KAMI YAKIN SAAT ITU AKAN SEGERA DATANG........

19.44
Ramadhan………...
Kata mereka ini adalah bulan yang penuh dengan ampunan, penuh dengan rahmat dan penuh dengan berbagai kelipatan hitungan.Namun aku heran disisi lain aku sering melihat bahwa ramadhan terkadang adalah menjadi suatu bulan yang penuh dengan kepiluan bagiku…..
Ya bagiku dan hanya bagiku semata……….
Dalam setiap jejak pengelanaanku dibulan yang dikatakan sebagai suatu bulaan yang disucikan dimana ribuan malaikat bertasbih mensucikannya.Namun jejak langkah kakiku seringkali berkata lain.Saat pijakan kaki ini mencapai suatu lorong disalah satu pemukiman ditepian rel kereta api, sayup-sayup di tengah pekatnya malam aku mendengar suara rintihan, yang aku perkirakan berasal dari sebuah rumah kardus yang kumuh jauh dari kata layak walau hanya dikatakan sekedar tempat untuk berteduh……..
Perlahan aku mulai memperjelas pendengaranku dan berusaha mencari sumber suara.Akhirnya aku pun yakin bahwa suara rintihan tersebut adalah suara seorang wanita yang sudah beruban yang sedang merintih kesakitan.Dari balik dinding kardus tersebut aku mendengar dia meminta segelas air hangat sekedar untuk meringankan sakit yang sedang ia rasakan.Mungkin…..
Ah sakit rasa hati ini kian mengiris relung dijiwa.Tak sanggup rasanya aku terus berada disitu hingga akhirnya akupun putuskan untuk segera berlalu dari tempat itu tanpa bias berbuat banyak .
Langkah kaki pun segera beranjak dengan segala kutukan yang kutujukan bagi insan yang tak bias berbuat apa-apa., hingga akhirnya langkah kaki ini memaksa aku tuk berhenti kembali disalah satu bangku tunggu penumpang.Disitu pikiranku kembali terusik dengan kehadiran sesosok insan kecil yang tengah memukul kendang sambil menyayikan lagu yang kiranya belum waktunya ia nyanyikan untuk anak seumurannya, namun seolah ia begitu menikmati sekali menyanyikannya.Dan kulihat dihadapnya sepasang muda mudi seolah merasa sangat terusik dengan keadiran bocah kecil itu.Sang pemuda itupun mengeluarkan sekeping uang logam lima ratusan untuk mengusir bocah kecil itu, hingga aakhirnya diapun berhenti bersenandung sebelum sempat menyelesaikan kidungnya dan berlalu begitu saja.
Mungkin itu hanya sekedar potret kecil betapa masih banyak diluar sana saudara-saudara kita yang mungkin masih belum bisa merasakan kegembiraan menjelang bulan yang penuh dengan maghfiroh ini.Karena bagi mereka hari demi ari terus berganti tanpa meninggalkan kesan yang mendalam dalam kesehariaannya.
Segala pemandangan yang tiap kali menghiasi hari-hariku kian membuat aku muak menatap dunia ini.Aku muak dengan mereka yang duduk manis ditiap pagi menunggu jatah sarapan mereka hingga akhirnya mereka mara-marah karena menunya membuat mereka tak berselera makan, aku muak dengan mereka yang dengan angkuhnya menghardik saudaraku yang anya ssekedar mencari sesuap nasi lewat sebuah lagu,aku muak dengan mereka yang seolah tak perduli dengan keberadaan kami hingga akhirnya kami pun kian terpinggir dan kian terpuruk hingga keadaan memaksa kami untuk menghalalkan segala cara guna menyambung hidup.
Bukankah terkadang yang haram pun terkadang menjadi halal dikala keadaan tengah memaksa.
Kami hanya meminta kepada kalian, jangan kalian buat hal yang haram bagi kami menjadi kian halal bagi kami.Kami sering mendengar kalian mengatakan bahwa kita ini sejajar namun disisi lain kalian kian tinggi membangun tembok pemisah antara kita.
Kalian katakana bahwa kami hanyalah segolongan orang-orang yang malas untuk sekedar berusaha , namun tahukah kalian bahwa kami terhalang oleh dinding yang kalian buat, dimana kami diwajibkan untuk melakukan barter dikala kami sedang mencari pekerjaan yang selayaknya bagi kami.
Maka jangan salakan kami jika kami ini akhirnya kian menjauh dari kalian hingga akhirnya kami kumandangkan perang teradap segala eklusivitas yang kalian bangun.
Kami sadar kami hanyalah segolongan kaum marginal yang mungkin tidak lebih berarga dari seonggok sampah jalanan, namun disisi lain kami juga masih punya nurani untuk berbagi dengan sesame kami yang mungkin tidak ada pada diri kalian semua.
Kami punya rasa persaudaraan yang kuat dengan segala perasaan senasib dan sepenanggungan yang telah terbangun semenjak sekian waktu yang lama.Dengan segala yang ada pada kami , kami berjanji bahwa denagn darah juang yang telah tercucur dari para pendahulu kami , kami akan berjuang merobohkan dinding itu, wahai penguasa……
Tidak ada sedikitpun kerinduan kami kepada kalian para PENGUASA, yang kami rindukan hanyalah sesosok permimpin yang mampu menerangi jalan kami, sesosok pemimpin yang mampu berbagi dengan kami, yang membebaskan kami dari rasa takut dan rasa tertindas.Hingga akhirnya tak ada lagi naluri menguasai dan perlahan berganti naluri tuk berbagi……..
KAMI YAKIN WAKTU ITU PASTI AKAN TIBA…….
Previous
Next Post »
0 Komentar