KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada .
Harapan saya semoga Makalah
ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga
saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi Makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Jayasakti, 19 Oktober 2011
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Agama Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad Saw.
Mengandung implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmat bagi sekalian
alam. Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu kepada kedua
fenomena perkembangan
Pendidikan Islam masa kini dihadapkan kepada tantangan yang
jauh lebih berat dari tantangan yang dihadapi pada masa permulaan penyebaran
Islam. Tantangan tersebut berupa timbulnya aspirasi dan idealitas umat manusia
yang serba multiinteres yang berdimensi nilai ganda dengan tuntutan hidup yang
multikompleks pula. Tugas pendidikan Islam dalam proses pencapaian tujuannya
tidak lagi menghadapi problema kehidupan yang simplisistis, melainkan sangat
kompleks. Akibat permintaan yang bertambah (rising demand) manusia
semakin kompleks pula, hidup kejiwaannya semakin tidak mudah diberi nafas
agama.
Permasalahan baru yang harus dipecahkan oleh pendidikan Islam
khususnya adalah dehumanisasi pendidikan, netralisasi nilai-nilai agama, atau
upaya pengendalian dan mengarahkan nilai-nilai transisional kepada suatu
pemukiman yang Ilahi, kokoh dan tahan banting. Baik dalam dimensi individual
maupun sosiokultural.
Rumusan Masalah
Melalui
pembahasan dalam makalah ini penulis ingin mengetahui tentang : 1. Krisis
pendidikan Islam yang sedang terjadi dewasa ini
2.
Solusi dari problematika pendidikan yang sedang dihadapi
BAB II
PEMBAHASAN
Krisis Pendidikan Islam
Hubungan antara
pendidikan dengan masyarakat erat sekali, maka dalam proses pengembangannya
saling mempengaruhi. Mesin pendidikan yang kita namakan sekolah dalam proses
pengembangannya tidak terlepas dari mesin social. Mesin social menggerakkan
segenap komponen kehidupan manusia, terdiri dari sector-sektor social, politik
dan agama. Masing-masing sector ini bergerak dan berkembang saling mempengaruhi
menuju kearah tujuan social yang telah ditetapkan.
Bilamana
kesemuanya berada di dalam pola yang harmonis dan serasi, maka masyarakat pun
bergerak dan bergerak secara harmonis. Akan tetapi, jika salah satu atau
beberapa sektornya mengalami ketidakharmonisan, maka sektor-sektor lainnya akan
terpengaruh. Dari sinilah awal dari terjadinya krisis kehidupan masyarakat yang
pada gilirannya melanda sekolah, bahkan sekolah ditekan dan dibebani tugas
untuk memberikan konsep-konsep penyelesaiannya.
Fenomena sosial
yang telah diteliti oleh para ahli perencanaan kebijakan pendidikan misalnya,
menunjukkan bukti bahwa setiap tahap kemajuan ilmu dan teknologi canggih,
selalu membawa perubahan sosial yang sepadan atau bahkan lebih besar dari pada
perkiraan atau peramalan mereka. Dampak positif dan negatifnya terhadap
kehidupan manusia kadang-kadang tidak dapat lagi dikontrol atau diarahkan oleh
lembaga-lembaga social dan cultural atau moral yang sengaja dibangun oleh
masyarakat seperti sekolah.
Dalam arena
kehidupan masyarakat yang dipetakan oleh para ahli sebagai suatu kesuraman dan
kekusutan karena berbagai dampak iptek yang mengerosi nilai-nilai seluruh
bidang-bidang kehidupan, maka apa dan bagaimana lembaga-lembaga pendidikan
Islam pada khususnya dan lembaga pendidikan pada umumnya harus berperan yang
paling baik ? Inilah pertanyaan yang layak diajukan kepada umat Islam yang kedudukannya
sebagai umat di tengah-tengah masyarakat.
Pendidikan baru
dari berbagai disiplin keilmuan yang dilakukan secara integralistik amat
diperlukan, untuk mendorong pendidikan Islam yang mampu menghadapi masyarakat
teknologi masa depan yang makin teknologis.
Self kritik terhadap kondisii pendidikan
islam masa kini antara lain di lontarkan oleh Prof.Dr.Fadhil al-Djamaly yang
menyatakan sebagai berikut :
“ Dunia
Islam yang sedang dilanda kemunduran dan keterbelakangan, kemiskinan, serta
ketinggalan iptek, tidak dapat diatasi dengan mengimpor system pendidikan barat
yang tidak sesuai dengan aspirasi bangsa-bangsa Islam.Sistem dari luar itu
hanya lebih mementingkan kulit daripada isi dan mutiara: juga hanya lebih
mementingkan kualitas daripada kuantitas: tidak pula sesuai dengan makna dan
cita-cita anak didik dalam proses pengembangan kemampuan pembawaanya.Oleh
karena itu, system tersebut tidak dapat memecahkan permasalahan Negara yang
sedang membangun bahkan bahkan
seringkali menimbulkan permasalahan-permasalahan baru bagi masyarakat yang
menerapkan system itu.”
Dr.Fadhil
al-Djamaly menghimbau agar umat Islam menciptakan pendidikan yang didasari
keimanan kepada Allah, karena hanya dengannya adalah merupakan suatu dasar yang
benar untuk menuntut ilmu.
Pendidikan
islam yang diharapkan mencapai sukses menurut seorang pemikir pembaharuan umat
Islam, Syekh Sayyid Qutb, ( This Religion Of Islam ) bila mengacu
kepada :
1. Sistem
kehidupan yang mengartikulasikan dan mengaktualisasikan sifat dasar manusia ( Human Nature), dimana Islam di turunkan
oleh Allah justru untuk mengembalikan sifat dasar manusia itu.
2. Sistem
kehidupan Islam menananmkan cita-cita untuk melepaskan diri dari segala bentuk
penindasan oleh orang-orang yang kuat terhadap orang yang lemah, membebaskan
manusia dari kebodohan dan kemiskinan serta keterbelakangan.
Imbauan
tersebut meskipun bernada pareanilistik dan esensialistik, namun dapat kita
resapi maknanya, yaitu bahwa pendidikan Islam adalah pendidikan yang di
harapkan oleh umat Islam yang mampu menjadi obor yang menerangi kebingungan dan
kegelapan hidup manusia masa kini.Sehingga secara maksimal dapat menjadi
benteng moral bagi masyarakat dan teknologi yang pragmatis anti moralitas
Illahi yang Absolut.
Diharapkan
dengan menyerap nilai-nilai Islam seperti yang muncul dan berkemampuan tinggi
pada permulaan risalahnya , kemudian di konseptualisasikan kedalam system nilai
yang mengacu kepada tuntutan baru, maka validitas pendidikan Islam akan bangkit
kembali.
Pendidikan baru
dari berbagai disiplin keilmuan yang
dilakukan secara integralistik sangat diperlukan untuk mendorong pendidikan
islam yang mampu menghadapi masyarakat teknologi masa depan yang makin
teknologis.Barangsiapa menguasai iptek, maka ia akan dipertahankan dengan
system pendidikannya di masa depan.
Inilah suatu
orientasi baru pendidikan Islam kepada masa depan yang serba ditakuti dan
dicemaskan oleh para futurologiyang mengeluhkan bahwa “Disorientasi yang memusingkan kepala yang ditimbulakn oleh kedatangan
hari esok begitu cepat “, menyebabkan
sekolah kedodoran mengejar ketertinggalan.
Beberapa ahli
perencanaan kependidikan masa depan telah mengidentifikasikan krisis pendidikan
yang bersumber dari krisis orientasi masyarakat masa kini, dapat pula dijadikan
wawasan perubahan system pendidikan Islam, yang mencakup fenomena-fenomena
antara lain sebagai berikut :
1. Krisis
nilai-nilai.
Krisis nilai
berkaitan dengan masalah sikap menilai sesuatu perbuatan tentang baik dan
buruk, pantas dan tidak pantas, benar dan salah, dan hal-hal lain yang
menyangkut perilaku etis individual dan sosial. Sikap penilaian yang dahulu
diterapkan sebagai “benar, baik, sopan, atau salah, buruk, tak sopan” mengalami
perubahan drastis menjadi ditoleransi, sekurang-kurangnya tak diacuhkan
orang.
2. Krisis
Konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik
Masyarakat
mulai mengubah pandangan tentang cara hidup bermasyarakat yang baik dalam
bidang ekonomi, politik, kemasyarakatan, dan implikasinya terhadap kehidupan
individual. Nilai-nilai apa yang dijadikan ukuran, menjadi kabur. Sekolah yang
menjadikan cermin idealitas masyarakat, risau tentang adanya kekaburan konsep
tersebut, sehingga sulit untuk dipantulkan ke dalam program-program
kependidikan. Kalau mau mengambil konsep etika Islam, sekolah kita tidak
akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai sarana
pembudidayaan manusia.
3. Adanya
kesenjangan kredibilitas
Dalam
masyarakat manusia saat ini dirasakan adanya erosi kepercayaan di kalangan
kelompok penguasa dan penanggung jawab social. Di kalangan orang tua, guru,
penegak hukuim dan sebagainya mengalami keguncangan jiwa, mulai diremehkan
orang yang semestinya manaati atau mengikuti petuahnya
4. Beban
Institusi sekolah kita terlalu besar melebihi kemampuannya.
Sekolah kita
dituntut untuk memikul beban tanggungjawab moral dan sosiokultural yang tidak
termasuk program instruksional yang didesain, oleh karenanya sekolah tidak siap
memikul tanggung jawab tersebut.Sistem birokrasilah yang telah memperberat
beban yang yang diluar kemampuan sekolah.Sperti membebani titipan-titipan
matapelajaran yang bersifat menunjang kebijaksanaan teknis departemental atau
sektoral
5. Kurangnya
sikap idealisme dan citra remaja kita tentang peranannya di masa depan bangsa.
Sekolah
dituntut untuk mengembangkan idealism dan self-image
generasi muda untuk berwawasan masa depan yang realistis. Sehingga mereka
mau mempersiapkan diri untuk berperan serta dalam pembangunan bangsanya sesuai
dengan keahlian, ketrampilan, dan IPTEK yang amat diperlukan oleh Negara.
6. Kurang
sensitif terhadap kelangsungan masa depan
Falsafah hidup
yang dogmatis dan statis yang tidak mengacu kepada kelangsungan hidup masa
depan, tidak lagi dapat diandalkan untuk menjadi landasan sikap sekolah masa
kini. Tradisi-tradisi yang membelenggu kebebasan berfikir dan berkreasi anak
didik harus dibuang jauh, sehingga sekolah kita akan menjadi institusi
kependidikan yang dinamis. Ini mendorong anak didik belajar secara intensif
berorientasi kearah masa depan tekno, sosio, dan bio yang realistis, tapi
moralistis.
7. Kurangnya
relevansi program pendidikan di sekolah dengan kebutuhan pembangunan.
Sekolah yang
mendukung kepentingan elit nonpopulis, tidak demokratis, tidak berorientasi kea
rah kepentingan pembangunan tidak akan dapat mempertahankan eksistensi dalam
masyarakat yang sedang membangun.
8. Adanya
tendensi dalam pemanfaatan secara naïf kekuatan teknologi canggih
Kenaifan dalam
pemanfaatan kekuatan teknologi modern menimbulkan keprihatinan para pecinta
lingkungan.Bahkan menimbulkan kerawanan yang dapat menghancurkan kehidupan umat
manusia sendiri seperti timbulnya krisis energy, polusi air dan udara,dll
9. Makin
membesarnya kesenjangan antara si kaya dan si miskin
Sekolah yang
kita andalkan menjadi tumpuan harapan bagi peningkata kesejahteraan hidup
ekonomis, memerlukan dukungan berimbang agar para orang tua dapat menyekolahkan
anaknya entah itu dari golongan kaya ataupun miskin.Dalam hal ini sekolah
dituntut untuk berlaku adildan demokratis dalam pendidikan.
10. Ledakan pertumbuhan jumlah penduduk
Dilihat dari
grafis pertumbuhan, Indonesia termasuk dalam Negara di dunia, Indonesia masuk
kedalam golongan Negara dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi.Hal ini
menimbulkan dampak semakin membengkaknya jumlah pengangguran.
Benarlah teori
Malthus yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi langsung menurut deret
hitung.Sekolah kita terus menerus memproduksi tenaga kerja yang bertarget
setiap tahun.Sampai saat ini sekitar 9 juta lebih yang menganggur.
11. Makin
bergesernya sikap manusia kea rah pragmatis yang pada gilirannya akan membawa
kepada sikap matrealistis dan individualis.
Kecenderungan
sikap hidup manusia modern saat ini seolah lebih mengedepankan sikap dan pola
hidup yang lebih mementingkan dekadensi moral dan kekayaan materi, sehingga
mengurangi sikap dan pola hidup sederhana dan beroriesntasi pada nilai-nilai
agama.
12. Makin
menyusutnya jumlah ulama tradisional dan kualitasnya
Kecenderungan
tersebut sudah tampak didaerah perkotaan dalam era pembangunan negeri saat ini
hingga menimbulkan suatu pertanyaan “Hingga berapa besarkah yang harus
dipertanggung jawabkan oleh institusi pendidikan dan social yang dapat kita
tunaikan.”
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sebagaimana
pembahasan dari makalah yang telah kami sampaikan di muka dapat di tarik beberapa
kesimpulan, antara lain :
1. Beberapa
ahli perencanaan kependidikan masa depan telah mengidentifikasi krisis
pendidikan yang mencakup fenomena-fenomena antara lain sebagai berikut: (1)
krisis nilai-nilai, (2) krisis konsep tentang kesepakatan arti hidup yang baik,
(3) adanya kesenjangan kredibilitas, (4) beban institusi sekolah kita terlalu
besar melebihi kemampuannya, (5) kurangnya sikap idealisme dan citra remaja
kita tentang peranannya di masa depan bangsa, (6) kurang sensitif terhadap
kelangsungan masa depan, (7) kurangnya relevansi program pendidikan di sekolah
dengan kebutuhan pembangunan, (8) adanya tendensi dalam pemanfaatan secara naïf
kekuatan teknologi canggih, (9) makin membesarnya kesenjangan di antara kaya
dan miskin, (10) ledakan pertumbuhan penduduk, (11) makin bergesernya sikap
manusia ke arah pragmatisme yang pada gilirannya membawa ke arah materialisme
dan individualisme, (12) Makin menyusutnya jumlah ulama tradisional dan
kualitasnya.
2. Pendidikan
islam yang diharapkan mencapai sukses bila mengacu kepada :
a. Sistem
kehidupan yang mengartikulasikan dan mengaktualisasikan sifat dasar manusia ( Human Nature), dimana Islam di turunkan
oleh Allah justru untuk mengembalikan sifat dasar manusia itu.
b. Sistem
kehidupan Islam menanamkan cita-cita untuk melepaskan diri dari segala bentuk
penindasan
DAFTAR PUSTAKA
Prof. H.
Muzayyin Arifin,M.Ed. Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta .Bumi
Aksara, 2008
Agustin, Ari
Ginanjar. ESQ –Emotional Spiritual Quotient. Jakarta: Arga, 2002
Arifin.
Muzayyin,Prof.M.Ed, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta .Bumi
Aksara, 2008
Gordon Dryden
& Jeannette Vos. Revolusi Cara Belajar I. Bandung: Kaifa, 2000
ijin copas pak buat adik saya...
BalasHapusmakasih, sangat bermanfaat sekali....