan belajar mengajar dan
memperbaiki kesalahan setra menyempurnakan kekurangan yang terdapat sewaktu praktek.
BAB III
PENUTUP
Sebagai penutup dari tulisan ini penulis memberikan beberapa kesimpulan bahwa:
1. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara” atau “pengantar”. Dalam bahasa arab, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
2. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media yang dipergunakan dalam mengajar disebut juga dengan media pengajaran.
3. Media pengajaran adalah alat yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi dan pesan-pesa pengajaran dari sumber belajar yaitu guru kepada peserta didik yaitu siswa agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
4. Ada dua alasan penggunaan media pengajara. pertama, belajar merupakan perubahan perilaku. Kedua, belajar merupakan proses komunikasi.
Demikian makalah yang dapat kami sajikan, mudah-mudahan bisa bermanpaat, khususnya bagi kami penulis, umumnya bagi para pembaca sekalian. Kami menyadari dalam penulisan ini masih banyak kesalahan dan kekurangannya, kritik yang sipatnya membangun sangat kami harapkan untuk kemajuan kea rah yang lebih baik.
o DAFTRA PUSTAKA
Arsyad, Azhar (2006) Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers
Syah, Darwan dkk (2006) Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Faza Media.
Ramayuli, H (2004) Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.
Kamal, Musthafa (2006) Buku ajar Strategi Belajar Mengajar. Ciamis: Institut Agama Islam Darussalam.
Ahmad Rohani HM. (1995). Pengelolaan pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta Jakarta.
Conny Semiawan Stamboel. (1986). Prinsip dan teknik pengukuran dan penilaian di dalam dunia pendidikan. Jakarta : Mutiara Sumber Widya.
Dali S. Naga. (1992). Pengantar teori sekor. Jakarta : Gunadarma.
Ratna Sayekti Rusli. (1988). Tes dan pengukuran dalam pendidikan.
Jakarta Ditjen Dikti
0 Komentar