RODA KEHIDUPAN

20.04
Malam kian larut namun mata ini seolah enggan untuk terpejam,ku tak tahu entah kenapa seolah mata ini sulit untuk di ajak berkomproomi.perlahan tapi pasti berbagaisandiwara kehidupan mulai menjadi buah pikiranku.Dalam lamunanku, ku melihat topeng – topeng kehidupan penuh menghiasi ranah gerak perputaran dunia ini.

Semakin dalam kucoba tuk memahami peranan apakah gerangan yang sedang ku jalani ini.Sebentuk wajah yang begitu kokoh sekilas terbersit dalam anganku, namun secepat itu pula berganti menjadi sesosok ular yang bermuka dua kemudian berganti dan terus silih berganti.......

Semakin kucoba mencari sebuah peranan yang aku mainkan maka semakin aku larut pula kedalam sebuah kebimbangan akan peranan itu.Sejenak akupun menghela nafas panjang dan memejamkan mata sekedar untuk menghapus rasa penat yang menghampiri......

Namun semakin kupejamkan mata , maka bayangan itu kian mengejarku, hingga akhirnya ku coba berlari tukmengusir sepi dengan bersafari kecil menuruti arah kaki ini melangkah.

Namun apa yangterjadi....?

Ditengah perjalananku jumpai seorang lelaki tua dengan baju yang kumal untuk ukuran yangsewajarnya.Kucoba mengenali seraut wajah itu, serasa aku mengenalnya.....

"Ah siapa dia......."akupun mengernyitkan dahi dan bergumam

Oh ya itukan si fulan ......

Aku ingat karena dialah sang pemilik pohon jambu klutuk yang semasa kecil suka kami curi buahnya.Tapi tunggu dulu ......

Mungkin mataku salah , bukannya si fulan itu dulunya adalah seorang yang kaya raya dan tersohor akan kekikirannya tapi sekarang tak ada tanda sedikit pun yang menyiratkan kekuaasannya.

Perlahan akupun mendekat ke arahnya dan ku tawarkan sebotol minuman yang kubeli di peron stasiun.Dia pun meraihnya dan segera meneguknya hingga setengah layaknya orangyang tengah kehausan di tengah gurun sahara....

Akupun hanya bisa memandangnya dengan penuh rasa keheranan.Ingin rasanya aku ungkapkan keherananku itu... namun segera kubuang jauh – jauh karena takut akan menyinggungnya....

Setelah hilang dahaganya, akupun memulai untuk bertegur sapa dengannya sekedar untuk memecah keheningan diantara kami.Dan dari caranya menjawab pertanyaanku, aku kira diasudah tidak mengenaliku lagi.Ternyata secepat itu wajah demi wajah dating dan pergi kedalam setiap kehidupan para manusia dan begitu cepat pula wajah itu berganti dan meninggalkan sebuah kenangan yang kian menjauh dan kian sulit untuk mengejarnya hingga akhirnya pergi jauh meninggalkan kita.

Sekitar satu seperempat jam lebih kami terlibat dalam obrolan yang penuh dengan basa-basi hingga akhirnya sang fajar menyapa kami di ufuk timur jauh sana.Sayup-sayup akupun mendengarsuara panggilan Illahi berkumandang hingga memaksaku untuk mengakhiri obrolan kami.....

Ternyata beginilah roda kehidupan ....terus berputar dan enggan memberikan tolerans kepada setiap orang untuk tetap diam berada di puncak namun terus memberi sebuah pengharapan bagi mereka yang mau mengejar mimpi dan citanya
Previous
Next Post »
0 Komentar